[24] That Second🍎

58 11 6
                                    

***

Takdir itu gak rumit kok, kalau dia adalah sebuah ketetapan bukankah itu tergantung dengan pilihan kita sendiri?

***


Jam 9 pagi matahari sudah cukup terik, setelah mandi dan sarapan Hanin memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri taman di sekitar komplek nya GGR, Great Giant Residence, perumahan ini cukup sepi, lingkungan elit yang gak bisa sembarang orang masuk, gak jarang perumahan ini pun sering dikira tidak berpenghuni.

Tapi Hanin senang, tempat yang sepi terkadang menjadi anugrah. Hanin tersenyum, begitu banyak pepohonan di taman, angin sepoi-sepoi yang mengelus rambutnya membuat suasana menjadi sejuk ditambah gemerisik daun yang saling bergesekan membuat suara yang tentram di dengar, ah benar-benar kenikmatan duniawi yang....

TUK!

"AW!" Sebuah apel jatuh menghantam kepala Hanin.

"Eh, ada orang ya dibawah?" Suara anak perempuan terdengar.

Anak itu loncat dari dahan pohon dan mendarat persis di depan Hanin. Hanin yang awalnya mau mengomel membelalakkan mata melihat anak itu, anak itu juga melotot dan tersenyum sumringah melihat Hanin.

"Loh?! Kamu?! Kamu yang waktu itu diculik bareng aku kan..." Suara Jia begitu menggelegar ditempat yang sepi itu. Hanin langsung membekap mulut Jia dan berbisik panik sambil celingukan kesana kemari.

"Jangan kenceng-kenceng gitu ngomongnya, gak ada yang tau loh kalau kita pernah diculik..."

Jia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan cengengesan. "Maaf, suara ku jadi full oktaf kalau lagi bersemangat, ngomong-ngomong bagaimana kabar kamu? Seminggu ini kita tidak bertemu, apa kamu dikurung?"

Hanin menghela nafas dulu lalu menggeleng. "Tidak, mengingat sikap orangtua ku, aku pikir hal itu yang akan terjadi tapi justru mereka akhirnya membawaku kemana pun mereka pergi, itu lebih baik sih walaupun agak melelahkan... Kamu sendiri?"

"Emm.... Karna hal ini sering terjadi orangtua ku percaya kalau aku akan baik-baik saja jadi mereka membiarkan ku..." Jia tersenyum lebar, tapi Hanin mengartikannya berbeda.

Bukankah itu artinya orangtua nya benar-benar tidak peduli?

"Apa kamu sudah bertemu dengan yang lain?" Jia bertanya. Hanin menggeleng.

"Belum, baru kamu..."

"Oh iya kita kan belum..."

"HENTIKAN! TOLONGG...!"

Dua gadis itu terkesiap, sebuah teriakan tiba-tiba saja mencuri atensi mereka. Tanpa aba-aba kedua nya langsung berlari menghampiri sumber suara. Ada 2 anak perempuan yang sedang dikepung oleh anak-anak cowok, dilihat dari posturnya, anak-anak itu berusia sekitar 10-12 tahun, mereka ada 7 orang.

"Hey!" Jia berteriak, anak-anak cowo itu menoleh.

"Cih, ada yang datang ternyata..." Anak cowo yang paling besar segera pasang badan.

"Ngapain anak-anak perempuan pada disini? Pergi sana kalian..."

"Justru kalian yang harus pergi jangan ganggu anak perempuan..." Hanin ikut berteriak.

WAW : Who Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang