Aku mencintainya. Tapi kenapa dia seperti mencintai orang lain?
Aku tahu cinta itu rumit. Tapi tidak ada yang mengatakan akan serumit ini.
bxb hyunlix.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
...
"Hei, aku boleh bertanya sesuatu, agak keterlaluan mungkin, tapi aku terlanjur penasaran." Felix duduk di sebelah Jisung.
Lelaki berpipi chubby itu mengangguk.
Felix berdehem sebelum bertanya, "kenapa feromon kakakku menempel di tubuhmu?"
"Hah? Kau bisa menciumnya? Astaga, aku harus pakai apalagi untuk menyamarkan feromonnya? Dasar manusia kelebihan hormon." Jisung berdecak kesal, mengambil sebuah semprotan dari tasnya. Sekilas mirip parfum padahal isinya adalah scent bloker.
Felix terdiam sejenak, berpikir. Menatap Jisung dari atas ke bawah. "Kau nge-sex sama kak Minho? Kau ngevve sama dia?" Felix mengguncangkan bahu sahabatnya itu.
Wajah Jisung memerah seketika. "A.. aku tidak bermaksud begitu, kebetulan saja aku sedang dalam masa heat, jadi dia membantuku, begitu saja." Jawabnya dengan suara pelan.
"Bukan pertama kali, kan kalian begitu." Ucap Felix dengan nada tajam.
Jisung diam saja, menelan ludah kasar.
"Beberapa waktu lalu, Kak Minho mengunjungku di rumah sakit. Aroma feromonnya tercampur denganmu, aku hafal wanginya. Udah berapa kali? Awas aja habis ini hamil." Felix menyilangkan tangan di depan dada. Menggerutu sebal.
Jisung mengedipkan matanya beberapa kali. Tertawa kecil, "selalu pake pengaman, kok. Lagian aku juga heran denganmu. Aku dan Seungmin sudah ada pacar, si Seungmin malah udah nikah. Kau kapan dapet? Kenapa tidak cari saja?"
Felix terdiam sejenak. "Aku, sudah ditandai."
Jisung mungut-mungut saja, "hebat sekali, aku bahkan tidak bisa mencium feromonmu, kau hampir mirip beta."
Felix menoleh, "aku tida pakai suppressant atau scent bolker apapun."
"Itu berarti alpha itu beneran menandaimu. Dia tidak mau kau di dekati alpha lain."
"Hmm, kuharap begitu, sihh. Ngomong-ngomong aku kontrol siang ini, kau mau ikut?" tanya Felix, mengeluarkan buku dari tas, dosen baru saja masuk.
Jisung mengangguk. "Ya, aku bebas hari ini. Mungkin aku bisa menemanimu. Apa perlu kita ajak Jeongin juga? Kau mau bertemu dokter itu, kan?" tanyanya.
Felix tertawa kecut, kalau dia membawa Jeongin juga, apa Hyunjin akan senang dengan itu? Tapi pada akhirnya dia mengangguk mengiyakan. Tidak apa-apa, siapa tahu waktu itu Hyunjin cuma bercanda, dan ternyata dia malah menyukai Jeongin. Memperbaiki hubungan orang adalah hal baik, kan?
...
.
.
.
...
"Kenapa kau malah membawa Jeongin, sih, geblek. Emosi Hyunjin tidak stabil akhir-akhir ini. Dia sedang masuk dalam masa rut-nya. Kau tahu alasan utamanya? Jeongin. Dia tidak ingin bertemu dengannya." Seungmin menarik lengan Felix keluar ruangan.