HAPPY READING!
VOTE AND KOMEN !-----
Pagi itu, suasana di meja makan terasa sedikit berbeda. Matahari bersinar cerah, tapi atmosfer di antara mereka berenam agak canggung. Jihoon, seperti biasa, menjadi yang paling vokal di meja. Sambil menyuap roti bakarnya, ia membuka percakapan.
“Jadi, Kyungmin, rencana besar apa yang bakal kamu lakukan hari ini?” tanya Jihoon sambil menyenggol bahu Kyungmin, yang sedang asyik memeriksa ponselnya.
Kyungmin tersenyum malas. “Rencana besar? Ya, mungkin aku bakal tidur lagi setelah ini,” jawabnya santai, membuat Jihoon tertawa.
“Ya ampun, Kyungmin, kamu beneran malas ya,” Jihoon meledek, sementara Youngjae yang duduk di seberang mereka hanya tersenyum kecil sambil menyesap kopinya.
“Bagaimana dengan kamu, Youngjae? Ada janji terapi atau penelitian hari ini?” Jihoon melanjutkan, kali ini menatap Youngjae yang langsung mengangguk.
“Ya, ada penelitian kelompok nanti sore. Harus selesai sebelum deadline,” jawab Youngjae singkat, tetap fokus pada sarapannya.
Sementara itu, di sisi meja yang lain, Hanjin tampak agak diam. Biasanya ia yang paling banyak bicara, tapi pagi ini dia hanya mengaduk-ngaduk buburnya, seperti sedang memikirkan sesuatu yang lain. Shinyu, yang duduk di sebelahnya, memperhatikan hal itu.
“Han, kamu baik-baik aja?” tanya Shinyu hati-hati, matanya melirik ke arah Hanjin yang tampak terganggu.
Hanjin tersenyum tipis. “Aku baik. Mungkin cuma belum benar-benar bangun aja,” jawabnya pelan, meski jelas ada sesuatu yang mengganggunya.
Shinyu mengangguk pelan, tidak ingin menekan lebih jauh. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang aneh, bukan hanya dari Hanjin, tapi juga dari Dohoon, yang duduk di seberangnya. Dohoon juga tampak canggung, hanya mengangguk setiap kali Jihoon dan Kyungmin tertawa, tapi tidak benar-benar terlibat dalam percakapan.
Shinyu mencoba membuka obrolan lain. “Dohoon, kamu bakal ngapain setelah sarapan? Ada jadwal kuliah?” tanyanya, meski ia tidak berharap terlalu banyak.
Dohoon tersenyum tipis, namun sedikit kaku. “Iya, ada kelas anatomi nanti. Harus segera siap-siap.”
“Oh, baiklah. Semangat ya,” jawab Shinyu, berusaha menjaga nada santai, meski jelas terasa ada jarak.
Di balik interaksi yang tampak normal itu, perasaan tidak nyaman terjalin di antara mereka. Shinyu tahu ada sesuatu yang mereka semua sembunyikan, tapi ia memilih untuk menjaga privasi masing-masing.
“Baiklah, ayo selesaikan makanannya,” seru Jihoon tiba-tiba, memecah keheningan. “Hari ini bakal panjang, kita butuh tenaga!”
Mereka semua tertawa ringan, meskipun tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kecanggungan yang tersisa di udara.
----
Setelah sarapan, suasana di ruang makan terasa agak sunyi. Kyungmin telah kembali ke kamarnya, tidak ada kelas untuknya hari ini, sementara Jihoon sudah pergi ke kampus lebih dulu. Kini hanya tersisa Hanjin, Youngjae, dan Dohoon yang membersihkan meja makan. Hanjin dengan cekatan merapikan piring-piring kotor, sementara Youngjae mengambil alih lap meja, menyeka sisa-sisa remah roti di atas permukaan kayu.
Shinyu sudah masuk kamar mandi untuk mandi, meninggalkan keheningan yang mulai terasa canggung antara Hanjin dan Dohoon. Dohoon berusaha membantu, tapi setiap kali dia mendekat untuk mengambil piring dari tangan Hanjin, Hanjin secara halus menghindar.
"Han, biar aku yang cuci piring," tawar Dohoon dengan nada tenang, mencoba mengambil salah satu piring yang sudah kotor.
Namun Hanjin menggeleng cepat, wajahnya tampak sedikit tegang. "Nggak perlu, Dohoon. Aku bisa beresin ini sendiri," jawabnya, suaranya terdengar lebih cepat dari biasanya. Tangannya terus bergerak seolah ingin menyibukkan diri, tapi Dohoon tahu ada sesuatu yang mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty Four Seven With Us
NezařaditelnéEnam sahabat tinggal bersama di sebuah rumah besar tanpa orang tua, menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa. Setiap dari mereka membawa beban, mimpi, dan konflik pribadi yang perlahan terjalin dalam kehangatan persahabatan. Dari seni, olahraga, h...