"Persahabatan yang sebenarnya bukan siapa yang menjalin persahabatan paling lama, namun siapa yang saling mengerti dan memahami satu sama lain."
*****
Setelah pulang dari panti asuhan, Alea duduk diam di halte sambil menunggu Javan yang akan menjemputnya. Rasa penasaran dan rasa sakit hati tercampur menjadi satu.
"Kalo bukan mereka, lalu siapa?" gumam Alea.
"Ternyata bang Enzo juga bukan Abang aku, terus Abang aku siapa?"
Alea terus memperhatikan sebuah foto yang ia ambil langsung dari pengurus panti asuhan tadi. Alea sangat berharap agar dapat dipertemukan dengan kedua abang kandungnya, setelah mendengar cerita dari orangtuanya ralat orangtua angkatnya Alea kehilangan semangatnya.
*****
Javan mulai mengendarai motor sport nya untuk keluar dari lingkungan sekolah bersama keenam sahabatnya. Selama perjalanan keenam temannya asik bercanda, namun tidak dengan Javan. Entah mengapa perasaan Javan menjadi tidak enak, ada sesuatu yang mengganjal.
'Tumben perasaan gue gak enak gini.' batin Javan.
Javan melamun, sampai tidak sadar kecepatan sepeda motornya bertambah. Ia hanya bingung dengan perasaan nya sendiri.
Pergerakan Javan tentu menjadi atensi sahabatnya, terutama Jendral yang selalu peka dengan keadaan. Jendral memperhatikan motor sport Javan yang mulai melaju tidak normal, ia sengaja mendekati motor Javan agar bisa memperingati Javan agar lebih mengurangi kecepatan sepeda motonya.
"VAN!" pekik Jendral saat melihat motor Javan hampir bersenggolan dengan bus pariwisata.
Lamunan Javan terbuyar dan ia kaget saat motonya sangat dempet dengan mobil bus, "Shit!" umpat Javan setelah berhasil menghindari mobil bus pariwisata itu.
mereka semua memutuskan untuk berhenti dipinggir jalan untuk bertanya pada Javan yang terlihat sedang tidak baik-baik saja.
"Lo kenapa?" tanya Jendral.
Giyo turun dari sepeda motornya lalu berjalan mendekati Javan yang sedang membuka helm dari kepalanya, lalu Javan menyugar rambutnya kebelakang.
"Van, ada masalah?" tanya Giyo dengan raut wajah khawatir.
Javan menghela nafas berat, "gatau kenapa perasaan gue gak enak, gue takut," lirih Javan.
"Semoga itu cuma perasaan lo doang, bang." ujar Rayhan.
Semuanya saling menatap satu sama lain, hingga kejanggalan terjadi. Javan menyadari bahwa hidung Giyo mengeluarkan darah, Javan langsung sigap untuk menutupi bagian hidung Giyo menggunakan masker.
"Biasain kalo mau bersin pake masker, virusnya nanti tersebar." ucap Javan sambil berusaha membuat Giyo paham apa yang ia maksud.
"Bersin?" tanya semuanya kompak.
Giyo dan Javan saling tatap satu sama lain, Giyo membutuhkan pembelaan dari Javan sekarang. Giyo belum siap untuk memberitahukan penyakitnya kepada para sahabatnya sekarang.
"Udah mangap dia mau bersin, dari pada nyebar virus jadi gue sumpel pake tissue sama masker." jelas Javan.
Giyo sangat berharap teman-temannya tidak curiga dengan mereka berdua, karena ini bukan saat yang tepat untuk memberi tahu tentang penyakitnya.
"Jorok bat sih lo bang," ucap Rakan sambil menutup hidungnya.
"Ah," Giyo menggosok hidungnya diluar kain masker hitam yang dipakaikan oleh Javan sebelumnya, "gue sedikit kurang sehat, oh iya gue mau pergi nganter kaktus ke dokter Alya dulu ,ya. Sekalian minta gratisan obat bersin." ucap Giyo sambil terkekeh.

KAMU SEDANG MEMBACA
JAVAN DAN SEMESTANYA [HIATUS]
Novela Juvenildeskripsi dibuat saat cerita sudah tamat! follow akunku agar tau spoilernya. ig @bobarw67 tiktok @wpolien ⚠️MY WORKS, DO NOT IMITATE ANYONE!! ⚠️IF IT'S PLAGIARISM I'LL MAKE SURE YOUR ACCOUNT IS SPREAD!!