Hanin dan Danella akhirnya mengantar Yena ke ruang penyelenggara. Setelah memastikan Yena sudah bertemu dengan ibunya, Hanin memilih untuk menunggu di koridor karna rapat penyelenggara juga akan segera selesai. Sedangkan Danella bergegas kembali, orangtua nya memiliki pertemuan lain, tentu saja urusan dengan keluarga Gregner."Oh bukankah ini putri mu nyonya Maph?"
Hanin yang sedang menatapi sepatu mary janes-nya menoleh, seorang pria jangkung tengah menunjuk nya.
"Oh ya, dia putri saya, Hanin Maphie, Hanin perkenalkan ini Willyam Harry, CEO hanmay."
Keduanya berjabat tangan, Hanin menatap pria itu dengan sipitan matanya yang super tajam.
"Ya, salam kenal..." Hanin mengeraskan jabatan tangannya. Tapi sang pria tak merasakan apapun dari tangan mungil itu, justru dirinya tersenyum lebar sampai matanya hilang. Hal itu membuat Hanin kesal dan melepaskan jabatannya secara sepihak.
Iseng banget sih...
"Sayang sekali sepertinya kita harus berpisah disini, padahal aku sangat ingin bertemu dengan nyoya Maylin.."
Pria itu tersenyum dan sedikit melirik Hanin, "Saya akan sampaikan salam anda ke bu direktur, mungkin di lain waktu dia akan mencoba untuk hadir."
Pria itu berlalu pergi meninggalkan Hanin dan ibunya dalam keheningan.
"Kamu lihat ayahmu?"
Hanin memutar mata mendengar pertanyaan itu dan melangkah pergi. Varilye mengerutkan keningnya.
"Kenapa kamu berada disana? Kamu menungguku?"
"Kebetulan saja."
Oke, dia menjawab...
"Kamu lihat ayahmu?" Varilye kembali bertanya. Hanin bersikap sama, memutar matanya. Varilye semakin mengerutkan kening.
"Bukankah aku yang seharusnya diperlakukan seperti itu? Karna menampar mu hari ini?"
"Bagus kalau kamu mengingatnya..."
"Lalu dimana ayahmu?"
Hanin kembali memutar matanya frustasi, dia berusaha menahan diri untuk tidak menjawab lebih tepatnya untuk tidak peduli. Menghadapi Hanin yang semakin diam, Varilye mengusap tengkuknya, tumben sekali anak gadisnya memihaknya seperti ini.
Tidak tanpa alasan, sebelum bertemu dengan Yena, Hanin memang sempat melihat ayahnya. Hanin ingin menyapa, namun ayahnya keburu masuk kedalam sebuah ruangan karna penasaran Hanin mengintip dan melihat ayahnya sedang 'bermain' dengan wanita lain. Apakah ibunya tau tentang hal ini?
Hanin benar-benar tidak bisa berfikir jernih, dia benar-benar tidak tau bagaimana harus bersikap kepada orangtuanya. Mengingat apa yang telah orangtuanya lakukan terhadap orangtua Jia, itu memang membuatnya kecewa tapi di sisi lain Hanin tidak bisa berterus terang untuk membenci orangtuanya karna dia juga harus menjaga sebuah 'rahasia'.
Hanin menghembuskan nafas berat. Coba saja dia masih memiliki punggung untuk bersandar, tentu semua masalah ini tidak akan terasa sulit untuk dirinya hadapi.
Belum saja sampai di pintu aula, Danella melihat ayahnya dipapah oleh ibunya.
"Dad? Are you okay? Mom what's happen?"
Terkejut karna Danella tiba-tiba saja muncul dari belakang, Baron langsung berdiri tegap.
"Nothing Ella, Daddy cuman baru saja jatuh..." Ibunya berusaha terlihat meyakinkan.
"Jatuh dimana Mom?" Ella masih saja dengan mimik khawatir nya.
"Sudahlah Ella, Daddy tidak apa-apa kok, kita masuk saja ya..."

KAMU SEDANG MEMBACA
WAW : Who Are We?
FanfictionWAW : Who are We? Kebersamaan yang telah terjalin sejak kecil terpaksa pupus karna permasalahan yang menimpa. Menjadi asing telah menjadi keputusan bulat, terus menjauh, tidak ingin peduli dan tidak ingin kembali mengenal adalah hal yang mereka ingi...