Mobil sedan mewah berwarna hitam yang dikemudikan Wang Yibo menderu menuruni jalanan yang meliuk-liuk. Pemandangan di sekeliling mereka sangat indah dan menyejukkan mata. Rumah besar Wang tertinggal semakin jauh di belakang, lenyap di balik pepohonan, sewaktu mereka terus melaju ke pusat kota.
"Sebenarnya mau ke mana, sih?" tanya Xiao Zhan penasaran.
"Aku akan membawamu ke salon Madam Yangxia langgananku," jawab Yibo menyunggingkan senyum penuh kepuasan.
"Salon?" Secara reflek, Xiao Zhan menangkup rambutnya.
"Sudah kubilang, aku akan mengubah rambut mengerikanmu itu."
"Argghhh! Kau serius? Tidak, Paman!"
Xiao Zhan tidak suka dengan gaya pemaksaan sang paman. Dia mencoba memberontak dengan memegangi tangan Yibo yang memegang kemudi, berharap dengan cara itu pamannya akan menghentikan mobil dan membatalkan niatnya.
"Heh, apa yang kau lakukan?" desis Yibo.
"Ayolah, Paman. Aku belum siap."
"Belum siap apanya?"
"Pokoknya aku tidak mau mengubah rambutku!"
Ngek!
Yibo menekankan jari telunjuk ke hidung Xiao Zhan dan mendorongnya menjauh dari kemudi.
"Duduk manis dan jangan bertingkah. Kamu tidak paham juga? Keluarga bangsawan harus tampil anggun dan berkelas."
"Lalu bagaimana denganmu?" Xiao Zhan cemberut, bersandar kembali ke kursi penumpang.
"Aku adalah pengecualian," tukas Yibo.
"Dasar curang!"
"Sudah diam, kalau tidak ... "
"Kalau tidak apa?"
"Kalau tidak, aku akan menciummu!"
Xiao Zhan tersentak oleh ucapan Yibo, seketika jantungnya kembali berdebar tak karuan. Sambil menggerutu tidak jelas, dia membuang pandang, menyembunyikan wajahnya yang memerah. Dia terus menatap ke luar pada pepohonan yang berlarian. Di sampingnya, Yibo menutup mulut lancangnya dengan satu tangan, menggigit bibirnya dengan keras.
Sialan, batinnya, mengutuk diri sendiri.
Apa yang baru saja kukatakan?
Beberapa detik berikutnya dia mengeluarkan deheman keras dan berkata, "Itu hanya salah satu dialog dalam drama. Jadi jangan berpikir yang aneh-aneh."
Xiao Zhan tidak menjawab, diam-diam kecewa karena Yibo tidak bersungguh-sungguh mengatakannya. Sesekali ia melemparkan lirikan, melihat fitur wajah Yibo yang rupawan. Ekspresinya biasa saja, tidak malu atau salah tingkah seperti dirinya. Sedikit yang Xiao Zhan ketahui bahwa Yibo hanya berpura-pura.
Untunglah aku pandai berakting, pikir Yibo mengulum senyum.
Jadi semua emosi bisa dia palsukan dengan mudah. Kadang-kadang ia lebih merasa seperti penipu dibandingkan aktor. Mungkin sedikit sekali perbedaannya.
Setengah jam kemudian, mereka tiba di sebuah bangunan besar yang estetik. Nama salon tertulis dalam huruf besar di dindingnya. Mereka berdua keluar dari mobil, dan Yibo lagi-lagi memegang dan menarik tangan Xiao Zhan seakan takut anak itu akan melarikan diri. Xiao Zhan sebenarnya ingin kabur. Ini adalah kesempatan emas. Tapi sial, dia tidak bisa melepaskan genggaman tangan Yibo, bahkan balik meremas jemari panjangnya.
Yibo mengajaknya masuk ke dalam ruangan beraroma harum dengan banyak cermin. Seorang wanita cantik dan elegan muncul dari dalam menyambut mereka.
"Halo, Yibo. Senang sekali melihatmu," sapanya lalu memeluk Yibo, saling mencium pipi kiri dan kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Summer Fever
FanfictionSetelah kematian sang ibu, Xiao Zhan diminta untuk berkunjung ke rumah kakek nenek yang tak pernah dikenalnya. Dia mengetahui masa lalu yang disembunyikan ibunya di sebuah rumah besar kuno yang dihuni Nenek kesepian dan seorang paman bernama Wang Yi...