Bab 4. Shalat Tahajud
Saat dini hari, waktu menjelang subuh. Roro sudah bangun dan segera menuju kamar mandi. Dia mengambil air wudhu, untuk melakukan sholat tahajud. Dilihatnya keadaan rumah masih sepi, tidak ada tanda-tanda kalau sudah ada orang yang bangun, selain dirinya.
Dilihatnya jam dinding yang berada di tembok bagian atas dekat pintu menuju dapur. Jam itu sudah menunjukan pukul 03.30 pagi hari.
"Apa aku yang bangun kesiangan atau aku bangun kepagian?" tanya Roro dalam hati saat dirasa hanya ada dirinya sendirian.
"Masa mereka belum bangun juga sudah jam segini!" Roro pun menaiki anak tangga menuju ke lantai dua.
"Harusnya Kusuma sudah bangun jam segini," kata Roro ngomel-ngomel sendiri sambil melihat ke arah atas.
Roro pun sampai ke lantai atas, di sana ada terdapat empat kamar tidur di lantai dua. Dia bingung kamar mana milik Kusuma dan Gendis. Maka di pilihlah salah satu diantara keempat kamar itu.
Diketuknya salah satu pintu kamar tidur paling dekat dengannya saat tadi dia berdiri. Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar itu. Roro kembali mencoba mengetuk pintu itu lagi. Ternyata masih tidak ada jawaban. Untuk yang ketiga kalinya Roro mengetuknya lagi, dengan perasaan kesal.
"Kalau tidak ada jawaban dari dalam, maka aku akan paksa membuka pintu ini!" Roro menatap tajam kepada pintu di depannya.
Sudah sekitar dua menit Roro berdiri di depan pintu itu. Kini dirinya, membuka pintu secara paksa, ternyata tidak di kunci. Roro pun masuk ke kamar itu, ternyata ada Bagaskara sedang tidur di atas kasurnya.
"Huh, pantas saja tidak dibuka. Bocah ini kalau sudah tidur, kayak orang yang sedang pingsan. Juga sulit untuk dibangunkan." Roro membetulkan selimut buyutnya itu agar tidak digigit nyamuk. Dielusnya kepala Bagaskara dengan sayang, "jadi anak yang sholeh, ya Nak!"
Roro pun keluar dari kamar Bagaskara, dan menuju ke kamar yang ada di depannya. Dia mengetuk pintu itu, seperti saat mendatangi kamar pertama tadi. Tiga kali Roro mengetuk pintu kamar tidur itu. Tidak ada jawaban pula dari dalam.
"Apa ini kamar anak-anak, ya?" tanya Roro dengan bergumam.
Maka Roro pun masuk ke kamar tidur itu. Ternyata di dalam tidak ada siapa-siapa. Hanya banyak boneka dan mainan anak perempuan.
"Sepertinya, ini kamar tidur Gayatri," kata Roro dengan bermonolog.
Karena sudah dua kamar yang didatanginya tadi adalah kamar tidur buyutnya. Roro bisa menyimpulkan bahwa, kamar tidur cucunya, yaitu Kusuma. Berada di kamar paling depan, yang mempunyai beranda luas, dan bisa dilihat dari luar rumahnya.
Maka Roro pun mengetuk pintu yang di duga adalah kamar tidur cucu dan istrinya itu. Ketukan pertama tidak ada jawaban. Kemudian dia mengetuk pintunya lagi lebih kuat dari tadi.
Tidak lama terdengar handle pintu kamar itu berputar dan muncul Kusuma dari pintu. Terlihat rambutnya yang acak-acakan dan matanya yang memerah karena bangun tidurnya terkejut oleh suara gedoran di pintu, tadi.
"Ada apa, Mbah?" tanya Kusuma dengan suaranya yang serak khas orang bangun tidur.
"Ini sudah jam setengah empat, waktunya tahajud. Ayo bangunkan istrimu!" Roro menyuruh Kusuma sambil memberikan isyarat dengan bibirnya.
"Iya, Mbah." Kusuma pun berbalik tanpa menutup pintu kamarnya.
Kusuma membangunkan Gendis, dan menyuruhnya untuk sholat tahajud berjamaah. Maka mereka pun bangun dan turun ke lantai bawah karena ruang musholla ada di sana.
Roro sholat tahajud berjamaah bersama Kusuma dan Gendis. Lalu mereka membaca Alquran sampai waktunya adzan subuh.
"Ingat, jangan sampai kalian meninggalkan sholat tahajud. Besar sekali pahala yang akan didapat," kata Roro dan diiyakan oleh Kusuma dan Gendis.
"Lalu, jangan biarkan rumah sepi dari bacaan Alquran. Aku tidak mau kalau rumah ini seperti kuburan," lanjut Roro.
"Maksudnya, Mbah?" Kusuma tidak mengerti maksud neneknya itu.
"Kalau di rumah sampai tidak ada orang yang mengaji itu sama seperti kuburan. Jangan biarkan setan suka tinggal di rumah kalian," jelas Roro dan membuat Kusuma diam.
Terdengar suara kumandang adzan dari masjid terdekat dari rumah. Kusuma pun pamit untuk pergi ke masjid, untuk sholat subuh berjamaah di sana.
"Tunggu Kusuma! Kenapa Kala tidak diajak ke masjid?" tanya Roro saat Kusuma hendak ke luar rumah.
***
Hadis dari Abu Hurairah, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang luar biasanya tahajud, artinya, "Rabb kami—Allah Subhanahu wa Ta’ala—akan turun setiap malamnya ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lalu Allah berfirman, “Siapa yang memanjatkan do’a pada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang memohon kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Siapa yang meminta ampun pada-Ku, Aku akan memberikan ampunan untuknya”." (HR. Bukhari dan Muslim).
"Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS Al-Isra’: 79).
***
Apakah bocah laki-laki itu mau pergi ke masjid di waktu subuh dan dingin? Ikuti terus kisah mereka, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikira Benci Ternyata Sayang
ContoKisah kehidupan keluarga di era 90-an. Ketiga cucu harus berhadapan dengan buyutnya yang super cerewet. Cerita ini mungkin pernah dialami oleh anak-anak pada zaman itu. Kisah mereka bisa membawa kalian ke masa-masa indah saat masih kecil.