Fifth Page

109 15 0
                                    

——Bagian 05——

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——Bagian 05——

Kecanggungan masih meliputi Wonbin ketika dirinya berinteraksi dengan Seunghan, entah sahabatnya itu menyadari atau tidak. Jujur saja Wonbin tidak peduli. Belakangan memang Wonbin sendiri yang memilih menjaga jarak dengan Seunghan, agar kejadian serupa tidak terjadi lagi.

Sejak malam itu Wonbin merasa semua mulai diluar kendali: perasaan, hati, cinta dan nafsunya pada Seunghan semakin besar dan sulit dikendalikan. Kini perasaan itu tak lagi dengan mudah bisa Wonbin sembunyian, karena jika bersitatap dengan Seunghan saja dia bisa salah tingkah tidak karuan.

Tolong salahkan kejadian malam itu, Wonbin jadi terus terngiang-ngiang bagaimana sensasi ciuman bersama Seunghan. Hal itu membuat dirinya menjadi sangat canggung, sebab hasrat untuk kembali melakukan hal tersebut jadi tidak tertahankan.

Dalam keadaan seperti ini, Wonbin membutuhkan buku biru miliknya kembali, ia harus menyalurkan semua perasaan yang ditahan dalam bentuk tulisan. Menuangnya dalam banyak rangkaian kata, agar habis tak bersisa dan semua kembali seperti semula. Tapi sial, buku itu tetap tidak ada dimanapun Wonbin mencarinya.

Buku itu terlalu penting untuk hilang. Perjalanan selama empat tahun yang selalu ia tuliskan sebagai kenangan, tentang bagaimana awal mula Wonbin jatuh cinta pada Seunghan. Terlalu sayang jika Wonbin harus memulai semua dari awal karena buku itu hilang, banyak kenangan berharga dalam buku itu yang tidak ternilai harganya. Buku itu bukan sekedar tulisan, melainkan isi hati dari orang yang cintanya begitu kuat meski dalam diam.

“Nyari apa sih, Bin?” Seunghan rupanya sedikit jengah dengan gerak-gerik Wonbin yang berpura-pura sedang membersihkan kamar padahal nyatanya mencari sesuatu yang hilang.

“Buku, Han.” Wonbin yang ketahuan mencoba tetap tenang.

Jujur, setelah kejadian malam itu dia jadi takut menatap mata Seunghan. Takut berinteraksi bahkan sungkan bicara pada lelaki itu. Semua jadi semakin memuakkan, karena hati Wonbin semakin lemah jika menyangkut Seunghan.

“Sepenting apa sih itu buku, sampai lo harus nyariin segitunya?” Tanya Seunghan sedikit menuntut, “Kalau memang itu buku buat ujian, pinjam lagi aja. Sesusah itu kah?”

“Gak bisa, Hani. Buku itu penting banget buat gue, mau pinjam pun gak akan dapat catatan itu lagi.”

Tidak bisa. Tentu saja tidak bisa. Buku biru itu tidak bisa dipinjam, tidak tergantikan, tidak dapat diulang. Buku itu seolah perjalanan hidup Wonbin yang berpusat pada Seunghan. Bagaimana hatinya bicara tentang cinta, bagaimana bahagianya temukan rumah lada Seunghan. Mau pinjam dimana isi buku itu?

Seunghan yang kini duduk di sofa nampak masih memperhatikan Wonbin yang mencoba menggeser lemari untuk menemukan bukunya, tatapan lelaki libra itu tidak terbaca. Sampai akhirnya ia memilih bangun dari sofa lalu menghampiri Wonbin yang nampak kesulitan menggeser lemari.

BADDER LOVE - Seungnen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang