Round 24: Emperor & Empress

468 87 52
                                    

Naruto belong to Masashi Kishimoto

Penggunaan latar, tempat, penamaan dalam karya ini hanyalah untuk kepentingan jalan cerita.
Semua yang tertuang dalam karya ini hanyalah fiksi dan karangan semata.
Happy Reading~

➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿
*Urutan gelar bangsawan dari yang paling tinggi ke rendah dalam cerita ini:
Kaisar/Permaisuri—Raja/Ratu—Duke—Prince/Princess—Marquiss—Earl—Viscount—Baron—Baronete






Musim dingin telah berakhir dan baru saja berganti menjadi musim semi yang menampakkan mentari hangat di cuaca yang masih terasa begitu sejuk, pagi ini. Burung-burung pun mulai keluar dari persembunyiannya, bernyanyi riang di dahan-dahan pohon Willow dekat istana.

Hinata masih bergelung di bawah selimut dengan lelap. Selain ranjang permaisuri yang luar biasa nyaman dan selimut tebal yang hangat, semalam dirinya sama sekali tak memimpikan apapun mengenai duke ataupun duchess. Bahkan ia tidak bermimpi sama sekali. Bukankah itu pertanda bahwa tidurnya sangat berkualitas?

Namun tidur nyenyaknya itu harus terusik dengan sentuhan tangan dan suara seseorang yang berusaha membangunkannya.

"Yang Mulia."

Sangat familiar dengan suara ini, Hinata memutuskan untuk menunda membuka mata, toh bukan dirinya yang sedang dipanggil. Begitu pikirnya yang lupa bahwa sekarang dirinya adalah istri dari sang Kaisar.

Sentuhan yang mulanya lembut berubah menjadi guncangan yang agak kasar. Selimutnya pun mulai ditarik dari tubuhnya.

"Yang Mulia, saatnya bangun. Kita harus bersiap untuk upacara pernikahan dan penobatan." Ungkap suara itu yang tak lain adalah Yuuhi, pelayan pribadinya.

Mendengar penjelasan tersebut mengingatkan Hinata tentang apa yang harus dilakukannya hari ini. Gadis itu lantas mengalah, lalu mengerjapkan mata dan mengumpulkan kesadaranya.

Kesadaran belum terkumpul secara penuh, matanya sudah membelalak karena mendapati telah begitu banyak wanita yang bergaun rapi mengelilingi ranjangnya. Beberapa wajah ada yang dikenalnya, seketika ia dapat menyimpulkan bahwa mereka semua adalah para wanita bangsawan kelas atas.

Tak tahu apa yang terjadi, lantas membuat Hinata buru-buru beranjak dari tempat tidurnya. Sesaat setelah ia berdiri, di saat yang bersamaan para wanita bangsawan itu menundukkan kepala, bahkan berlutut di hadapannya.

Hal tersebut membuat Hinata semakin bingung dan merasa canggung. Sementara semua wanita itu telah berdandan rapi, dirinya masih mengenakan gaun tidur dengan rambut berantakan dan wajah yang masih sembab. Seketika ia mengusap pipi dan bibirnya, tak ingin menjadi semakin malu karena sisa liur yang mungkin saja masih berjejak disana.

Tahu sang Permaisuri menjadi kikuk karena hal yang tiba-tiba ini, Karin tersenyum tipis sebelum menyampaikan sesuatu.

"Yang Mulia Permaisuri, para wanita bangsawan kelas atas ini mengabdikan diri sebagai dayang Anda. Mereka semua dapat membantu apapun yang Permaisuri butuhkan. Bahkan hanya untuk sekedar sebagai teman mengobrol dan minum teh." Terang Karin.

"Hormat kami, Yang Mulia Permaisuri." Ucap para wanita itu secara bersamaan.

Tak kunjung menjawab, Hinata menggaruk lehernya dengan canggung. Bingung harus bersikap bagaimana. Tapi, apa tidak bisa penyambutan ini dilakukan nanti? Bukan di saat dirinya baru bangun dari tempat tidur seperti ini. Aduh, malu sekali. Apalagi tadi dirinya begitu sulit dibangunkan. Its not professional and its not ethichal.

A Time For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang