BAB 55

152 12 0
                                    

Cesare mengerutkan sebelah alisnya sambil tersenyum.

“Kau bodoh?”

“Jika itu yang kau inginkan, aku akan bersikap seperti itu.”

Adelaide Vivi menjawab dengan tenang. Matanya tanpa fokus. Bukan hanya fokus yang hilang, tatapannya pun tak mengandung emosi, benar-benar tatapan yang tidak bernyawa.

Cesare menarik sudut bibirnya dan tersenyum, mencoba menahan rasa kesal yang merayap dalam dirinya. Bahkan rubah tua di Signoria pun tak pernah membuatnya semarah ini.

“Adelaide Vivi.”

Cesare menatapnya dengan mata menyipit sambil berbisik.

“Aku tanya lagi.”

“Ya.”

“Apakah itu sesuatu yang perlu ditangisi?”

“…….”

Adelaide terdiam sejenak.

Cesare berpikir bahwa dia lebih suka jika Adelaide marah saat ini. Atau lebih baik lagi, menangis seperti kemarin.

Itu pasti lebih baik daripada akting 'adik perempuan' yang sangat menjengkelkan itu.

“…Kakak benar.”

Namun, Adelaide Bibi tersenyum indah namun hampa, seperti patung yang diukir dari logam.

“Aku bereaksi berlebihan. Aku merasa sangat malu. Seharusnya tidak seperti itu….”

Hanya di kalimat terakhir matanya menunjukkan sedikit sarkasme. Mungkin itulah satu-satunya perasaan jujurnya.

Namun, dia cepat-cepat menghapus perasaannya dan dengan lembut meletakkan tangan di dada Cesare.

“Apakah kau akan memaafkanku?”

“…….”

Cesare secara tidak sadar tersenyum sinis.

Adelaide Vivi bukanlah wanita yang bertingkah seperti ini. Jika ada, dia lebih mungkin memegang kerahnya.

Lalu, apa sih masalahnya hanya karena sedikit godaan?

Jika hal sepele itu membuatnya marah seperti ini, seharusnya dia memanggilnya, atau setidaknya mengeluh padanya. Atau berpura-pura lemah.

Kenapa wanita yang keras kepala dan penuh harga diri ini tidak bisa memilih jalan yang mudah, malah membuat orang kesal seperti ini?

Semakin dia berpikir, matanya semakin tajam. Adelaide melihat wajah itu dan tersenyum cerah, lalu melepaskan tangannya dan mundur.

“Jika ada yang tidak kau sukai, aku akan memperbaikinya, jadi jangan terlalu marah. Mulai sekarang, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi harapanmu, jadi jangan khawatir.”

Merasa kosong karena tangannya yang terlepas, Cesare dengan jengkel membersihkan pakaiannya.

“Adikku pasti merasa itu mudah.”

“Itu karena kau yang memerintahkannya.”

“Kalau aku menyuruhmu tidur, kau juga akan tidur.”

“Tentu saja.”

Cesare terdiam mendengar jawaban yang tak terduga.

Adelaide malah memiringkan kepalanya seolah-olah reaksinya aneh.

“Aku akan tidur jika kau menyuruhku tidur.”

“…….”

Mendengar kata-kata yang diucapkan begitu tenang, ekspresi Cesare perlahan memudar.

High Society [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang