Bunga-bunga yang tersusun rapi di halaman rumah, berwarna-warni. Appo bersenandung kecil saat menyirami bunga-bunga yang ia miliki. Memiliki bunga mengisi waktu luang yang membosankan.
"Abang pilih yang mana... Perawan atau Appo..."
"Perawan memang menawan, Appo jauh menggoda..."
"Abang pilih yang mana... Perawan atau Appo..."
"Perawan memang cantik... Appo lebih menarik...."
"ASEEEKKK TAREK BANGGG!!"
"KALAU ABANG PILIH PERAWAN...."
"APPOOOO GOOD MORNING!!" sapa Ranayya membuat Appo berhenti bernyanyi.
Ranayya tersenyum lebar, berdiri di balik pembatas rumah. Melihat Appo bernyanyi dari kejauhan, ia berniat menghampiri dan menyapa.
"Aw, good morning darling very very beautiful pretty woman," jawab Appo dengan bahasa inggris yang berantakan. Yang penting ada bahasa Inggris nya.
"Cerah banget pagi ini pakai baju bunga-bunga. Nggak pakai bando lagi?" tanya Ranayya.
Appo tersipu malu, ia menunjukkan jepit rambut di sebelah kiri karakter bunga Mawar.
"Hari ini pakai jepit rambut biar lebih segar dari biasanya. Udah sarapan belum? Appo baru saja selesai bikin sarapan."
Mendengar itu, Ranayya langsung keluar rumah dan masuk ke Halaman Rumah Arthala. Kebetulan ia baru bangun tidur dan belum sarapan. Agnes tidak tau pergi kemana pagi-pagi sudah tidak ada.
"Kalau tawaran Appo kayaknya Rayya nggak bisa nolak deh."
"Ayo masuk darling, sarapan bareng Den Artha." Appo menggandeng tangan Ranayya masuk ke dalam rumah.
Mempersilahkan Ranayya untuk duduk, kebetulan Arthala juga yang baru turun dari lantai atas. Heran pagi begini sudah ada Ranayya.
"Sebagai tetangga yang baik dan karena Rayya belum sarapan. Appo panggil buat sarapan disini, biar Den Artha tidak sarapan sendiri. Ayo makan-makan."
"Mbak lo kemana?" tanya Arthala di sela ia mengambil makanan.
"Mbak nggak tau deh kemana. Pagi-pagi udah hilang aja. Tapi nggak papa, Arthala jangan khawatir, karena bertetangga dengan Polisi. Rayya kalau sendirian merasa sangat aman, benar kan Appo?" Ranayya melirik Appo dengan mata yang ikut tersenyum.
Appo menjentikkan jarinya dan mengangguk setuju.
Sedangkan lelaki itu malah menatap horor Ranayya.
"Kalau dirumah nggak papa 'kan panggil Arthala? Kalau diluar baru Rayya panggil Detektif Arthala yang terhormat!" kompak Ranayya dan Appo menundukkan kepalanya.
Arthala hanya menggelengkan kepala. Ia memilih sarapan saja daripada harus melihat dua orang aneh ini.
"Appo nggak sarapan?" tanya Ranayya, karena Appo hanya berdiri tidak bergabung bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HEARTBEAT
Teen FictionSetelah belasan tahun teman masa kecilnya hilang, kini ia datang kembali dengan sejuta rahasia. Arthala tidak menyangka jika Ranayya yang hilang tiba-tiba, kini juga kembali dengan tiba-tiba. Sekarang Ranayya malah menjadi tetangga nya. Ranayya kem...