ANnyeonghaseyooo yeorobuun...
Uri janne hadir di sore hari menjelang buka puasa.Aku lagi challenge diri sendiri, kira-kira 1 jam bisa nggak yah ngetik bab baru?
.
.
.
Selamat Membaca.Melan bersorak bahagia, menyaksikan bagaimana hebatnya Vino memasukkan bola ke dalam ring. Keringat yang membasahi wajah tidak serta merta mengurangi kegantengan lelaki itu.
"Pinpin Semangaaatt!!!" Melan berdiri di tempatnya. Teput tangan dengan semangat.
Sorakan Melan terhenti kala seseorang menyentuh lengannya pelan. Rupanya Nando, sang ketua kelas.
"Apa?" Tanya Melan ketus merasa kegiatannya terganggu.
"Lo dipanggil sama Pak Nian."
Dahi Melan mengernyit heran. Ada apa dirinya sampai dipanggil sama guru BK? Perasaan dia tidak terlibat masalah apapun.
"Beliau ada di ruangan Pak Eko ya Mel," imbuh Nando.
Melan mengangguk. Gadis itu menitipkan perintilannya kepada Jennie sebelum akhirnya menuju ruang wali kelasnya. Gadis itu berjalan dengan senyuman senang.
Sebelum memasuki ruangan tersebut, Melan mengetuk pintu pelan.
"Ya silakan masuk." Suara dari dalam ruangan itu membuat Melan langsung memasuki ruangan. Disana, dia melihat tidak hanya ada Pak Eko dan Pak Nian. Tetapi ada Bu Sri kepala sekolah yang terkenal garang.
"Permisi pak..." Sapa Melan dengan Sopan.
"Eh Melani... Sini sini duduk..." Eko mempersilakan Melan untuk duduk di kursi yang sudah disediakan.
Melan bingung, kenapa ada gadis lain yang dia ketahui satu kelas dengan Vino? Melan lupa siapa namanya...
Tanpa banyak kata, Melan memilih duduk di tempat yang sudah dipersilakan tadi. Berdampingan dengan gadis berkaca mata yang menundukkan wajahnya.
Rasa penasaran semakin membuncah, ada masalah apa sebenarnya di antara mereka?
Jadi begini Melanie, maksud Bapak memanggil kamu untuk membahas perihal foto ini." Pak Eko mengangsurkan sebuah foto kepada Melan. Foto dimana ada dia dan Vino yang posisinya dikatakan seperti orang sedang berciuman.
Mata Melan membelalak lebar. Jelas-jelas kejadiannya tidak seperti itu. Hari ini memang dia berada di lapangan untuk menemui Vino, tapi kalau untuk berciuman...
"Melanie, Bapak ingin mengkonfirmasi kebenaran foto ini. Apakah benar?" Tutur Pak Eko dengan nada lembut.
"Ngapain konfirmasi segala pak? Jelas-jelas ada bukti foto kalau mereka berbuat yang tidak-tidak." Tukas Bu Sri. Bahkan dia sempat menunjuk-nunjuk foto tersebut di depan Melan.
"Sabar Bu Sri, kita harus konfirmasi dulu dengan jelas. Biar tidak ada kesalahpahaman." Pak Nian ikut menimpali.
"Iya Bu betul. Lagian saya tahu kok Vino seperti apa." Pak Ardi selaku wali kelas Vino ikut serta membela. Lagian dia yang biasa melihat betapa cueknya Vino, mana mungkin bisa berbuat seperti yang dituduhkan.
"Tapi saya memang nggak ngapa-ngapain sama Pin- emm.. maaf maksudnya Vino. Saya cuma berniat menonton tanding basket antar kelas saja." Melan membuka suara. Gadis itu menoleh sebentar ke arah perempuan yang duduk di sebelahnya. "Kalau boleh tahu, dari mana Bapak dan Ibu mendapatkan foto itu?"
Pak Nian menjelaskan. "Bapak dapat laporan dari Yuni, teman sekelas Vino. Katanya sudah melihat kejadian ini berulang kali."
"Berulang kali?" Bah, Melan tidak habis pikir. "Saya nonton basket saja baru hari ini pak. Dan... saya tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan seperti kata Yuni."
"Tapi kalian memang pacaran!"
Semua yang ada di dalam ruangan menoleh. Menatap Yuni dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Maksud kamu??" Melan jelas-jelas tak terima dengan tuduhan tersebut. Dirinya memang ingin berpacaran dengan Vino, tapi untuk saat ini mereka sedang tidak menjalin hubungan apapun.
"Saya beberapa kali melihat kamu memberikan sesuatu kepada Vino. Bahkan hari ini juga sama. Kamu membelikan makanan untuknya. Hubungan apa kalau bukan berpacaran?!"
"Tapi Pak Eko, Melan memberikan sesuatu kepada Vino bukan karena kita pacaran, Bapak tahu kan kalau saya berlima sahabatan?" Ujar Melan ke arah Wali kelasnya.
"Dan setahu saya, memberi sesuatu kepada orang lain belum tentu berpacaran." Imbuh Melan dengan tatapan jengkel ke Yuni.
"Tapi ini sudah ada buktinya pak!"
"Bapak kalau tidak percaya, boleh kok cek CCTV. Disitu bisa terlihat jelas saya dan Vino melakukan apa saja." Ujar Melan dengan tegas. Akan tetapi tatapannya masih terus menatap Yuni. "Jika saya terbukti tidak bersalah, maka yang harus dihukum adalah dia Pak." Tunjuknya.
Pak Nian yang melihat aura semakin sengit langsung menyudai pertemuan itu. "Suda,sudah ... Biar masalah foto ini para guru yang selesaikan. Sekarang Melan dan Yuni kembali ke Kelas masing-masing."
***
Melan menceritakan kejadian kenapa dia bisa dipanggil ke ruang guru kepada teman-temannya. Dia memutuskan langsung menumpahkan kekesalannya kepada yang lain.
"Kurang ajar banget sih si Yuni! DIkira kelas kita nggak berani lawan kelas mereka?!" Ucap Nando menggebu-gebu. Dia tak terima temannya dituduh seperti itu.
"Lagian apaan sih tu Cewek! Cepu banget segala main foto-foto! Ngapain juga kita ciuman di sekolah!" Sahut Lala.
"Iya. Lagian Pinpin emang mau ciuman sama Melan?"
Melan tak dapat menahan untuk tidak memelototi Jennie. Kenapa ucapannya begitu benar sih?
"Terus jadinya gimana Mel?" Tanya Nando.
Melan Mengendikkan bahunya. "Nggak tahu."
"Kita samperin si Yuni aja biar dia jera. Kalau perlu kita jambak sampe rambut sama ketombenya pada copot!" Jennie menggebu-gebu. Dia kesal sahabatnya dituduh seperti itu.
"Vino tahu?"
Melan menggeleng.
"Harus kasih tahu sih. Soalnya ini menyangkut kalian berdua. Siapa tahu kalau Vino ikut jelasin, para guru percaya." Lanjut Nando.
"Tapi gue malu bilangnya."
Jennie menatap Melan heran. "Malu kenapa? Tumben amat lo bilang malu."
"Ya masalahnya kan ini tentang cium-mencium Ni! Kalau dia nggak percaya terus anggapnya gue yang kepengen gimana?"
"Ya Udah tinggal bilang pengen aja Mel."
Pendek dulu yaa ... Wkwkwk
Mianhae aku sempat menghilang. Karena ada beberapa masalah yang datang bebarengan wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN I'M AROUND YOU
Chick-Lit[SPIN OFF - PLEASE LOVE ME, CITO!] Kisah antara Melan dan Vino yang beranjak dewasa. Beranjaknya dewasa, Vino atau yang biasa Melan panggil dengan panggilan Pinpin itu berubah menjadi sosok dingin dan irit bicara. Berbeda dengan Vino, Melan justru t...