~
Ku buka perlahan manik hitam ini dan kudapati cahaya mentari menyapaku. Aku tersenyum dan beranjak bangun, membuka gorden dengan sempurna dan berjalan menuju balkon. Ku hirup udara segar dan menikmati pemandangan hijau di sekitar.
"Indahnya alam seindah wajahku," Aku terkekeh geli mendengarnya.
Aku masuk kembali dan berjalan menuju dapur untuk membuat sarapan sederhana saja karena aku harus ke kantor. Hanya segelas kopi dan roti panggang sudah mampu mengganjal perutku.
-
"Selamat pagi, Pak," sapa salah satu karyawan kepadaku.
Aku mengangguk dan tersenyum sembari terus berjalan menuju ruanganku. Baru saja aku membuka pintu, aku sudah dibuat lelah oleh tumpukan berkas yang harus aku baca, Ya Tuhan.
Aku duduk dengan malas, mulai ku baca satu persatu berkas itu, mulai dari berkas laporan karyawan sampai klien, semuanya menumpuk di depanku.
"Semangat, kau pasti bisa!" Aku menyemangati diriku sendiri.
Sebagian berkas sudah ku periksa, aku ingin merilekskan diri dengan membaca buku, aku berjalan ke rak buku di pojok ruanganku. Saat aku sedang mencari buku yang akan ku baca, tak sengaja aku menemukan sebuah bingkai foto, foto yang selama ini aku hindari.
Aku tertegun memandang foto itu, sebuah gambar anak laki-laki dengan kemeja putih polos dan celana hitam, jam tangan hitam dan gelang yang melingkar di tangan cantiknya, memakai kacamata bening tersenyum manis ke arah kamera sembari membawa boneka beruang putih.
Aku mengambil bingkai itu dan terus memandangnya, "apa kabar?" Gumamku.
"Sudah 5 tahun sejak kau meninggalkanku, apakah kau baik-baik saja?"
Memandang fotonya membuat luka lama di hatiku kembali terbuka, ingatan itu kembali datang, rasa bersalah itu kembali menguasai, dan air mataku kembali menetes.
Sadar akan air yang melewati pipiku, segera aku mengusapnya dan mengembalikan bingkai itu ke tempatnya yaitu di balik sebuah buku tebal agar tak nampak oleh mataku.
Aku ingin membuangnya bahkan membakar foto itu, namun di sisi lain aku juga tak mampu. Hanya foto itu satu-satunya kenangan yang aku memiliki darinya, aku masih kerap merindukan senyum manisnya, dalam waktu yang bersamaan, rasa marah nan bersalah juga datang.
Aku kembali duduk dan mengatur napasku, aku memilih untuk melanjutkan pekerjaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loving You Forever
FanfictionJika suatu saat kau kembali, apapun yang kau katakan, tidak akan aku sangkal atau tolak. Semuanya akan aku terima dengan lapang dada karena kesalahan itu memang mutlak salahku, maafkan aku. ORIGINAL PIKIRAN AUTHOR! Sorry for typos and happy reading...