Aku mencintainya. Tapi kenapa dia seperti mencintai orang lain?
Aku tahu cinta itu rumit. Tapi tidak ada yang mengatakan akan serumit ini.
bxb hyunlix.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
Felix berjalan pelan, menaiki tangga menuju rooftop. Sudah dua bulan sejak dia dirawat di rumah sakit, Hyunjin memperbolehkannya rawat jalan. Nanti siang dia diperbolehkan pulang ke rumahnya dan kembali mengikuti kuliah.
Sekarang, untuk yang terakhir kalinya dia ke rooftop. Dia sering ke sini jika merasa bosan atau tiba-tiba ruangannya terasa sumpek atau pengap. Bernapas santai menikmati pemandangan kota Seoul dari tingkat paling atas di ASAN. Kadang dia sendirian di sini, tapi tak jarang juga Hyunjin menemaninya di sini. Tidak melakukan apa-apa, hanya diam, mengobrol pun tidak. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
Termasuk saat ini. Lelaki bersurai gelap memakai jas putih itu berdiri di sebelahnya, sama-sama menatap matahari yang baru setengah terbit.
"Hei."
Hyunjin menoleh, tumben sekali orang ini mengajaknya bicara. Hyunjin hanya berguman menjawabnya.
"Setelah aku pergi, apa kau masih di sini?" tanyanya tanpa menoleh, tatap memandangi matahari yang semakin lama semakin naik.
Hyunjin tersenyum tipis, "masih, sampai kau sembuh. Itu kesepakatannya."
Felix terdiam sesaat. "Memangnya, Hemofilia bisa disembuhkan? Ibu saja tidak." ucapnya pelan.
Kali ini Hyunjin terdiam. Tanpa sadar tangannya terkepal. "bisa jadi kau pun sama."
Felix tersenyum, menoleh ke arah Hyunjin. "Terima kasih. Kau tahu, berharap lebih kadang membuatku tersikasa sendiri, ini baru pertama kalinya ada orang yang mengatakan begitu padaku. Setiap dokter yang memeriksaku selalu mengatakan kalau aku akan sembuh, katanya berpikir yang positif saja. Tapi aku malah merasa terbebani dengan itu."
Hyunjin diam. Astaga, apa yang terjadi dengan lelaki pirang di hadapannya ini? Kenapa Felix terlihat sangat.. indah. Rambut pirangnya berkilau terkena sinar matahari terbit. "Tapi artinya kau akan mati."
"Tidak apa-apa. Toh, apa yang perlu kuharapkan lagi di dunia ini. Lama-lama aku iri pada ibuku."
Hyunjin menghela napas sejenak. Menoleh ke arah matahari lagi, "matahari terbitnya, indah, ya."
Mata Felix melihat ke arah yang Hyunjin lihat, mengangguk.
"Kalau begitu, bersenang-senanglah sampai masa itu sampai. Karena aku tidak akan membuatmu mati dengan mudah."
Felix tertawa kecil, "terserah kau saja, Hwang Hyunjin. Ngomong-ngomong, Jeongin bilang kau jarang membalas pesannya dua minggu terakhir. Ada apa?"
Hyunjin terdiam sejenak. Tentu saja, dia jarang membukanya. Dia terlalu sibuk akhir-akhir ini, banyak tugas operasi, walaupun saat ini hanya Felix yang jadi pasiennya. Dia tetap punya kesibukan lain. Bukannya tidak menempatkan sang pacar menjadi prioritasnya, tapi dalam sebuah hubungan pasti ada saja yang namanya jengah, kan?