(5)🍞

129 16 9
                                    

Jia berjalan santai di koridor, walaupun pelajaran sudah daritadi dimulai dia tetap tenang. Toh, Dia bahkan tidak perlu lagi belajar hanya untuk lulus secara akademis. Jia lebih pusing dengan kehidupannya diluar sekolah karna ada masalah yang jauh lebih penting untuk dia selesaikan.

Hp Jia bergetar, ada notifikasi pesan yang masuk. Jia langsung melihatnya. Dari Kak Sakura pengasuh panti.

-Kak Sakura-
"Jia, pulang nanti kamu bisa mampir ke panti gak? Jinmi nangis terus nih. Udah berapa hari coba kamu gak jenguk dia..."

Jia menepuk jidatnya. Ah benar, pantes aja beberapa hari ini dia merasa ada yang kurang, ternyata udah 5 hari Jia gak jenguk Jinmi di panti. Jia segera membalas pesan itu.

-Jiarra-
"AH! Maaf, beberapa hari ini aku memang sibuk dan harus berangkat sedikit lebih pagi. Hari ini akan aku usahakan pulang lebih awal untuk menjenguknya."

-Kak Sakura-
"Baiklah, pastikan kau membawa cemilan untuknya ya.."

-Jiarra-
"Pasti.. Apa dia masih menangis sekarang?"

-Kak Sakura-
"Masih."

Jawaban singkat itu membuat Jia langsung berinisiatif menelfon, saat telfonnya diangkat, suara tangisan bayi begitu nyaring terdengar. Jia reflek mejauhkan hp dari telinganya.

"Jinmi?"

"Eh, itu siapa? Suara siapa itu?" Suara di seberang sana berusaha membujuk.

"Jinmi?" Jia memanggil sekali lagi. Mendengar suara yang dirindukannya, tangisan bayi itu mereda. Jia langsung mengalihkan voice call-nya menjadi video call. Terpampang-lah wajah bayi yang masih memerah sehabis nangis, matanya juga masih mengeluarkan air mata.

"Jinmi kangen ya?... Maaf ya... Aku belum bisa jenguk, tapi hari ini aku usahakan datang jadi jangan menangis lagi ya, okey?"

Seolah mengerti perkataan Jia, Jinmi mengganguk dan benar-benar berhenti menangis.

"Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana dia memahami perkataanmu, masalahnya hanya kata-katamu Jia, mentang-mentang kamu yang pertama kali menemukannya, apa dia benar-benar berfikir kalau kamu ibunya?"

Jia tertawa mendengar keluhan Sakura.

"Aku tidak masalah menjadi ibu angkatnya."

"Baiklah, terimakasih sudah membantu, mungkin lainkali aku harus merekam suara mu saja, jadi kamu tidak perlu repot lagi menelfon, apalagi ditengah-tengah kelas. Atau... apa jangan-jangan kamu lagi bolos sekarang?"

"Enggaklah, emang kebetulan diluar aja, izin... ke kamar mandi?"

"Ck, sudahlah buka urusanku, Aku tutup telfonnya ya.."

"Oke byee..."

Jia menghembuskan nafas dengan berat. Jia sedikit berfikir, kenapa akhir-akhir ini kehidupan nya menjadi lebih rumit karna ada makhluk hidup lain yang tiba-tiba saja masuk ke dalam dunianya. Ditambah lagi masalah dari masa lalu nya yang gak pernah kelar sampai harus merusak hubungannya bersama dengan orang-orang yang dia sayang.

Udahlah balik kelas aja deh.

Namun, ada satu hal yang Jia lupakan. Di waktu yang tidak tepat, saat kakinya mulai kembali melangkah, seseorang menyergapnya dari belakang. Jia gak akan pernah lupa bahkan sebelum kedua orangtuanya pergi, Jia tau betul bahwa hidupnya selalu dipertaruhkan...

---

Hanin menggerakkan kakinya gelisah, ekor matanya tidak pernah lepas dari pintu kelas. Hanin kembali melihat jam dinding, sudah lebih dari setengah jam Jia izin keluar kelas. Biasanya sih emang selalu izin pas pelajaran pertama tapi paling lama hanya 15 menit, itupun Hanin tau kalo gak lama di kamar mandi pasti mampir dulu ke kantin selatan.

WAW : Who Are We?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang