•PROLOG•

41 19 2
                                    

Malam ini hujan cukup deras disertai dengan banyaknya petir menggema di seluruh penjuruh kota. Namun sorang gadis cantik dengan pakaian serba hitamnya yang basah tengah berlari kencang kesana dan kesini untuk mencari tempat perlindungan.

Ia berkali kali menatap ke arah belakang berharap bahwa ia tidak lagi dikejar bagaikan seorang buronan.

Namun tampaknya malam ini ia harus berjuang, berjuang sampai titik darah penghabisan, ia tak punya pilihan lain selain melawan.

"Kau tidak bisa kabur lagi, menyerahlah."

Gadis itu berdecih, kaki jenjangnya yang sudah hampir rapuh dengan banyaknya bercak darah dan tetesan darah yang mengalir, ia menghentikan langkahnya perlahan, menatap sang pelaku pengejaran yang membuatnya harus berlari berpuluh kilometer jaraknya. Ia mengayunkan tongkat bisbol yang berada di tangannya, ia bersiap untuk melawan para pengejar yang berjumlah sekian puluh banyaknya.

Namun tiba tiba suara dentuman keras mengalihkan perhatiannya ia berlindung dibawah pohon yang lumayan besar agar menghindari ledakan yang mungkin akan merenggut nyawanya.

Seluruh tubuhnya bergetar karna menahan tangis, ia marah ia ingin melenyapkan seluruh manusia di muka bumi ini, namun tubuhnya yang ringkih dan tidak bisa menahan lagi rasa sakitnya membuatnya menjadi seseorang yang lemah. Ia membenci dirinya yang lemah dan tak berdaya.

Suara ledakan disertai dengan guncangan yang amat dahsyat, dah setelahnya ia mendengar suara sirine polisi yang semakin dekat, bukannya meminta bantuan ia berlari dengan terseok menjauh dari kerumunan polisi dan warga yang berdatangan.

Kakinya yang sudah tak mampu menahan rasa sakitnya tiba tiba limbung ditengah jalan, ia merutuki dirinya sendiri karna tidak bisa menahan rasa sakitnya sendiri, saat ia akan bangkit terdengar suara tembakan yang pelatuknya meleset ke arah lainnya.

Ia semakin mencoba berkali kali untuk bangkit namun sayangnya satu peluru berhasil menembus tepat di dadanya.

Ia menatap tubuhnya yang bersimbah darah, ia memegang dadanya menahan rasa sakit yang menyerang begitu dahsyat, ia terkekeh pelan.

"Apakah aku harus lemah disaat seperti ini?" Ucapnya seorang masih dengan memegang bagian dadanya yang terus mengalirkan darah segar.

Matanya mulai kabur pendengarannya mulai berdengung kencang, tubuhnya tergeletak tak berdaya ditengah jalanan yang sangat sepi.

'c' 'c' 'c'

KATHRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang