"Mati satu persatu, atau mati bersama."—Z
|||
Beberapa menit berlalu. Tidak terasa ketujuh laki-laki itu sudah lama beristirahat di sebuah hutan. Akhirnya keadaan Arvin sudah lebih membaik dibanding dengan beberapa menit lalu.
"Vin, Lo udah kuat lagi?" tanya Sean. Matanya memperhatikan Arvin.
"Udah," jawabnya. Arvin menganggukkan kepalanya.
"Kalo gitu, kita lanjut lagi buat nyelesain tugas kita." Randy beranjak dari duduknya. Mengendong tasnya.
Mereka mengangguk ajakan Randy. Kini, semuanya sudah kembali membawa barangnya. Kaki mereka kembali melangkah untuk mencari barang-barang yang di perintahkan oleh kakak senior.
Tanpa mereka sadari, satu buah barang terjatuh dari dalam tas salah satu dari mereka. Barang itulah yang akan membuat mereka semua terjerumus dalam sebuah masalah yang akan datang.
Matahari sudah tinggi dan memancarkan sinar yang cukup panas. Namun, ketujuh laki-laki itu masih belum menemukan satu pun barang yang tertulis di kertas.
"Kemana lagi, kita cari barang-barang itu. Capek banget gue," keluh Bian. Dirinya sudah merasakan badannya yang mulai sakit. Serta keringat yang tidak henti-hentinya menetes dari dahinya.
"Ngapain juga sih harus cari begituan. Kenapa nggak ngasih pertanyaan aja."
"Bener tuh. Kalo gini mending gue tadi nggak usah ikut kegiatan ini," timpal Farrel. Ia sebenarnya sempat berpikiran untuk tidak ikut kegiatan ini. "Mending tidur di kelas."
"Jangan ngeluh mulu Lo pada. Mending bantuin cari," cibir Trian. "Kita mencar aja, nanti kumpul lagi di tempat ini."
"Mencar? Yang bener aja Lo. Kalo, nanti pada nyasar gimana?" William membantah usulan Trian. Ia takut mereka semua tidak bisa kembali berkumpul, dilihat-lihat hutan ini juga cukup besar dan banyak pohon tinggi yang membuat susah untuk mencari jalan.
"Kalo nggak begitu, tugas kita nggak akan bisa selesai. Tolong lah pengertiannya untuk hari ini aja." William berdecak kesal. Trian terlalu memikirkan tugas dari pada keselamatan nyawa mereka.
"Oke. Gue setuju usulan Lo. Tapi, salah satu dari kita nggak kembali, Lo yang tanggung jawab!" William menekan ucapannya. Trian mengangguk, dirinya akan bertanggung jawab semisalnya mereka tidak kembali berkumpul.
"Supaya nggak terlalu berbahaya. Kita bagi jadi beberapa orang, ada yang dua orang dan ada yang tiga orang," kata Randy. Memberi usulan supaya mereka tidak sendiri-sendiri. Karena, hal itu bisa saja berbahaya.
"Gue setuju sama Lo. Gue akan bagi timnya, Bian sama gue, Arvin sama Randy, Farrel, William sama Sean. Gimana setuju." Mereka mengangguk setuju.
Trian memotret kertas yang dirinya pegang. "Gue, udah kirim daftarnya digrup. Lo semua harus langsung kembali ke sini, setelah semua barang kekumpul, oke."
Semuanya mengiyakan. Satu persatu dari mereka meninggalkan titik tempat berkumpul.
|||
Sedangkan disisi lain hutan. Bian dan Trian berusaha mencari benda-benda tersebut. Pencarian ini cukup sulit, karena begitu banyak tanaman berduri yang bisa saja membuat kaki mereka terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELP ME! | High Star School
Teen Fiction[ IDE MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR, TIDAK ADA CAMPUR TANGANNYA DENGAN KARYA ORANG LAIN ❗] Seorang cowok yang rela pindah sekolah demi mencari tau penyebab kematian sang Kakak yang dirasa cukup aneh. Karena pihak sekolah menutupi kasus ini sebagai kas...