Hope is the light that guides us through the darkness. Always believe that there is a path to a bright and happy world.
.
.
.
.
.
.
.
.
🥀🥀🥀🥀🥀🥀Adrian menatap hasil analisis di tangannya, memikirkan langkah berikutnya. Pikiran tentang Lily tak henti-hentinya mengganggu, seakan ada benang merah yang menghubungkan kondisinya dengan kasus narkoba ini. Saat Adrian melangkah keluar dari laboratorium, sinar matahari sore menyambutnya, tetapi tidak bisa menghangatkan hati yang penuh beban.
Dia tahu satu hal: dia tidak bisa melangkah lebih jauh tanpa mengetahui kebenaran di balik ketergantungan Lily. Bagaimanapun, Lily adalah orang yang pernah ia lindungi dengan segenap hatinya. Dia menghela napas panjang, memutuskan untuk mengunjungi rumah sakit jiwa tempat Lily dirawat. Dia butuh penjelasan lebih lanjut dari Ryan, dokter yang merawatnya.
Sesampainya di rumah sakit, Adrian langsung menuju ke ruangan Ryan. Ruangan itu tenang dan penuh dengan buku medis serta beberapa sertifikat yang terpajang di dinding. Ryan sedang memeriksa beberapa berkas ketika Adrian masuk.
"Adrian," Ryan menyambutnya dengan anggukan. "Ada yang bisa saya bantu?"
"Ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan tentang kondisi Lily," jawab Adrian sambil duduk di kursi depan meja Ryan. "Apakah kau menemukan sesuatu yang tidak biasa? Sesuatu yang bisa menghubungkan kondisinya dengan narkoba?"
Ryan menatap Adrian sejenak sebelum menjawab, tampak mempertimbangkan kata-katanya. "Ketergantungan Lily memang tidak biasa. Obat yang ia konsumsi bukanlah sesuatu yang mudah ditemukan di pasaran. Ini adalah campuran dari beberapa zat yang sangat adiktif, dan sepertinya ada unsur kesengajaan dalam pembuatannya untuk menciptakan ketergantungan yang mendalam."
Adrian mengangguk, sesuai dengan hasil analisis yang ia terima di laboratorium. "Apakah Lily pernah menceritakan apa pun tentang bagaimana dia mulai menggunakan obat-obatan itu? Atau siapa yang memberinya?"
Ryan menghela napas, mengingat kembali beberapa sesi konseling dengan Lily. "Lily selalu tertutup tentang hal itu. Dia hanya mengatakan bahwa semuanya dimulai saat dia merasa sangat putus asa. Ada momen di masa lalunya yang tampaknya menjadi pemicu, tapi dia selalu menghindar saat ditanya lebih jauh."
Adrian merasa ada sesuatu yang lebih dalam di sini, sesuatu yang Lily sembunyikan bahkan dari dirinya sendiri. "Apakah dia pernah berbicara tentang orang-orang di sekitarnya? Teman, mantan pacar, siapa pun yang mungkin terlibat?"
Ryan menggelengkan kepala. "Tidak spesifik. Tapi dia sering menyebut seorang pria yang memberinya kenyamanan ketika dia merasa dunianya runtuh. Sepertinya ada hubungan yang cukup mendalam, tetapi tidak jelas siapa orang itu."
Adrian merasa pikirannya semakin kacau. Apakah pria itu Lucas, mantan pacar Lily yang tiba-tiba menghilang? Atau mungkin ada orang lain yang selama ini tak ia ketahui? Kenangan masa lalu mulai membanjiri pikirannya-kenangan tentang Lily yang selalu ceria, selalu melihat dunia dengan mata penuh harapan, dan bagaimana semuanya perlahan-lahan berubah.
Ya, Adrian ingat saat pertama kali bertemu Lily. Waktu itu, Lily baru berusia tujuh belas tahun, masih seorang remaja dengan semangat membara. Adrian yang baru saja bergabung dengan kepolisian saat itu, sering kali menjaga Lily dari kejauhan, terutama karena kedekatan keluarganya dengan keluarga Lily. Mereka menjadi teman baik, meski usia mereka terpaut cukup jauh.
Di suatu malam, setelah kejadian di mana Adrian gagal melindungi Lily dari insiden kecil di sebuah pesta, ia mengingat bagaimana Lily mulai berubah. Dia mulai menarik diri dari teman-temannya, menjadi lebih tertutup, dan sering kali terlihat termenung. Adrian yang saat itu masih muda dan belum memiliki banyak pengalaman, merasa tidak berdaya untuk membantu. Dia tidak tahu bahwa perubahan kecil itu adalah awal dari kehancuran yang lebih besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
memories of my life
FanfictionIni kisah tentang lilyana grace seorang gadis muda yang hidup dengan beban berat di jiwanya bersama Adrian Alexander seorang polisi pemberantasan narkoba.