Have a great day ❤️🩹
“Hentikan kegilaanmu, Dax!”
Langkah lebar penuh amarah memasuki sebuah kamar. Menatap tajam si pemilik kamar yang seperti tidak terusik sama sekali walaupun pintu kamar tiba-tiba didorong kasar hingga menimbulkan bunyi keras. Raut wajah manik biru es itu tetap datar.
Merasa tidak digubris, membuat Damon semakin naik pitam. “Dia milikku.” Ucapnya penuh penekanan mengklaim kepemilikannya.
Melihat salah satu kakaknya marah, Daxton justru terkekeh meremehkan. Hah, Damon mengganggu kegiatannya. Turun dari ranjang dan berdiri menantang. “Dia bukan milik siapa pun.” Ucapnya dengan nada mengejek. “Baik kau, Damian, atau Dylan.”
Damon sedikit terkejut mendengar ucapan adik pertamanya. Namun, ia dengan cepat menetralkan ekspresinya. Sepertinya Daxton tahu terlalu banyak hal. Damian? Bahkan Dylan juga?
“Kau pasti terkejut, aku memang selalu tau semuanya.” Senyum Daxton semakin lebar. Mengangkat benda berwarna hitam yang sedari tadi ia genggam. Memamerkan tepat di depan wajah Damon. “Lihat apa yang aku punya.”
Mata Damon tertuju pada kaos hitam yang Daxton pamerkan. Samar mencium bau yang sangat familier baginya. “Kau—“
Daxton segera menghindar saat Damon akan merebut kaos milik Viel yang dirinya curi tadi. “Aku sudah melihat semuanya, tubuhnya benar-benar idamanku. Putih, mulus, sangat seksi. Dan kau mengganggu kesenanganku.” Daxton mencium kaos Viel sekali lagi. Tapi kali ini ada Damon yang melihat. “Jika kau menginginkan dia hanya untuk menghangatkan ranjangmu, lebih baik dia bersamaku.”
“Tidak ada seorang pun yang mau berhubungan dengan psikopat gila sepertimu.” Ucapan Damon seperti berhasil menyerang Daxton. Terlihat dari senyum adiknya yang tiba-tiba hilang.
“Tidak ada jaminan dia tidak akan disakiti olehmu, orang waras mana yang mau diperbudak oleh iblis gila sex?”
❤️🩹❤️🩹
Air berwarna hitam pekat dengan aroma khas itu tengah dituangkan dari teko kecil ke sebuah cangkir. Gerakannya begitu anggun seolah ia dilahirkan memang untuk itu. Kepala yang sedikit menunduk dengan mata menatap apa yang sedang dilakukan. Helaian rambut hitam berjatuhan menutupi sebagian area dahi.“Aku ingin meminta dia untuk bekerja di rumahku.”
Mereka yang berada di meja makan tidak bisa untuk tidak terkejut mendengar ucapan yang kelewat berani. Tidak ada basa-basi untuk sekedar mengawali. Menyerang tepat pada intinya terlalu cepat.
Tuan Forcas selaku yang paling tua dan sebagai kepala keluarga, menatap bergantian putra keduanya dan si pelayan baru. “Kau meminta dia?” tanyanya menunjuk Viel yang berdiri tepat di samping telah selesai menuangkan kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERVANT
Romance[On Going] Mansion besar itu bukanlah rumah melainkan neraka. Antara predator dan mangsa. Tuan dan pelayannya. Ini tentang Damon yang tertarik pada Viel-pelayan baru di mansion Forcas-pada pandangan pertama. Wajah kecil dengan garis lembut membang...