Vano melangkahkan kakinya untuk masuk ke area kantin. Matanya menelisik guna mencari meja yang kosong, namun ia dikagetkan dengan sebuah tepukan di bahunya. Vano menoleh ke belakang, seorang pemuda yang lumayan tampan sedang berdiri di belakangnya sembari tersenyum.
"Hai, gue Haikal. Teman sekelas lo, " ucapnya memperkenalkan diri.
Vano terlihat mengangguk dan tersenyum. "Gue, Vano" ucap Vano.
"Ya udah, yuk. Kita duduk, tuh ada meja kosong" kata Haikal, dan dibalas anggukkan kepala oleh Vano.
Setelah sampai, mereka langsung duduk dan mulai menikmati makanannya. Sebelumnya mereka sudah lebih dulu membeli makanan.
Saat sedang hikmat menikmati makanannya, Vano dibuat penasaran dengan pembicaraan di meja sebelahnya.
"Eh, lo masih ingat kasus kak Senja, gak? " tanya salah satu dari mereka.
"Ingatlah, ya kali gue lupa sama kasus kelamnya SMA CAKRAWALA, " ucap temannya.
"Lo berdua ngapain bahas tentang kak Senja? Emang gak takut, kalau nanti Nathan dengar?, " kata temannya yang lain. Mendengar itu, seketika mereka terdiam dan menikmati makanannya kembali.
Vano yang tak sengaja mendengar pembicaraan tadi pun, langsung menatap Haikal. Haikal yang merasa ditatap pun mengangkat sebelah alisnya.
"Kak Senja, siapa? " tanya Vano.
Haikal terdiam. Ia ingin menjawab, namun ragu. Kemudian matanya menatap sekelilingnya, seolah memastikan sesuatu.
"Kak Senja, itu kakak kelas angkatan tahun lalu, " kata Haikal.
"Terus... Kasus apa yang dialamin kak senja? " tanya Vano lagi.
"Dia..., mati bunuh diri dengan cara lompat dari rooftop sekolah" jelas Haikal.
"Rooftop sekolah? Sekolah kita?, " Haikal menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang diucapkan Vano.
"Dan, lo mau tahu satu hal lagi gak? " Vano mengangkat sebelah alisnya, dan memandang Haikal dengan tatapan penasaran.
"Kak senja itu... Kakaknya Nathan" ucap Haikal.
Vano nyaris saja tersedak oleh ludahnya sendiri. "Serius,? " tanya Vano. Haikal kembali menganggukan kepalanya.
"Tapi anehnya nih, ya. Alasan kak senja bundir tuh apa? Gue gak yakin cuma karena stress kak senja langsung bundir. Soalnya kak senja itu, orangnya dewasa banget, jadi gak mungkin kalau dia punya pemikiran kaya gitu, " jelas Haikal.
Vano telihat menganggukkan kepalanya mengerti. Kemudian, kantin yang tadinya ramai, kini bertambah ramai oleh teriakan para siswi yang melihat Nathan ddk. Memasuki kantin.
Vano nampaknya tak terganggu sama sekali. Pikirannya tampak bercabang karena memikirkan tentang Senja. Ia merasa seperti tak asing dengan senja, padahal dalam novel jelas-jelas tak ada tokoh yang bernama Senja putri Mahendra. Dan, dalam novel disebutkan bahwa Nathan adalah anak tunggal, mengapa sekarang ia jadi memiliki seorang kakak? Sungguh membingungkan.
***
Malam ini, angin berhembus dengan kencang dipadukan dengan suara petir yang menggelegar. Udara dingin masuk menembus kulit seorang pemuda yang hanya memakai kaos tipis dan celana pendeknya. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu di meja belajarnya. Dia Vano.
Vano masih tetap tak bergeming, bahkan angin yang masuk lewat jendela kamarnya, tak ia hiraukan. Sampai sebuah dering ponsel, membuatnya tersadar dari lamunannya.
# 𝐕𝐚𝐧𝐨 𝐏𝐨𝐯.
Gue lagi mikirin tentang alur novel ini. Dari awal, gue emang udah tahu kalau alurnya melenceng. Tapi, yang bikin perasaan gue ngeganjel tuh, tentang kak Senja. Gue kaya gak asing sama nama itu, gue bahkan ngerasa kalau gue kaya punya ikatan sama kak Senja. Tapi apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ke dunia novel [BXB]
FanfictionBagaimana jika kalian mengalami transmigrasi ke dalam novel yang kalian baca terakhir kali? Apalagi transmigrasi ke dalam tubuh seorang figuran yang akan mati ditangan protagonis pria? Itulah yang dialami oleh Kavero, Kavero Almat djanur. Seorang p...