Kesempatan Kedua

2K 162 3
                                        

--- Bab 3 ---




Malam hari, di rumah sakit.

"Tuan, kamu sudah sembuh dan bisa dipulangkan," kata seorang suster dengan senyum ramah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuan, kamu sudah sembuh dan bisa dipulangkan," kata seorang suster dengan senyum ramah.

Pria itu mengangguk pelan, mendengarkan kelanjutan ucapan sang suster.

"Satu lagi, tagihan medismu sudah dibayar oleh seseorang."

Mendengar itu, pria tersebut terdiam sejenak sebelum menghela napas. Setelah berterima kasih, ia melangkah keluar dari rumah sakit.

Udara malam terasa dingin, angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, sementara bulan bersinar terang di langit yang gelap. Ia berjalan sendirian di area rumah sakit, menikmati keheningan yang menenangkan, namun hatinya bergolak dengan berbagai emosi.

 Ia berjalan sendirian di area rumah sakit, menikmati keheningan yang menenangkan, namun hatinya bergolak dengan berbagai emosi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiba-tiba, ia berhenti. Menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan.

"Hahahaha! Aku kembali lagi!" serunya lantang, menunjuk langit dengan mata penuh gairah. "Xiao Yangzi, Yang yang, aku diberi kesempatan kedua!"

Dalam hatinya, amarah dan tekad berkobar.

"Dalam kehidupan sebelumnya, kalian membunuh ayahku dan mencuri properti keluarga Xiao!"

"Dalam kehidupan ini, aku pasti akan menghentikan kalian!"

Namun, suara desisan pelan tiba-tiba terdengar di balik semak-semak.

"Uwahhh!" Ia tersentak, jantungnya berdetak lebih cepat. "Siapa di sana?"

Begitu menoleh, matanya membelalak.

"Ah, kamu adalah..."

Wajah pria di depannya muncul dari balik bayangan, terlihat dingin dan tak terbaca.

"Wang Yibo!"

Pria itu menelan ludah, menyadari situasinya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya, berusaha mempertahankan ketenangannya.

Wang Yibo hanya diam, tatapannya tajam seakan menembus pikirannya.

"Dia... terlihat sangat berbeda dibanding saat di hotel..."

"Jadi dia bertindak seperti itu sebelumnya karena efek afrodisiak?"

Namun, suara Wang Yibo memecah lamunannya.

"Kamu mungkin bisa membodohi orang lain, tapi tidak denganku," ucapnya dengan nada tajam.

Dingin, penuh tekanan.

"Darimana kamu dapat pesan itu?" lanjut Wang Yibo. "Aku memeriksa rekaman pengawasan hotel itu. Mereka tidak pernah berbicara apa pun tentang harta keluargaku."

Pria itu menegang.

"Selain itu, mereka menculikmu beberapa jam yang lalu..." Wang Yibo melangkah lebih dekat, ekspresinya semakin sulit ditebak. "Jadi bagaimana mungkin kamu tahu mereka menyembunyikan harta karun?"

Seketika, keringat dingin mengalir di pelipis pria itu. Alisnya sedikit menekuk, pikirannya bekerja cepat mencari jawaban yang bisa dipercaya.

"Dia sangat pintar... Tapi dalam situasi seperti ini, seseorang harus bermain bodoh bila diperlukan."

Pria itu mengangkat bahu dan tersenyum tipis.

"Kamu memang cerdas, Tuan Wang," katanya santai. "Tapi orang harus bermain bodoh bila diperlukan."

"Aku hanya ingin membayarmu kembali karena menyelamatkanku. Tapi jika kamu ingin menggigit tangan yang telah memberimu makan..." Ia berhenti sejenak, menatap Wang Yibo dengan senyum main-main. "...mungkin aku harus mempertimbangkan kembali apakah aku harus ikhlas membantumu lain kali?"

Wang Yibo menyipitkan mata.

"Kamu masih berani menggertak, huh?"

Sebelum pria itu sempat bereaksi, Wang Yibo melangkah lebih dekat dan menyudutkannya ke batang pohon di belakangnya.

Gedebuk!

Tubuh pria itu menegang saat punggungnya menempel pada permukaan kasar batang pohon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tubuh pria itu menegang saat punggungnya menempel pada permukaan kasar batang pohon. Wang Yibo kini berdiri sangat dekat, wajah mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.

"Apa yang kamu inginkan?" tanyanya, berusaha mempertahankan nada datarnya meski jantungnya berdetak tak karuan.

Wang Yibo tersenyum miring.

"Bersikaplah baik padaku?" bisiknya. "Seperti yang kuduga... kamu tahu siapa aku sebenarnya."

Pria itu tersentak.

! ! !

"Katakan apa yang..."

Namun kata-katanya terhenti. Wang Yibo semakin mendekat.

"Begitu dekat...!"

Dengan refleks, ia menempelkan tangannya ke dada Wang Yibo, berusaha menciptakan jarak. Namun, saat menyentuh tubuh pria itu, jantungnya berdebar lebih keras.

Deg...

Deg...

Deg...

Ia menatap Wang Yibo dengan mata melebar, tak bisa memahami perasaan aneh yang muncul di dalam dirinya.

"A-a... apa?" tanyanya terbata-bata.

Wang Yibo mengangkat sebelah alisnya, lalu menatapnya dalam.

"Kamu hanya..." ucapnya, tangannya kini bertumpu pada bahu pria itu.

Pria itu membeku.

Di bawah sinar bulan, dua pasang mata saling menatap, seolah mencoba membaca isi hati masing-masing.

🌙 ⋆。°✩ TBC... ✩°。⋆ 🌙 

Dimanjakan Tn. WangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang