kegelapan

66 15 3
                                    

Darkness hope in silence
.
.
.
.
.
.
🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Matahari pagi yang biasanya membawa kehangatan, kali ini terasa dingin bagi Adrian. Dia berdiri di luar ruangan rumah sakit, memandangi bangunan besar berwarna putih itu dengan perasaan bercampur aduk. Di balik dinding-dinding tebal itu, seseorang yang sangat berarti baginya sedang bertarung dengan kegelapan yang tidak bisa dia pahami sepenuhnya.

Lily, gadis yang selama ini dia anggap seperti adik kandungnya sendiri, terbaring lemah di rumah sakit jiwa. Dia baru saja mengalami serangan emosional yang sangat parah, sampai-sampai harus dirawat di tempat ini. Adrian masih ingat jelas ketika telepon dari dokter datang-suara tegang di seberang sana mengabarkan bahwa Lily membutuhkan perawatan intensif segera

Adrian memasuki rumah sakit. Setiap langkah membawanya semakin dekat ke ruangan di mana Lily dirawat. Hatinya dipenuhi dengan rasa bersalah. Selama ini, dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai polisi pemberantasan narkoba, sampai tidak menyadari bahwa Lily sedang jatuh ke dalam jurang kegelapan. Pintu kamar Lily terbuka perlahan, dan di sanalah dia melihat Lily terbaring dengan mata terpejam, wajahnya yang biasanya cerah kini terlihat pucat dan lesu.

Adrian mendekat, duduk di samping tempat tidur Lily. Hatinya terasa berat, seolah-olah beban dunia berada di pundaknya. "Lily..." bisiknya pelan, berharap suara lembutnya bisa menembus tidur nyenyak gadis itu. Tetapi tidak ada respon. Adrian mengulurkan tangannya, menggenggam tangan Lily yang dingin. Dalam keheningan itu, ingatan masa lalu mulai mengalir kembali ke benaknya.

Adrian mengingat momen ketika Lily kecil selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Mereka tumbuh bersama, berbagi tawa, dan melewati masa-masa sulit bersama. Ketika ibunya pergi meninggalkan mereka tanpa jejak, Lily hanya memiliki Adrian. Dia ingat bagaimana Lily akan berlari kepadanya, dengan air mata di pipinya, mencari kenyamanan dalam pelukan Adrian.

"Kamu selalu bilang akan melindungiku," suara Lily bergema dalam pikirannya, suara kecilnya yang dulu dipenuhi kepolosan dan kepercayaan yang tulus.

Kembali ke masa kini, Adrian merasakan air mata menggenang di matanya. Dia tidak tahu kapan segalanya mulai berubah, kapan dia mulai kehilangan kendali atas situasi ini. Yang dia tahu, sekarang adalah waktunya untuk menebus kesalahan.

Adrian menghela napas panjang dan melepaskan tangan Lily dengan lembut. Dia berdiri dan berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan membiarkan Lily bertarung sendirian lagi. Sebagai seorang polisi, Adrian tahu betapa berbahayanya dunia yang Lily hadapi. Ada sesuatu yang lebih besar di balik penderitaan gadis itu, dan Adrian bertekad untuk menemukannya, meskipun itu berarti dia harus mempertaruhkan segalanya.

Saat Adrian melangkah keluar dari ruangan, dia tidak lagi melihat Lily sebagai gadis yang rapuh, tetapi sebagai seseorang yang membutuhkan kekuatannya lebih dari sebelumnya. Dia akan mencari jawaban, dan dia akan menghancurkan setiap rintangan yang ada di hadapannya demi menyelamatkan Lily dari kegelapan ini.
Adrian melangkah keluar dari kamar Lily dengan hati yang berat. Koridor rumah sakit terasa sunyi, hanya suara langkahnya yang terdengar, menggema di antara dinding putih yang dingin. Setiap langkah yang diambilnya terasa seperti jarak yang semakin menjauhkan dirinya dari masa lalu, dari kenangan indah yang pernah dia miliki bersama Lily.

Saat dia mendekati pintu keluar, pikirannya terus berputar-putar, mencoba mengurai benang kusut yang melingkupi kehidupan Lily selama ini. Dia ingat hari-hari ketika Lily masih menjadi gadis ceria, penuh semangat hidup. Tapi sekarang, gadis itu hanya bayangan dari dirinya yang dulu.

"Pak Adrian?" Sebuah suara lembut menghentikan langkahnya. Adrian menoleh dan melihat seorang perawat muda mendekat, wajahnya tampak cemas. "Dokter Ryan ingin berbicara dengan Anda sebelum Anda pergi."

memories of my life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang