Arc 5 Intermission : Buron

244 54 10
                                    

[Elena PoV]

Sudah satu bulan semenjak peperangan kami dengan Republik Venetia berakhir. Kini, semuanya seperti kembali seperti semula. Yang paling diuntungkan dalam hasil peperangan tentu saja para pebisnis dan bangsawan negeri kami sedangkan banyak keluarga biasa dari prajurit yang tewas masih bersedih atas gugurnya orang yang mereka cintai.

Inilah kenyataan dalam peperangan.

Hasil dari kemenangan lebih sering dinikmati oleh kalangan atas yang hanya beberapa persen saja di negeri ini dan yang didapatkan prajurit dari keluarga biasa hanyalah sebuah kemalangan.

Namun, hal itu sudah menjadi sistem yang digunakan oleh semua orang yang di dunia ini. Sebagian kecil kalangan menguasai sebagian besar orang karena kuasa dan kekuatan yang mereka miliki.

Dahulu, aku selalu memikirkan bagaimana ketidakadilan yang didapati oleh kaum wanita karena sering dikesampingkan status mereka dalam kehidupan di negeri ini. Akan tetapi, aku baru sadar bahwa masalah ini tidak hanya dialami oleh wanita saja namun rakyat biasa yang memiliki kedudukan rendah pada status sosial mereka.

Contohnya seperti bangsa-bangsa minoritas yang hidup di negeri ini. Banyak dari Bangsa kami—Aragon yang merendahkan mereka karena merasa kami adalah seorang penakluk dan bangsa-bangsa minoritas itu adalah pecundang karena kalah oleh bangsa kami.

Saat peperangan terjadi, prajurit yang direkrut dari bangsa minoritas juga sering diberi upah dan rasio makan yang lebih sedikit. Masalah ini kutemukan saat peperangan hampir berakhir melihat kondisi mereka yang selalu tidak fit dibandingkan prajurit Bangsa Aragon.

Namun, jika kejadian seperti ini tidak dihentikan, maka suatu saat nanti ketidakpuasan mereka akan memuncak dan rakyat negeri ini yang akan kembali menjadi korban.

Saat ini, aku sedang berada di kamarku baru saja selesai mandi setelah menjadi latihan. Kegiatan akademi untuk tahun ajaran ketiga akan dimulai satu bulan lagi tetapi kegiatan penting yang tersisa hanyalah ujian akhir saja yang akan diselenggarkan akhir tahun karena kami sudah menyelesaikan kegiatan PKL sebelumnya.

Setelah lulus dari akademi, aku berencana untuk memasuki Ordo Ksatria Calvatra dan mulai aktif mencari dukungan untuk pemilihan Kekaisaran baru di lingkungan militer.

Dengan meningkatnya popularitasku di kalangan prajurit ketika peperangan sebelumnya, kurasa tidak lama aku dapat meyakinkan orang-orang militer untuk membantuku dalam pemilihan nanti.

"Aku harus bersiap di tahun depan jika aku ingin mencapai tujuanku untuk merubah negeri ini ke arah yang benar," gumamku memandang keluar jendela.

- Tok! Tok! Tok!

Aku tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu kamar dari luar.

"Tuan Putri, maaf mengganggu Anda beristirahat." Aku mendengar suara pelayan wanita yang sedang berjaga di sini. "Yang Mulia memerintahkan Anda untuk menghadapnya di ruangan kerja beliau."

"Aku mengerti, sebentar lagi aku segera ke sana," jawabku yang kemudian berjalan mendekati pintu.

Setelah keluar kamar, aku dan pelayan tadi kemudian mulai berjalan menuju ruangan kerja Ayah.

Aku kemudian menanyakan keperluan Ayah memanggilku kepada pelayan di sampingku. Dia kemudian menjawab bahwa Ayah ingin aku membantunya dan memberi pendapat terhadap kabar yang baru saja ia terima.

Memang benar, Ayah sering meminta salah satu dari kami—Anak-anaknya untuk membantu dalam menangani urusan negara. Hal ini bertujuan untuk membuat kami terbiasa menghadapi masalah-masalah negeri ini saat kami sudah memegang jabatan penting nanti.

Setelah beberapa saat berjalan di istana, kami akhirnya sampai di depan pintu ruangan kerja Ayah. Kedua penjaga kemudian membukakan pintu untukku.

Akupun memasuki ruangan dan melihat Ayah sedang duduk di kursinya sambil membaca secarik kertas.

I'm a Villain in My Own Game? [Season 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang