8

52 5 3
                                    

Gotong royong mereka untuk membuat tempat duduk akhirnya selesai. Para warga sudah pulang kerumah masing masing, tersisa paman saja dan Yuan yang masih tinggal.

"Yuan, boleh tidak kakak Lian berkunjung ke rumah Yuan?" Tanya Lian pada Yuan, sekalian dia ingin melihat lihat suasana desa, lagipula mereka sudah tidak memiliki pekerjaan lagi dan langit belum terlalu sore masih terang juga, pikir Lian.

"Wahh boleh.. boleh.. ayo kerumah Yuan sama kakak tampan..!!!" Senang Yuan sambil menarik narik tangan Lian.

"Kalau kakak tampan mungkin sedang sibuk Yuan, jadi sama kakak Lian aja ya?" Ucap Lian. Lian berfikir seperti nya Lintang tidak tertarik untuk keluar berjalan jalan, karena itu dia mengatakan bahwa Lintang sibuk pada Yuan.

"Kakak tampan tidak ikut..?" Tanya Yuan pada Lintang yang di balas Lintang dengan senyum kecil "kakak ikut" ucap Lintang.

"Wahh kalau begitu ayo kita pulang. Paman senang jika ada yang datang berkunjung ke rumah"

"Sebentar. Saya pamit pada anggota lain terlebih dahulu" ucap Lintang kemudian pergi menghampiri Deon "Dokter Deon, saya dan dokter Lian ingin keluar sebentar karena ada urusan. Saya serahkan tim dan pos kepada dokter terlebih dahulu"

"Ahh.. iya tidak masalah dokter Lintang, tenang saja. Jika Lian tidak sopan tolong dokter Lintang tegur saja" ucap Deon khawatir Lian akan menimbulkan masalah nantinya. Lintang menganggukkan kepalanya, lalu kembali menghampiri Paman Yuan dan Lian.

Mereka berempat akhirnya berangkat menuju rumah Yuan, dengan Yuan yang ada dalam gendongan Lintang. Padahal paman Yuan sudah menawarkan agar dia saja yang menggendong Yuan, namun Lintang berkata bahwa dia saja.

Tak lama mereka berjalan, Lian melihat sebuah batu besar yang di ukir dengan nama desa tersebut "Desa Yiling". Lian kembali merasa aneh ketika membaca nama desa tersebut, namun kemudian dia dengan senang berlari menuju batu itu lalu meminta Lintang untuk mengambil fotonya, namun menggunakan handphone Lintang karena Lian lupa membawa handphone miliknya.

Meskipun dengan terpaksa, Lintang tetap mengambil foto Lian yang bergaya dengan sok keren.

"Sini paman foto kalian berdua" tawar Paman Yuan, Lian dengan sigap menarik Lintang ke sampingnya agar tidak menolak untuk ikut berfoto. "Yuan turun dulu" ucap Paman Yuan namun Lian berkata bahwa tidak masalah, dia memang ingin berfoto bersama Yuan juga.

Lian dan Yuan tersenyum ceria dalam foto, sedangkan Lintang hanya berdiri kaku tanpa ekspresi namun tentunya masih terlihat tampan. Akhirnya pada foto kedua barulah Lian memaksa Lintang untuk tersenyum kecil.

Setelah itu Lian juga mengajak paman Yuan untuk berfoto, Lian berada di depan memegang handphone kemudian di belakang berdiri paman, Lintang dan Yuan. Setelah mengambil beberapa gambar akhirnya Lian merasa puas dan mengembalikan handphone Lintang. Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Yuan.

"Shan.. rasanya kok desa ini nggak asing ya?" Tanya Lian kepada Lintang

"Tidak tahu"

"Ya kau memang tidak tahu apa apa" balas Lias malas.

"Paman, apa di desa ini ada sungai?" Tanya Lian beralih kepada paman Yuan.

"Iya ada dok, namun orang orang jarang kesana karena di seberang sungai ada hutan terlarang"

"Hutan terlarang?" Tanya Lian bingung. Paman Yuan mengangguk "Iya penduduk desa percaya dalam hutan itu terdapat roh jahat yang dapat menyerang siapa saja yang masuk dalam hutan tersebut" cerita Paman Yuan.

"Mungkin itu hanya mitos paman"

"Saya juga memang kurang percaya, namun sudah cukup banyak penduduk yang menjadi korban. Karena itu saya juga cukup takut untuk masuk kedalam hutan itu"

Timeless HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang