Bab V Titik Terang

599 71 7
                                    








Hari demi hari telah berlalu,, 2 bulan telah berlalu dan kini Zee masih beraktivitas seperti biasa, pergi ke sekolah, bermain basket, hingga terkadang mereka mengisi band di kafe-kafe. hari ini dia bekerja di kedai kopi tua. kali ini ia mendapat shift malam, beruntung besok hari libur dan dia tak perlu bangun cepat. hingga sampailah pada tengah malam saat kedai hendak tutup, atensi Zee beralih kepada satu meja di pojok bernomor 10. ada seorang lelaki paruh baya duduk sepertinya sudah dari tadi sejak pengunjung kedai ramai hingga saat ini tersisalah dia seorang. melihat seorang bapak-bapak itu Zee yang mulai terusik dengan asap rokoknya memberanikan diri melangkahkan kakinya ke arah  pria itu.

"Hey pak tua, asap rokokmu bisa membunuh kami disini" Ucap anak itu sedikit kesal

mendengar hal itu pria tersebut sedikit menoleh, memperlihatkan seorang gadis remaja. dia masih mecoba tidak peduli dengan ucapan gadis itu dikarenakan dia sangat pusing. karena sampai saat ini dia belum menemukan putri melodi. ya ...pria itu adalah Jonathan, lelaki dari keluarga Naratama.   

"Biarkan saya menikmatinya, jarang-jarang saya bisa merokok. istri saya galak" Ucapnya sembari tersenyum tipis.

"tapi asap itu sudah terlau banyak, bisa-bisa kedai kami ketutupan asapmu pak tua" gadis itu kembali kesal melihat Jonathan yang kembali menghembuskan asap rokoknya itu.

melihat ekspresi gadis didepannya ini Jonathan kembali menghebuskan asap rokoknya kali ini tepat di depan wajah sang gadis. dia ingin tau sejauh mana gadis ini bertahan. rasanya seperti menjahili putri nya Gracia. dia tiba-tiba merindukan hal itu. melihat gadis didepannya itu seperti melihat bayangan Shani dan Gracia yang menyatu, wajahnya mirip Shani sama-sama memiliki lesung pipi. tapi tingkahnya seperti Gracia yang galak dan judes.

Zee yang semakin kesal ditambah ekspresi Bapak tua sialan itu yang berlaku seenaknya kepada dia. dia semakin geram, ditambah pria itu senyum-senyum melihatnya. dia berfikir pria itu mesum.

"Matikan sekarang atau aku akan membuang semua rokokmu itu ke tempat sampah" Ucapnya dengan gigih.

"Coba saja" ujar Jonathan ...dia ingin melihat seberani apa gadis ini.

Zee yang ditantang itupun dengan secepat kilat merebut bungkusan rokok di atas meja, meremukkannya dan pada akhirnya melemparkannya ke tempat sampah.

"dasar pak tua, saya tidak pernah main-main dengan ucapan saya. jika anda berani merokok lagi akan saya laporkan kepada istrimu, setidaknya fikirkaan kesehatanmu sudah tua sebentar lagi masuk tanah. setidaknya sisakan umurmu untuk menebus dosa di dunia" pedas memang omongan Zee ini tapi dia sungguh jengkel dengan pria di depannya ini. dia benci orang yang banyak omong,

"kamu seperti putri bungsu saya, omongannya sangat pedas tapi saya paham maksudnya itu untuk kebaikan saya. tapi sekarang dia benci, sangat membenci saya karena sebuah kesalahan yang saya lakukan di masa lalu. kesalahan saya ini memang tidak pantas untuk dimaafkan " ujarnya kembali 

Zee yang sedikit merasa bersalah melihat prubahan ekspresi wajah pria di hadapannya ini, sedikit tak tega karena sudah berucap kasar kepada orang berumur.

"Maaf, saya jika sedikit keterlaluan pak. saya tidak tau apa masalah yang anda hadapi tapi percayalah pak tuhan itu tidak tidur. ujian kita didunia ini mungkin ada yang berat tapi saat ini coba hadapi karena menyerah bukan pilihan yang baik. saya pernah ada di posisi terendah saya dan mungkin hampir mengakhiri hidup tapi saya banyak bertemu orang-orang yang menguatkan saya. saya percaya kedepannya semesta akan berpihak pada kita yang selalu bersyukur pada keadaan." ucap anak ini panjang lebar, entah mengapa sejak dia ditinggal orang tuanya dia bisa sebijak dan setegar ini. mungkin karena sudah beribu-ribu cobaan yang dia hadapi membuat dia sekuat ini.

Tentang HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang