sebelum baca cerita ini alangkah baiknya baca cerita sebelumnya ya karena ini adalah season 2 nya
make you happy !!----
Siang itu, mobil SUV hitam yang dikemudikan Dohoon perlahan memasuki halaman rumah besar yang baru mereka tempati. Ban mobil menggilas kerikil, menciptakan bunyi berderak halus yang menambah kesan tenang di sekitar. Rumah tersebut berdiri megah, dikelilingi oleh pepohonan tinggi dan taman yang tertata rapi. Sinar matahari menyinari fasad rumah, membuat jendelanya yang besar berkilauan seperti permata.
“Woah, besar banget!” seru Kyungmin saat melompat keluar dari mobil, matanya berbinar-binar menatap rumah di hadapannya. “Lebih besar dari yang kubayangkan!”
“Kalau aku tidak tahu kita bakal tinggal di sini, mungkin kupikir ini hotel,” tambah Jihoon dengan nada bercanda, tangannya masih memegangi tas ranselnya. Ia memandang ke arah jendela-jendela besar yang berbaris rapi di lantai atas.
“Ini rumah, bukan hotel, Jihoon,” sahut Shinyu sambil tersenyum tipis. Ia membantu Dohoon membuka bagasi dan menurunkan koper-koper mereka. “Dan kita akan tinggal di sini untuk waktu yang lama.”
“Baguslah, jadi aku bisa tidur tanpa khawatir ada orang yang mengetuk pintu kamar tengah malam, minta handuk,” canda Kyungmin lagi, membuat yang lainnya tertawa kecil.
Hanjin, yang sudah tak sabar, mencoba menarik kopernya sendiri. Namun, tangannya segera ditepis oleh Shinyu. “Biar aku bawakan,” ucap Shinyu tegas namun lembut, seolah itu adalah hal yang tak bisa dinegosiasikan. Hanjin tersenyum, merasa tak perlu berdebat lagi, dan membiarkan Shinyu mengambil alih.
“Terima kasih, Shinyu. Tapi serius, koperku tidak berat kok,” kata Hanjin sambil menyandarkan tangannya di pinggang.
“Ini bukan soal berat atau ringan, tapi aku Ingin membawa nya,” jawab Shinyu dengan setengah bercanda.
“Cih, alasan aja,” gumam Hanjin, tapi tawanya tak bisa disembunyikan.
Youngjae, dengan langkah tenangnya, berjalan menuju pintu depan rumah. Dia memutar kenop pintu besar berwarna gelap dan mendorongnya perlahan. Pintu itu terbuka dengan suara berderit lembut, seolah menyambut mereka ke dalam tempat baru yang akan menjadi rumah bagi kisah-kisah yang belum terukir.
Keenamnya masuk ke dalam, pandangan mereka beralih dari satu sudut ke sudut lainnya. Lantai kayu yang mengkilap, dinding berwarna krem yang hangat, dan langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal menambah kesan megah yang tak terbantahkan.
“Kamar kita semua ada di atas, silakan pilih sendiri,” seru Dohoon yang sudah berjalan lebih dulu menuju tangga, suaranya bergema di ruangan luas itu.
“Woi! Aku duluan!” teriak Kyungmin dengan penuh semangat. Ia berlari dengan tas yang menggantung di pundaknya, menyalip Dohoon dan menaiki tangga dua anak tangga sekaligus. “Aku mau kamar yang menghadap taman!”
“Cepat banget!” Jihoon menggelengkan kepala sambil tertawa, lalu mengikuti di belakangnya. “Kalau begitu, aku mau kamar yang dekat tangga!”
“Jangan rebutan,” kata Dohoon sambil menaikkan alisnya, tapi senyumnya tidak hilang. “Masih ada banyak kamar di sini.”
“Seperti sedang memilih tempat tidur di asrama,” gumam Youngjae dengan suara rendah, tapi cukup keras untuk didengar Hanjin.
Hanjin tertawa kecil. “Ya, tapi setidaknya kali ini kita punya lebih banyak ruang.”
Mereka semua satu per satu naik ke lantai dua, mengeksplorasi kamar-kamar yang ada. Suara pintu yang terbuka dan tertutup bergantian menggema di sepanjang lorong. Setiap kamar memiliki nuansa yang berbeda, beberapa dengan balkon kecil yang menghadap ke taman, sementara yang lain memiliki jendela besar yang langsung menghadap ke jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty Four Seven With Us
RandomEnam sahabat tinggal bersama di sebuah rumah besar tanpa orang tua, menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa. Setiap dari mereka membawa beban, mimpi, dan konflik pribadi yang perlahan terjalin dalam kehangatan persahabatan. Dari seni, olahraga, h...