1. Saturday Night

2.4K 539 126
                                    

Manusia memang tidak bisa berencana. Dalam perjalanan menuju salah satu unit apartement mewah disana, Lisa terus menggerutu mengenai tugas dadakan yang diberikan padanya untuk menyerjab penjualan ilegal narkotika pada sebuah nightclub.

Sialnya lagi, nightclub itu sering Lisa kunjungi ketika ia dan teman-temannya hendak melepas penat setelah bekerja. Mulai sekarang, dia tidak akan lagi bisa mendapatkan diskon dari minuman beralkohol disana.

Menggeleng cepat, Lisa berusaha melupakan diskon yang tak akan ia dapat lagi itu. Karena harus mengurus luka di lengannya, Lisa pulang cukup terlambat malam ini. Padahal ia sudah memiliki janji makan malam bersama ketiga kakaknya.

Sampai di depan pintu unit apartement itu, Lisa menarik napasnya berkali-kali. Lalu menatap lengan yang kini dibalut dengan jaket berwarna hijau yang baru ia beli saat dalam perjalanan pulang.

Tidak ada gunanya untuk berdiam diri terlalu lama. Lisa mulai memberanikan diri untuk membuka pintu apartement itu dengan menekan beberapa angka password.

"Aku pulang!" Lisa berseru sembari melangkah pasti menuju ruang makan.

Benar dugaannya. Mereka sudah menunggu Lisa terlalu lama. Terbukti dari raut wajah ketiganya yang tidak begitu antusias. Pertanda mereka sudah mulai kesal.

"Kenapa lama sekali? Jisoo Unnie bilang kau hanya mengurus kasus pengedaran narkoba. Perutku sudah berdemo sedari tadi." Protes pertama terlontar dari bibir Chaeyoung.

Dia tentu merasa heran dengan aktivitas Lisa malam ini. Biasanya adik mereka itu adalah yang paling senggang karena masih menjadi Junior dan belum terlalu memiliki banyak tugas. Tapi malam ini Lisa bahkan terlambat hampir 1 jam dari janji mereka.

"Ya! Kau pikir kasus pengedaran narkoba sangat mudah?" Dibandingkan menjelaskan, Lisa justru memilih berdebat dengan Chaeyoung.

Lagipula tak ada yang bisa Lisa jelaskan untuk keterlambatannya. Karena sebenarnya penggerebekan teamnya memang cukup singkat. Hanya saja Lisa harus pergi ke rumah sakit dan menjahit luka di lengannya hingga terlambat pulang.

"Bicara yang sopan pada kakakmu, Lisa-ya. Dan juga, bukankah pagi tadi kau menggunakan jaket hitam? Mengapa ganti?" Suara Jisoo itu membuat Lisa gelisah.

Seharusnya hal wajar jika polisi dalam divisi Kriminal dan Kejahatan mendapatkan luka saat bertugas kan? Tapi sayangnya akan berbeda dengan Lisa. Ia sudah berjanji pada mereka untuk tak terluka lagi. Namun malam ini dia harus mengingkari janji itu.

"A-Ah. Aku membelinya kemarin. Tapi tertinggal di asrama. Jadi kubawa saja malam ini." Lisa tidak tahu alasannya akan terdengar masuk akal.atau tidak.

Cukup merepotkan memang karena dia nyatanya tinggal di apartement itu bersama Jisoo. Kakaknya pasti tahu apa yang Lisa gunakan sebelum berangkat, atau semua baju Lisa di dalam lemari seperti apa.

"Sudahlah. Cepat duduk dan kita mulai makan malamnya." Jennie sepertinya tidak dalam suasana hati yang baik, membuat Lisa cepat-cepat duduk di samping Jisoo dan mulai melahap makanannya.

Hubungan Lisa dengan Jennie memang tidak terlalu baik sejak Lisa memutuskan untuk menjadi seorang polisi. Pada Jisoo pun, Jennie seakan memusuhinya walau terkadang masih memberikan sedikit perhatian. Alasannya tentu saja karena Jisoo yang mendukung Lisa untuk menjadi seorang polisi.

Jujur saja Lisa merasa sedikit bersalah karena impiannya, hubungan Jisoo dan Jennie mulai merenggang. Walaupun sebenarnya Jisoo selalu mengatakan tak apa, karena yang terpenting adalah Lisa bahagia dengan pilihannya sendiri.

Makan malam itu berjalan dengan tenang. Tidak ada yang berani untuk mengeluarkan suara sekalipun mereka ingin. Padahal makan malam ini hanya dilakukan satu minggu sekali. Seharusnya mereka mengatakan banyak hal untuk dibagi. Entah rasa sedih atau gembira.

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang