0. One Night

4.2K 633 129
                                    

Rintikan hujan itu membasahi jalanan perumahan secara perlahan. Ia membiarkan bahu dan kepalanya basah. Tetap melangkah menggunakan heels hitamnya. Mendekat pada sirine mobil polisi yang ada di depan sana.

Beberapa anggota polisi tampak membungkuk ketika melihat kehadirannya. Seakan sosok itu sangat mereka hormati.

Berjalan melewati garis polisi, ia berhasil masuk ke dalam sebuah rumah kumuh. Keningnya mengerut saat aroma alkohol bercampur anyir darah menusuk penciumannya.

"Jaksa Hwang. Silahkan." Seorang anggota polisi menyerahkan sepasang sarung tangan latex hitam pada gadis berambut panjang yang disebut sebagai Jaksa itu.

Menerimanya, ia mulau memakai sarung tangan itu dan berjongkok. Tanpa rasa takut dan jijik, dia memegang beberapa bagian mayat yang berlumuran darah di lantai itu.

"Aku menghubungimu karena ku pikir, pembunuhan ini kemungkinan ada sangkut pautnya dengan kasusmu." Detektif lelaki bernama Jang Dowoon ikut berjongkok di samping Jaksa muda itu.

Mengangguk pelan, Jaksa itu beralih menyentuh sebuah tangkai mawar biru yang tangkainya dimasukkan ke dalam bagian tubuh korban, dengan bantuan jahitan agar mawar itu tak berpindah tempat.

"Sepertinya begitu." Hwang Jisoo, sosok jaksa muda yang amat cantik itu mulai mengeluarkan ponselnya. Memotret bagian mawar yang ditanah pada tubuh korban.

Belum lama terjun menjadi seorang Jaksa Penyidik, Jisoo langsung dihadapkan dengan kasus pembunuhan berantai yang amat membingungkan. Sudah hampir 3 bulan berlalu, namun kasus ini belum terpecahkan sama sekali.

Pelaku pembunuhan itu tampak cerdik. Walau selalu meninggalkan jejak berupa mawar biru dan jahitan di tubuh korban, namun Jisoo belum bisa menemukan pelakunya.

Memilih berdiri, Jisoo tampak meneliti sekitar. Berharap dia menemukan petunjuk lain yang tak sengaja ditinggalkan oleh sang pembunuh.

"Ah, apa kau datang bersama seluruh anggota tim mu?" Jisoo bertanya pada Polisi muda seusianya itu sembari membuka beberapa laci disana.

"Langsung saja. Kau ingin menanyakan Detektif Hwang? Dia sedang sibuk mengurus bandar narkoba sekarang. Jadi tidak ada disini." Seakan tahu maksud dari pertanyaan Jisoo, pria itu menjawab dengan percaya diri.

"Syukurlah. Itu lebih baik dibandingkan dia harus terlibat dalam kasus pembunuhan." Jisoo mengedikkan bahu.

Merasa tak menemukan apa yang ia cari, gadis itu kembali berkutat dengan ponselnya. Berniat hendak meminta asistennya datang dan melanjutkan tugas disana untuk mencari barang bukti atau petunjuk lainnya. Karena malam ini dia tak bisa pulang terlambat.

"Tidak akan selamanya begitu. Dia pasti akan ditugaskan pada tingkat yang lebih berat. Mau tidak mau." Perkataan Dowoon mampu membuat jemari Jisoo berhenti untuk mengetikkan beberapa kalimat pesan singkat.

"Jika takut, mengapa membiarkannya mengambil jalan ini?" Polisi yang memiliki umur sama dengan Jisoo itu tampak penasaran.

"Geunyang.... Kau tahu aku selalu memberikan apa yang dia mau." Jisoo tersenyum tipis. Kemudian berusaha terfokus pada pekerjaannya dan melupakan sejenak obrolan ringannya bersama Detektif itu.

..........

Aroma roti yang baru saja matang memenuhi ruangan dengan banyak oven terjajar. Sosok gadis dengan pakaian serba putih meletakkan satu loyang kecil kue yang baru saja ia buat di atas meja.

"Apakah itu varian baru, Sajangnim?" Seorang pegawai yang membantunya di dapur itu bertanya.

Tak lama, teman dari pegawai wanita itu menyenggol lengannya. Seakan pertanyaan yang baru saja terlontar itu tak harus keluar. Hwang Jennie yang melihat interaksi keduanya tentu terkekeh.

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang