Jam makan siang yang baru saja tiba membuat lima orang itu saling berpandangan. Raut wajah mereka tampak serius, seakan sedang memikirkan hal paling berat di dunia.
"Tidak ada pilihan lain." Satu orang bernama Choi Seungcheol berucap, seraya beralih memandang Hwang Lisa cukup dalam.
"Kau yang termuda. Jadi kau yang pergi membeli makan siang." Lanjutan kalimat Seungcheol membuat Lisa menggerutu.
Dia sudah menduga ini akan terjadi. Seperti hari biasa, mereka akan mengorbankannya untuk menerjang panas matahari agar bisa membeli makan siang. Jika hal ini terjadi sesekali, mungkin Lisa akan memakluminya. Tapi hampir setiap hari dia yang selalu saja pergi.
"Kenapa aku lagi? Disini juga ada Luda."
Teman perempuannya itu melotot mendengar Lisa berucap.
"Ya! Kau tidak ingat jika aku satu tahun lebih tua darimu? Aku ini sekelas dengan Chaeyoung kalau kau lupa."Lisa berdecak kesal. Walaupun begitu, dia tetap bangkit dari duduknya. Meraih kunci mobil dan keluar dari ruangan itu. Menjadi yang termuda nyatanya tidak selalu menguntungkan. Ada kalanya dia tertindas seperti ini.
Mereka sungguh tidak tahu bahwa ayahnya adalah seorang Jendral Angkatan Darat, kakaknya pun seorang Jaksa. Belum lagi mengenai fakta bahwa keluarga ibunya sangat berpengaruh pada perekonomian negara itu.
Lisa yakin mereka tak akan memperlakukannya sebagai Junior yang polos jika mengetahui betapa berpengaruhnya keluarga gadis itu.
Tapi tentu saja Lisa tak akan memberitahu mereka. Dia hanya ingin meraih impian dengan usahanya sendiri. Karena jika mereka mengetahui tentang keluarganya, Lisa mungkin akan dengan cepat mencapai tujuan. Hanya saja hasil itu tak akan memuaskan karena bukan dari kerja kerasnya sendiri.
Lagi pula hal seperti membeli makan siang atau cemilan di jam kerja adalah hal sepele. Lisa tentu tak akan mengungkapkan hal besar dalam hidupnya karena kegiatan seperti ini.
Sebenarnya, dalam team itu tidak semuanya yang belum mengetahui tentang silsilah keluarga besar Lisa. Ada Luda dan Jang Dowoon yang sudah mengetahuinya. Mereka tak sengaja tahu saat sedang menunggunya di rumah sakit akibat insiden penusukan dirinya 1 tahun lalu dan tak sengaja bertemu keluarganya.
Terlebih Luda adalah teman sekelas Chaeyoung pada tingkat menengah pertama. Tentu dia sering bertemu dengan Luda ketika menghampiri kelas kakaknya untuk makan siang bersama.
"Di dunia ini memang kita selalu dihadapkan pada diskriminasi." Sembari keluar dari sebuah restaurant dengan menenteng dua buah paper bag berisi berbagai makanan, Lisa masih saja menggerutu.
"Lihat saja. Jika sudah memiliki Junior, aku tidak akan mau melakukan ini lagi." Lisa sendiri tentu tak akan melewatkan waktunya untuk menjadi Senior kelak. Impian terbesar gadis itu sepertinya baru saja berubah. Dimana dia ingin memperlakukan Juniornya seperti ini, dan dia bisa bersantai menunggu makanan datang.
Lisa bukanlah malaikat yang memiliki hati begitu bersih. Lisa masihlah manusia biasa yang memiliki keegoisan. Jika tidak begitu, Lisa mungkin dulu akan memilih memendam impiannya agar ketiga kakak gadis itu tidak harus hidup susah karena dirinya yang keras kepala pada impiannya ini.
"Choi Seungcheol sialan. Pria itu banyak mau sekali." Hendak berjalan menuju mobilnya yang terparkir, Lisa harus memutar arah untuk menuju mini market terdekat.
Baru saja dia mendapatkan pesan singkat dari Choi Seungcheol, bahwa lelaki itu menginginkan ice cream. Lisa berjanji, ketika sampai di kantor nanti dia akan melempar ice cream itu pada wajah Seungcheol. Tak peduli jika pria itu lebih tua 4 tahun darinya dan juga seorang Senior.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time
FanfictionWaktu adalah sebuah rahasia langit. Tapi yang pasti, waktu tidak akan terus berputar. Ada kalanya suatu saat waktu seseorang terhenti. Maka ketika ada yang mengatakan, "Hargailah waktu." nyatanya ucapan itu benar adanya. Karena jika menyadarinya ter...