Lisa paham jika dia terlalu ikut campur pada kasus yang bukan miliknya. Tapi rasa ingin tahu dalam dirinya tak bisa Lisa tahan. Terlebih dia sangat kesal melihat team kepolisian yang lambat di lokasi kejadian.
Mereka terlihat putus asa ketika beberapa CCTV di sekitar tempat kejadian mengalami masalah dan semua data hilang. Sayangnya, tidak ada dari mereka yang berusaha lebih untuk mendapatkan sebuah petunjuk.
Alhasil setelah pekerjaannya selesai pukul 5 sore, dia memutuskan kembali pada lokasi kejadian. Sudah terhitung 2 jam Lisa berada disana, tapi gadis itu belum menemukan sesuatu terkait kejadian siang tadi. Dalam hati dia kagum terhadap pembunuh itu. Pekerjaannya sangat rapih tanpa meninggalkan kotoran sedikit pun.
Hanya saja Lisa percaya, sebersih apa pun manusia menyapu lantai pasti akan ada satu butir debu tetap tertinggal. Itu artinya, walaupun sangat kecil Lisa yakin masih ada setitik celah untuk mendapatkan petunjuk mengenai kejadian tadi siang.
Berjalan ke sekitar, Lisa meneliti setiap tempat yang ia lewati. Sebenarnya sudah sejak tadi Lisa menelusuri tempat itu. Namun ketika meminta hasil CCTV yang terpasang, jawaban mereka selalu sama.
Mereka memberikan Lisa omelan karena sebelumnya telah didatangi oleh anggota polisi untuk meminta hal yang sama. Lalu memberitahu Lisa bahwa data dalam CCTV mereka tidak bisa diputar karena memiliki masalah.
Lisa sampai penasaran, apa yang digunakan pelaku untuk memusnahkan semua hasil CCTV di sekitar mini market. Selain itu, tak ada kamera dashboard yang merekam area sekitar karena letak mini market yang jauh dari area parkir dan hanya bisa dilewati oleh jalan setapak.
Sampai langkahnya terhenti di depan sebuah penatu. Bangunan itu sangat kecil jika dibandingkan yang lain. Tampilannya juga terlalu usang. Tapi jika seandainya tempat itu memasang CCTV, mungkin mereka akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang pelakunya. Karena letaknya cukup dekat dari mini market.
Hanya saja Lisa tidak yakin tempat itu memiliki CCTV. Apalagi dari tempatnya sekarang, Lisa bisa melihat pemiliknya yang sudah sangat tua.
Ingin melanjutkan langkahnya, tiba-tiba mata Lisa terkunci oleh sepeda tua yang terparkir di dekat pintu masuk penatu itu. Matanya kian menyipit, sembari berjalan mendekat.
Lisa berjongkok, dengan tangan meraba bagian bawah saddle sepeda. Hingga matanya membulat tatkala dia mendapatkan sesuatu.
"Nona, ada yang bisa kubantu?" Seorang wanita tua mendatanginya. Perilakunya yang seperti maling ini tentu membuat wanita itu khawatir.
Meringis pelan, Lisa mulai berdiri.
"Halmeoni, apakah sepedamu ini memiliki kamera?""Nde. Anakku yang memasangnya. Dia bilang, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di jalan raya. Dia memasangnya untuk berjaga-jaga." Mendengar kalimat itu, Lisa menghembuskan napas begitu lega.
Walaupun tidak bertanggung jawab dalam kasus itu, Lisa tetap akan senang bahwa ada sesuatu yang bisa digunakan sebagai petunjuk mengenai pelaku. Sebagai seorang polisi, keinginan Lisa hanya ingin kejahatan segera terungkap.
"Bisakah aku meminta memory card nya, Halmeoni? Sebagai gantinya aku akan memberikanmu bungeoppang dan bunga." Lisa terlihat sangat antusias, sampai dia lupa jika dirinya adalah seorang polisi. Tingkahnya itu mampu membuat wanita tua gemas.
"Tentu saja, Anak manis."
.........
Sepanjang hari dia menghabiskan waktu untuk tidur. Ketika jam menunjukkan pukul 12 malam, kedua mata itu terbuka. Dia merasa lebih baik dibandingkan pagi tadi. Apakah itu karena Jisoo merawatnya? Atau... Memang kedatangan Jisoo yang menjadi obat bagi sakitnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Time
FanfictionWaktu adalah sebuah rahasia langit. Tapi yang pasti, waktu tidak akan terus berputar. Ada kalanya suatu saat waktu seseorang terhenti. Maka ketika ada yang mengatakan, "Hargailah waktu." nyatanya ucapan itu benar adanya. Karena jika menyadarinya ter...