06. Siap Terluka

636 36 5
                                    

Summary,

Jika sesungguhnya marwah ku adalah untuk melayanimu, mengapa Tuhan malah menuntut ku untuk jauh darimu.

Meninggalkan sebuah jejak jebak luka yang malah melangkahkan diriku untuk memintamu bersanding dengan orang lain selain diriku.

Aku sadar aku salah, tapi aku tak mau jika dirimu semakin menderita karena ku

Sungguh aku benar-benar mencintai mu suamiku, Lee Jeno.

.

Mungkin benar kata senandung, bahwa cinta tak akan pernah bisa menjanjikan akhir yang selamanya bahagia.

Terkadang cinta butuh masa untuk menunjukkan dukanya.

"Donak Donak, bolehkah nanti Axel beltemu Appa di lumah sakit?" pekik Axel yang sedang ada didalam mobil Renjun.

Sedangkan Renjun yang sedang menyetir nampak bahagia, melihat kedua anak bahagia dibelakang.

"Boleh dong sayang, kebetulan Appamu juga hari ini tidak terlalu banyak pasien," sambung Renjun menanggapi.

Tak selang beberapa lama, akhirnya mobil sang dokter anak tersebut sudah sampai disebuah gedung rumah sakit besar.

Sebelum Renjun dan Seokjin pergi ke ruang nya, si ibu satu anak itu terlebih dulu mengantarkan Axel keruangan direktur.

Yups, siapa lagi kalau bukan ruangan Lee Jeno, pemilik sekaligus penguasa dirumah sakit besar seantero Korea itu.

//CKLEKK...

"Appaaaaaa...," suara khas nyaring anak itu menguat, mengejutkan seorang lelaki berparas tampan yang terlihat memperhatikan secarik kertas sedari tadi.

"Lhohh, Axel kok bisa sampai kesini sama siapa nak?" heran Jeno, namun pertanyaannya menceletuk ketika Renjun dan Seokjin muncul disebalik pintu.

"Maaf dokter Lee, tadi istri anda bilang bahwa Nana tidak dapat menjemput Axel karena Aeri dirumah sedang demam dan tak ingin ditinggal, jadi sekalian saja Axel kubawa bersama Seokjin," ujar Renjun menjelaskan dengan formal mengingat jika ini masih jam kerja dan Jeno adalah atasannya.

Sedangkan Axel yang sedari tadi terus memeluk Jeno, justru terdapat raut wajah getir di muka si kecil Seokjin.

Dengan mata yang semu berkaca, kilasan air mata tak sengaja turun di obsidian Seokjin.

Renjun melirik sebentar, dan terkejut dengan badan anaknya yang tiba-tiba menangis bergetar dengan tiba-tiba.

Dengan segera sang ibu itu langsung memeluk Seokjin sambil membawa anak kecil tersebut kedalam dekapan hangatnya.

"Hiks Mamim, hiks Jijin lindu Baba hiks, Jijin juga ingin dipeluk sepelti Axel hiks,"

Ucapan Seokjin barusan tak luput dari pandangan si ayah anak disana, membuat Jeno iba melihat anak Renjun.

"Seokjin sini nak,"

Suara Jeno disana meminta dengan tangan yang melebar berusaha memeluk si kecil Seokjin.

Dengan isakan kecil, Jijin langsung mendekat ke arah Jeno dan langsung memeluk Jeno bersama Axel.

"Jijin nggak boleh nangis lagi Nee, disini kan ada Samchon, janji nggak boleh nangis ya nak," ujar Jeno mengusap surai lembut si kecil Seokjin.

Jijin hanya mengangguk patuh, sembari tersengguk melirik kedua anak manis yang nampak nyaman didalam dekapannya.

"Jeno-ya, bagaimana bisa aku lupa denganmu kalau sikapmu saja sesayang ini dengan putraku," batin Renjun dibelakang ikut teduh.

DANDELION | NOMIN FEAT RENJUN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang