Setelah benar-benar siap dengan gaya rambut dan sebagainya, Jungkook mencari spot untuk bisa mengambil foto lalu mengirimkannya pada Tzuyu. Tzuyu pernah mengatakan ingin pergi ke tempat tersebut. Namun, kesibukan juga hal lainnya membuat Tzuyu belum sempat mengunjungi tempat yang hari ini dijadikan tempat syuting variety show Jungkook.
"Mohon bimbingannya." Seorang gadis dengan rambut pirangnya, membungkukan tubuh, membuat Jungkook tersenyum lalu menerima segelas kopi yang dibawakan oleh gadis tersebut.
"Park Haerin." Jungkook tersenyum setelah membaca nama gadis itu yang tertempel di pakaiannya. "Terima kasih untuk kopinya."
Bukan lagi rahasia umum soal ketertarikan Haerin pada Jungkook. Hampir di setiap wawancara, gadis itu selalu dengan yakin bahwa pria idamannya adalah Jungkook. Ini kali pertamanya terlibat dalam project yang sama dengan sang idola, membuatnya sangat gugup hingga tak sadar terus memerhatikan Jungkook yang kini tengah menunggu panggilan videonya dijawab Tzuyu.
"Apa ada hal lain yang ingin kau lakukan?"
"Tidak ada. Kalau begitu, selamat menikmati kopinya."
"Jangan bilang kau ingin pamer." Suara itu membuat Jungkook segera meraih ponselnya yang diletakkan di atas meja. Senyumnya kini mulai terpancar sambil memperlihatkan keindahan alam yang ada di tempat itu.
"Aku akan mengajakmu ke sini saat libur. Kau sedang apa?"
"Aku?" Tzuyu menunjukkan tumpukan sawi yang harus dia cuci. "Cepatlah kemari, aku butuh bantuan lebih."
"Sayangnya aku sangat sibuk. Selamat bersenang-senang dengan kimchimu!" Jungkook segera memutus telepon itu, masih tersenyum sebab rasa rindunya pada Tzuyu sedikit terobati. Dia kemudian menyesap kopi itu, mengembuskan napas sembari menikmati pemandangan indah yang disuguhkan tempat itu.
"Ini kegiatanku yang terakhir 'kan?" tanya Jungkook saat sang manajer menyusulinya. "Jika ada yang lain, batalkan saja. Aku ingin segera pulang."
***
Tak ada hal yang lebih menyenangkan selain bernostalgia di kampung halaman. Gadis dengan balutan jaket bulu berwarna coklat itu menyusuri jalanan desa menggunakan sebuah sepeda listrik sambil sesekali menyapa tetangganya. Dia sebenarnya bukan hanya jalan-jalan. Dia membeli bahan makanan yang diminta sang ibu yang begitu heboh hanya karena Jungkook akan segera pulang.
Hingga kemudian perjalanan itu terhenti di sebuah sekolah tempatnya juga Jungkook dulu menuntut ilmu. Beberapa kenangan manis mulai berputar di kepalanya. Dari mulai dihukum karena datang terlambat, hingga diam-diam keluar sekolah karena ingin bermain di warnet. Masa itu benar-benar membuat Tzuyu ingin kembali.
"Tunggu." Tzuyu menyadari sesuatu. "Kapsul waktu yang kutanam belum kugali."
Tzuyu memarkirkan sepeda listriknya kemudian mencoba mencari cara untuk masuk ke sekolahnya. Masalahnya, saat ini matahari sudah berganti dengan bulan untuk menghuni langit bersama bintang. Dia juga tak mendapati satpam ada di pos jaga.
"Tidak ada yang bisa menghentikan keinginanku." Tzuyu pergi ke dinding yang biasanya dia panjat jika datang terlambat. Beruntung dia terbiasa melakukannya. Jadi, dia sama sekali tak kesulitan saat harus menaiki dinding tersebut dan masuk lewat samping. Setelah masuk ke area sekolah, dirinya segera berjalan ke taman belakang, sesekali menoleh ke belakang dan memastikan satpam sekolahnya tak mendapati dirinya pergi ke sana.
Tzuyu mengembuskan napas lega saat tak ketahuan sama sekali. Dia benar-benar penasaran surat apa yang dia tulis saat itu. Memang, ini disebut curang karena seharusnya kapsul waktu itu dibuka tahun depan. Namun, dirinya terlalu penasaran dengan suratnya.
"Dapat!" Sebuah tabung kini sudah dia keluarkan setelah bersusah payah menggalinya dengan alat seadanya. Dia awalnya ingin membaca surat milik Jungkook. Namun, dia lebih penasaran dengan surat miliknya.
"Mari kita lihat. Apa yang kau tuliskan di sini, Chou Tzuyu," ujar Tzuyu kemudian membuka lipatan kertas berwarna merah muda itu.
Hai! ini dirimu saat masih duduk di tahun pertama.
Bagaimana kehidupanmu? Semuanya berjalan dengan baik 'kan? Kuharap begitu.
Mungkin sekarang kau sudah jadi aktris atau model seperti yang kau inginkan.
Jika belum, tidak apa-apa. Aku tetap bangga padamu.Ngomong-ngomong ... Bagaimana Jungkook saat ini?
Dia tidak menyebalkan lagi 'kan? Jika kau masih lajang, ajak saja dia menikah.
Dirimu yang saat ini sangat menyukainya.
Kau bisa tolong katakan padanya? Aku terlalu malu untuk mengatakannya.Tzuyu membulatkan mata saat membaca kalimat terakhir. Bahkan dirinya tak ingat bahwa yang dia tuliskan adalah kalimat-kalimat itu. Memang, dirinya tak menyangkal bahwa saat itu dirinya pernah menyukai Jungkook. Bagaimana dirinya tak menyukai Jungkook? Pria itu benar-benar mengurusnya meski sesekali akan sangat menyebalkan dengan mengusilinya. Namun, Jungkook di matanya saat remaja adalah pria terbaik yang pernah dia temui.
"Aku harus menggantinya." Tzuyu merogoh saku jaketnya, memasukkan kertas berisi bahan belanjaan yang kebetulan belum dia buang. Selanjutnya, dia memasukkan kertas tersebut dan menguburkan tabungnya lagi, sementara surat yang dia tulis, dia masukkan ke saku.
"Untung saja aku membukanya lebih dulu," ujar Tzuyu sambil menepuk-nepuk telapak tangannya yang kotor kemudian buru-buru meninggalkan tempat itu. Namun, dirinya lantas menghentikan langkah saat sebuah senter menyorotnya. Dengan tawa canggung, Tzuyu membalikkan tubuhnya.
"Chou Tzuyu? Aku menonton semua dramamu. Apa yang kau lakukan di sini?"
Tzuyu tertawa paksa saat satpam itu menghampirinya dan akan menjabat tangannya. "Tanganku sangat kotor."
"Ah, baiklah. Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku sedang mengingat masa sekolahku. Aku sudah selesai. Aku harus segera pergi." Tzuyu segera berlari, membuat pria yang baru akan meminta tanda tangan itu hanya bisa membiarkan gadis itu pergi.
"Untung saja aku bisa menggunakan nama Chou Tzuyu untuk kabur." Tzuyu mengembuskan napas lega kemudian menaiki sepeda listriknya untuk kembali ke rumah. Dia yakin sang ibu sudah menunggu bahan masakan itu dan mengomel karena dirinya tak kunjung datang.
"Astaga ... apa kau membelinya di Amerika?" Dugaan Tzuyu benar. Dia segera dapat omelan begitu tiba.
"Kenapa tidak eomma saja yang membelinya?" Tzuyu kini menoleh, menyipitkan matanya sebab pria berbalut jaket hitam itu nampak menahan tawanya lalu menghampirinya. Dia segera menjauhkan wajahnya saat Jungkook malah terus mendekat. Setelah membaca surat masa lalu, tentu saja rasanya berbeda bagi Tzuyu. Dia bertekad takkan memberikan celah bagi dirinya untuk jatuh cinta lagi pada Jungkook. Tidak akan pernah.
"Apa yang kau lakukan?"
"Kau baru saja menggali tanah seperti tikus tanah?" Jungkook menyeka tanah yang mengotori pipi gadis itu. "Apa patah hati membuatmu jadi ... gila?"
Tzuyu menginjak kaki pria itu dengan keras untuk meluapkan rasa kesalnya lalu melangkah masuk untuk membersihkan tangan juga wajahnya.
"Anak nakal itu. Maaf, aku belum memasak karena kupikir kau akan datang besok," ujar Sewon. Namun, Jungkook segera tersenyum dan merangkul wanita paruh baya itu.
"Tidak apa-apa. Aku sudah makan di jalan. Bibi sudah seharian membuat kimchi. Aku akan memasak sendiri jika lapar."
"Tidak bisa. Mikyung Eonni akan marah padaku nanti."
"Aku bisa memastikan itu tidak terjadi." Memang, Jungkook sudah kehilangan orang tuanya beberapa tahun lalu. Namun, tradisi pulang kampung saat chuseok selalu dia lakukan. Dia akan mengunjungi rumah Tzuyu karena bagi keluarga mereka, Jungkook juga bagian dari keluarga Chou. Bahkan bisa dibilang Jungkook lebih terlihat seperti anak kandung mereka dibanding Tzuyu. Mereka benar-benar memanjakan Jungkook di sana.
*****
12 Sep 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Scene
FanfictionPertemanan yang sudah terjalin sejak kecil, membuat Jungkook dan Tzuyu diharapkan dapat menjalin hubungan asmara. Namun, siapa sangka? Hubungan pertemanan mereka perlahan berkembang apalagi setelah Tzuyu putus dari kekasih yang dia pacari 5 tahun la...