CHAPTER 03

115 15 5
                                    

Xiao Zhan semakin tidak paham. Apa-apaan pamannya ini. Jika dia sungguh berakting, tidakkah ini terlalu kacau dan berlebihan. Tertunduk dengan wajah muram, Yibo mundur dan berbalik dari hadapan Xiao Zhan. Perubahan suasana hatinya membuat Xiao Zhan mengira sang paman terlalu terserap dalam peran. Tapi, apa yang dia perankan?

"Paman," dia berhasil mengeluarkan suara, menyusul pamannya dengan terburu-buru.

"Paman, kenapa ... "

Tangan Xiao Zhan mendarat di bahu Yibo, mengundang reaksi yang lebih mengejutkan lagi. Tiba-tiba Yibo menghadapkan tubuhnya, kedua tangannya mencengkeram lengan Xiao Zhan.

"Kau kembali, akhirnya ... "

Semuanya terjadi sangat cepat dan di luar dugaan. Xiao Zhan mendapati dirinya ditarik kuat ke dalam pelukan Yibo. Dagu pria itu jatuh di bahunya dan ia merasakan dekapan itu kuat dan hangat.

"Paman ... " gumam Xiao Zhan linglung.

"Tuan Muda!"

Degh!

Suara pelayan dalam ruangan itu bernada terkejut, mengembalikan pengendalian diri Yibo yang sempat hilang.

"Eh, apa yang kulakukan?" dia melepas pelukannya pada Xiao Zhan, menatap terbengong-bengong.

"Kau baru saja memelukku," sahut Xiao Zhan, rona merah menjalari wajah dan lehernya.

"Astaga, yang benar saja," kali ini gerutuan Yibo tertuju pada dirinya sendiri. Dia menoleh sekilas pada pelayan dan berkata, "Apa lihat-lihat? Teruskan pekerjaanmu!"

"E-eh, iya, Tuan Muda."

Tergopoh-gopoh, pelayan kembali pada kesibukannya dan tidak memperhatikan paman dan ponakan yang bertingkah kacau itu.

"Tadi itu," sebelum Yibo berjalan keluar, dia menoleh pada Xiao Zhan, menembakkan tatapan dingin, "kukira kau Kakak. Wajahmu sangat mirip dengannya."

Bagi Xiao Zhan alasan itu kedengarannya terlalu dibuat-buat karena itu sama sekali tidak benar. Mungkin pamannya hanya berdalih untuk menutupi rasa malu.

"Kau orang pertama yang mengatakan itu," ucapan Xiao Zhan menghentikan langkah Yibo.

"Maksudmu?"

"Katanya aku mirip Ayah. Ibu selalu bilang jika melihatku, ia seperti melihat Ayah."

Wang Yibo memejamkan mata sejenak.

"Sudah hentikan!" hardiknya jengkel, wajahnya kian diselimuti kegusaran.

"Aku tak mau mendengarnya."

"Paman---"

"Sudahlah! Aku mau istirahat. Pelayan, letakkan kembali pedang itu di tempatnya. Jangan sampai lecet, ya!"

"Baik, Tuan Muda!"

"Fuhh!"

Tubuh tinggi tegap Yibo kemudian lenyap di balik pintu saat dia benar-benar meninggalkan mereka dalam ruangan. Terpaku di tempatnya, Xiao Zhan memegangi dada dengan satu tangan. Merasakan degupan jantung yang tak beraturan.

Aduh ...

Dia mengatur napas, matanya terus mengawasi siluet sang paman.

Apa itu tadi? Kenapa pelukannya membuatku gugup? Hangat ... dadanya terasa hangat.

Dia mengalihkan tatapan pada pelayan yang memungut pedang dan mengembalikan ke dalam sarungnya lantas meletakkan benda indah itu pada penyangga kayu di lantai. Pamannya tadi mengatakan bahwa pedang itu berbahaya, tapi dilihatnya pelayan itu baik-baik saja dan tidak terpengaruh. Dia pasti membual. Sangat cocok dengan gayanya. Pikirannya la kembali pada pertunjukan heroik Yibo dengan pedang itu. Diam-diam kekaguman merayapi hatinya.

Summer FeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang