8. Refrain

1.5K 441 54
                                    

Jisoo tidak tahu, kekecewaan yang dia rasakan ini untuk Lisa atau dirinya sendiri. Mungkin saja keduanya. Kecewa pada dia yang tidak bisa menjaga Lisa. Atau kecewa dengan Lisa yang mengambil keputusan tanpa sepengetahuin Jisoo.

Hanya saja, gadis itu berniat untuk mendengarkan penjelasan Lisa setelah setengah jam lamanya berdiam diri di dalam kamar sendirian. Namun, ia sama sekali tak mendapati Lisa di apartment itu.

Kini, rasa kecewa Jisoo sudah berkali-kali lipat. Lisa pergi entah kemana, yang artinya sang adik memang tidak memiliki sesuatu untuk dijelaskan pada Jisoo.

Memikirkan sang adik, nyatanya lebih membuat Jisoo pusing dibandingkan dengan kasus-kasusnya. Hingga dia memilih keluar untuk sekedar menenangkan diri.

Hidup di negara dengan komsumsi alkohol cukup tinggi, Jisoo bisa mendapatkan minuman itu dengan mudah di mini market sekali pun. Jisoo mungkin akan sedikit mabuk malam ini untuk melupakan kekecewaannya terhadap Lisa.

Rasanya tidak akan sempurna, jika meminum alkohol tanpa teman. Entah keberanian dari mana, kini Jisoo berdiri di depan Bakery milik Jennie dengan satu kantung plastik besar berisikan beer kaleng dan soju.

Jisoo seharusnya ingat bahwa Jennie masih memendam amarah padanya. Datang kesini tentu saja akan sia-sia. Jennie tidak mungkin---

"Jisoo Unnie?"

Keduanya saling mematung. Jennie tentu terkejut dengan keberadaan orang yang hampir seharian ini memenuhi kepalanya. Ia sempat berpikir untuk menghampiri Jisoo, namun karena ego yang tinggi Jennie selalu menahannya. Tidak menyangka jika Jisoo sudah ada di hadapannya kini.

Sedangkan Jisoo tidak tahu harus berucap seperti apa. Dia terlalu takut untuk mendapatkan penolakan dari Jennie seperti biasa.

Keduanya terdiam cukup lama. Jennie pun bingung harus memulai pembicaraannya dari mana. Karena saat ini Jisoo pun ikut terdiam seperti dirinya. Padahal Jennie ingin sekali tahu alasan mengapa kakaknya berada disini.

Gadis berpipi mandu itu membasahi bibirnya yang kering. Alangkah baiknya jika dia mengucapkan terima kasih pada Jisoo terlebih dahulu karena telah merawatnya yang sakit kemarin.

Baru saja hendak membuka suaranya, Jisoo mendahuluinya. Membuat Jennie memendam kembali ucapan terima kasih yang mungkin saja membuat Jisoo akan senang ketika mendengarnya.

"Kau... Sudah membaik?" Selain berkeinginan menjadikan Jennie teman minumnya, tentu alasan Jisoo mendatangi Jennie untuk memastikan kondisi gadis itu.

Jisoo merasa bersalah karena telah meningalkan Jennie yang belum terlalu sembuh untuk menyiapkan makan malam Lisa. Ah, mengingat hal itu rasa kecewa Jisoo terhadap Lisa kembali hadir.

"Eoh. Aku sudah baik-baik saja." Jennie menjawab seadanya.

"Kalau begitu, ingin minum bersamaku?" Suara benturan antar botol kaca soju terdengar ketika Jisoo mengangkat kantong plastik hitam di tangannya.

Jennie menduga, mungkin saja kakaknya memiliki masalah. Tapi untuk bertanya, Jennie sungguh sungkan. Bibirnya seperti terkunci untuk memaparkan betapa khawatirnya dia terhadap Jisoo. Gadis itu hanya bisa menganggukan kepala untuk menyetujui ajakan sang kakak.

Jisoo sendiri tidak berniat menceritakan alasannya mabuk malam ini. Jennie tidak boleh tahu bahwa kini Lisa terlibat dalam kasus pembunuhan berantai yang Jisoo sendiri menyebutnya sebagai kasus paling menyeramkan.

Dia akan mencari cara untuk membuat Lisa mundur dari kasus ini. Setidaknya sebelum Jennie tahu dan mungkin akan mengamuk kembali.

...........

TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang