VOTE AND KOMEN !!!
HAPPY READING !Pagi itu, suasana rumah terasa hidup dengan kesibukan yang berbeda-beda. Hanjin dan Dohoon terlihat sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuk semua orang. Hanjin sibuk menggoreng telur dan menyiapkan sayuran, sementara Dohoon dengan cekatan memanggang roti dan memanaskan susu. Mereka saling berbagi tugas dengan lancar, seolah-olah sudah terbiasa bekerja sama.
"Pagi ini ada roti panggang dan salad, aku harap semua suka," ucap Hanjin sambil tersenyum pada Dohoon, yang hanya mengangguk sambil terus memperhatikan roti yang sedang dipanggang.
Di ruang tamu, Kyungmin sedang menyeduh susu untuk dirinya sendiri sambil membuka laptop, mencoba mengingat kembali jadwal kuliahnya hari itu. "Aku benci kuliah pagi," gumamnya sambil menyeruput susu, berharap itu bisa memberikan energi tambahan.
Jihoon, di sisi lain, sedang mencari sepatunya yang entah mengapa selalu hilang di pagi hari. "Kenapa sepatu ini selalu lari dari aku, sih?" keluhnya sambil mengobrak-abrik rak sepatu, membuat Kyungmin tertawa kecil.
"Apa kamu lupa menaruhnya di loker lagi?" ledek Kyungmin tanpa menoleh dari laptopnya. Jihoon hanya menggeleng sambil terus mencari, akhirnya menemukan sepatunya di bawah sofa.
Sementara itu, Shinyu sudah siap dengan pakaian olahraganya, bersiap untuk berangkat lebih awal karena ada latihan di pagi hari. Dia sibuk memeriksa tasnya, memastikan semua perlengkapan sudah siap. "Aku berangkat dulu, ya," ucapnya pada yang lain. "Latihan pagi ini penting."
"Semangat, Shinyu!" seru Hanjin dari dapur sambil melambaikan tangan. Shinyu tersenyum kecil, lalu melangkah keluar, bertekad untuk memberikan yang terbaik di latihan.
Di lantai atas, Youngjae sedang bersiap-siap dengan tenang di kamarnya. Dia selalu bangun lebih awal untuk memastikan dirinya tidak terburu-buru. Dia mengecek sekali lagi buku-buku yang akan dibawanya ke kelas psikologi, memastikan semuanya lengkap. Setelah itu, dia keluar dari kamar, menuruni tangga dengan tenang.
"Jaeya, mau sarapan?" tanya Hanjin ketika melihat Youngjae melangkah masuk ke dapur. Youngjae mengangguk, lalu duduk di meja makan, mengambil roti panggang yang sudah disiapkan.
"Terima kasih, Han," ucapnya singkat sebelum mulai makan. Dohoon memperhatikan interaksi mereka, perasaannya bercampur antara rasa senang melihat Youngjae yang tenang dan rasa hangat ketika melihat Hanjin yang perhatian.
Mereka mulai menetapkan rutinitas harian dengan lebih teratur. Setiap pagi, Hanjin dan Dohoon akan menyiapkan sarapan, Kyungmin dan Jihoon akan memastikan rumah tetap rapi, dan Youngjae akan membantu memeriksa persediaan makanan atau kebutuhan sehari-hari. Shinyu yang memiliki jadwal latihan olahraga lebih padat, selalu berusaha menyempatkan diri untuk membantu membersihkan ruangan atau dapur sebelum berangkat.
Rutinitas ini membuat kehidupan mereka lebih terstruktur. Setiap pagi, setelah sarapan bersama, mereka akan berpisah menuju kelas dan aktivitas masing-masing. Jihoon dengan kelas tari yang selalu membuatnya bersemangat, Kyungmin dengan kelas komunikasi yang sesekali membuatnya mengeluh bosan, dan Youngjae dengan kelas psikologi yang sering kali membuatnya berpikir lebih dalam.
Dohoon dengan jadwal kedokterannya yang ketat, sering kali harus pulang lebih larut atau menghabiskan waktu di perpustakaan, sementara Hanjin menghabiskan hari-harinya dengan mata kuliah seni yang selalu memberinya inspirasi baru. Mereka kembali ke rumah pada sore hari, biasanya dalam keadaan lelah tetapi puas dengan hari yang telah mereka lalui.
Malam harinya, setelah makan malam, mereka semua berkumpul di ruang tamu. Kadang-kadang mereka berbagi cerita tentang apa yang terjadi di kampus, bercanda, atau sekadar menonton film bersama. Ada hari-hari ketika Shinyu akan memperlihatkan trik olahraga barunya, atau Jihoon memamerkan gerakan tarinya yang baru. Youngjae sesekali berbagi hasil observasinya dari kelas psikologi, membuat mereka semua merenung sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twenty Four Seven With Us
RandomEnam sahabat tinggal bersama di sebuah rumah besar tanpa orang tua, menjalani kehidupan baru sebagai mahasiswa. Setiap dari mereka membawa beban, mimpi, dan konflik pribadi yang perlahan terjalin dalam kehangatan persahabatan. Dari seni, olahraga, h...