12. Sampai Menutup Mata

352 23 7
                                    

Summary,

Jika sesungguhnya marwah ku adalah untuk melayanimu, mengapa Tuhan malah menuntut ku untuk jauh darimu.

Meninggalkan sebuah jejak jebak luka yang malah melangkahkan diriku untuk memintamu bersanding dengan orang lain selain diriku.

Aku sadar aku salah, tapi aku tak mau jika dirimu semakin menderita karena ku

Sungguh aku benar-benar mencintai mu suamiku, Lee Jeno.

.

.

Ya tuhan, mengapa engkau menghadirkan ujian yang sangat berat untukku,

Ujian yang langsung mengarahkan diriku pada titik kelemahan, kelemahan jiwaku, dan kelemahan batinku,

Apa engkau ingin aku lebih cepat untuk tumbang?

Melihat lelaki ku menangis karena kecemasan nya terhadap diriku adalah sebuah siksaan batin yang sangat tajam untukku tuhan,

Apa engkau cemburu dengan utusanmu sendiri?

Ketika engkau mendatangkan seorang pangeran tampan kepadaku untuk menjadi perisai agar bisa melindungi diriku,

Akan tetapi engkau tiba-tiba menghujamnya dari atas, membuat dirinya lengah, dan engkau kini membawaku bersamamu,

Tuhan, lihat sekarang pegangan pada perisai tameng itu sudah mulai lapuk,

Bagaimana jika pegangan nya suatu saat benar-benar patah dari perisai tersebut?

Sekuat apapun perisai itu mampu menangkis peluru, akan tetapi jika pegangan pada perisai tersebut hilang, perisai itu tak ada artinya Tuhan!

Aku berdoa kepadamu, jika suatu saat engkau menghendaki ku untuk pulang bersamamu, aku mohon, kuatkan hati suamiku, anak-anak ku, dan kuatkan imannya agar nanti aku bisa mendengar doanya kepadamu untuk diriku,

Lee Jaemin ,

.

.

Dua hari sudah Jaemin duduk di mimbar bantal rumah sakit, pikirannya kacau ketika laporan diagnosa tadi pagi keluar.

"Neuroblastroma yang ada di tubuh Jaemin semakin menyerang syarafnya Jen, bisa dikatakan ini sudah masuk pada stadium tiga,"

Jaemin bisa melihat bagaimana tangis suaminya kala dokter Jung mengatakan perihal tersebut,

"Apa aku bisa melawan semuanya? bagaimana dengan putra putriku nanti? bagaimana dengan Jeno?"

Hanya Jeno dan kedua buah hatinya yang menjadi permasalahan pada biang hatinya,

Ia tidak peduli dengan nyawanya, anak itu lebih peduli dengan ketiga perisai kekuatan untuk alasan dia bertahan.

"Eomma!"

Tertahan oleh rindu, dan menangis untuk gersang, suara indah itu tiba-tiba hadir.

Dengan mata berkaca-kaca, Jaemin melihat dari pintu kamar rumah sakit ruangannya dirawat, Axel dan Aeri datang antusias berlari kepadanya.

Bersama dengan Chanyeol serta Baekhyun, orang tua bahagia Jaemin.

"Eh aduh aduh, kesayangan Eomma kesini yah, kangen kan pasti, hayo tadi disekolah nakal tidak kalian?"

Suara lemah itu, dibuat semenyenangkan mungkin, agar sang ibu terlihat baik-baik saja di depan kedua anaknya.

"Nak bagaimana dengan kondisi Nana saat ini?"

Baekhyun datang, sambil membawa Aeri si bungsu di gendongan Halmoeni nya,

"Sudah sangat membaik ketika melihat mereka sehat Eomma,"

DANDELION | NOMIN FEAT RENJUN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang