Unspoken Bonds

63 2 0
                                    

Leehan dan Taesan, dua anak laki-laki dengan kepribadian yang sangat berbeda namun saling melengkapi, telah menjadi sahabat sejak masa kecil. Mereka tinggal di lingkungan yang sama, bertemu pertama kali saat usia 10 tahun ketika Leehan pindah ke lingkungan baru. Sejak saat itu, mereka selalu bersama. Meski sering berbeda pandangan, persahabatan mereka tak tergoyahkan.

***

Leehan selalu menjadi anak yang lebih pendiam dan introvert. Di hari pertamanya pindah ke lingkungan baru, ia merasa canggung dan tidak tahu harus bagaimana berbaur dengan anak-anak yang lain. Di taman bermain yang ramai dengan suara tawa dan teriakan, Leehan berdiri di sudut, memegang buku komiknya, dan mengamati dari kejauhan.

Saat itulah, Taesan datang menghampirinya dengan ceria. "Hey! Kamu anak baru, kan? Namaku Taesan!" sapanya dengan senyum lebar.

Leehan yang semula hanya menatap datar, sedikit terkejut dengan sikap terbuka Taesan. "Iya, aku Leehan."

"Main bareng kami, yuk! Di sini seru kok," ajak Taesan tanpa ragu.

Meski Leehan awalnya merasa canggung, ia akhirnya ikut bermain dengan Taesan dan teman-teman lainnya. Dari situ, persahabatan mereka mulai terjalin. Taesan yang bersemangat dan ceria, sementara Leehan yang pendiam dan lebih suka berpikir sebelum bertindak, menjadi dua sisi yang saling melengkapi.

Beberapa tahun kemudian, saat mereka memasuki usia remaja, hidup tidak selalu berjalan mulus. Taesan selalu menjadi anak yang berani dan penuh energi, namun di balik senyumnya, dia sering menyembunyikan tekanan dan rasa tanggung jawab yang dia rasakan sebagai anak tunggal. Dia sering merasa harus selalu kuat, tanpa menunjukkan kelemahannya.

Leehan, meski pendiam, bisa merasakan hal itu. Pada suatu hari, saat mereka berdua duduk di pinggir sungai setelah pulang sekolah, Leehan bertanya, "Kamu baik-baik aja, Taesan?"

Taesan yang biasanya selalu ceria, terdiam sejenak. "Aku baik-baik aja, kok. Kenapa?"

Leehan memandangnya dengan serius, "Kamu nggak perlu selalu pura-pura kuat, Taesan. Kalau kamu butuh cerita, aku ada di sini."

Mendengar itu, Taesan terdiam. Tiba-tiba, semua beban yang selama ini dia tahan terasa ingin ia lepaskan. Taesan mulai bercerita tentang tekanan di sekolah, masalah keluarganya, dan harapannya yang kadang terasa terlalu berat untuk dipikul.

"Kadang aku merasa sendirian meskipun banyak orang di sekitarku," ungkap Taesan pelan.

Leehan, meski tidak banyak bicara, memberi kekuatan melalui kehadirannya. Dia tidak perlu memberi nasihat panjang lebar; dia hanya duduk di sana, mendengarkan dan menjadi tempat bagi Taesan untuk meluapkan perasaannya.

Persahabatan mereka tidak selalu mulus. Ada kalanya mereka bertengkar karena perbedaan pandangan. Suatu hari, ketika mereka berdebat soal proyek sekolah yang mereka kerjakan bersama, Taesan yang biasanya santai tiba-tiba merasa kesal karena Leehan terus-menerus mengkritik idenya.

"Kamu selalu meremehkan idenya orang lain, Leehan! Aku capek kalau harus selalu nurut sama apa yang kamu mau!" teriak Taesan, meluapkan emosinya.

Leehan yang biasanya tenang, merasa tersinggung. "Aku cuma mau hasil terbaik. Kenapa kamu nggak bisa ngeliat itu?"

Setelah itu, mereka tidak berbicara selama beberapa hari. Meski jarak antara mereka terasa aneh dan menyakitkan, baik Leehan maupun Taesan terlalu keras kepala untuk mengalah lebih dulu.

Namun, suatu malam, Leehan menerima pesan dari Taesan: "Aku kangen ngobrol sama kamu, Han. Maaf soal yang kemarin."

Leehan tersenyum kecil saat membaca pesan itu. Dia tahu bahwa Taesan tidak pandai meminta maaf, jadi pesan sederhana itu sudah cukup baginya untuk memaafkan.

"Aku juga minta maaf," balas Leehan singkat.

Esok harinya, mereka bertemu seperti biasa, seolah tidak ada pertengkaran yang pernah terjadi. Mereka tahu bahwa persahabatan mereka lebih penting daripada ego atau perbedaan pandangan.

***

Semakin dewasa, hidup membawa mereka ke arah yang berbeda. Taesan mulai tertarik untuk mengejar karier sebagai seorang idol, sementara Leehan memilih fokus pada studinya di bidang seni. Meskipun jalan hidup mereka berbeda, mereka selalu mendukung satu sama lain.

Ketika Taesan mengikuti audisi untuk menjadi trainee di sebuah agensi hiburan, Leehan adalah orang pertama yang memberi dukungan penuh. "Aku tahu kamu bisa melakukannya, Taesan. Ini mimpi kamu, kan?"

"Aku nggak yakin bisa lolos, Leehan," jawab Taesan dengan gugup.

"Jangan khawatir, kamu selalu punya caramu sendiri untuk bersinar. Aku yakin kamu bakal berhasil."

Dan benar saja, Taesan diterima sebagai trainee. Meski jadwalnya semakin padat dan mereka tidak bisa bertemu sesering dulu, persahabatan mereka tetap kuat. Leehan selalu hadir di setiap langkah besar Taesan, meski kadang hanya lewat pesan singkat atau panggilan telepon di malam hari.

Taesan pun, meskipun sibuk dengan latihan dan persiapan debut, selalu memastikan untuk menyempatkan diri menghubungi Leehan, menanyakan kabarnya, dan mendukung segala pencapaian Leehan di bidang seni.

Di hari debut Taesan sebagai idol, Leehan datang ke acara tersebut, duduk di barisan paling belakang. Dia tersenyum bangga melihat sahabatnya yang dulu hanya seorang anak penuh mimpi, kini berdiri di atas panggung dengan sorotan lampu yang terang.

Setelah acara selesai, Leehan menunggu di luar gedung, menanti Taesan selesai bertemu penggemar dan manajer. Saat Taesan keluar, mereka saling pandang dan tersenyum.

"Kamu berhasil, Taesan. Aku bangga sama kamu," ucap Leehan.

Taesan yang biasanya penuh energi, kali ini terdiam sejenak, menahan haru. "Ini semua karena kamu juga, Han. Kamu selalu ada buat aku."

Mereka berdua tidak perlu banyak bicara lagi. Mereka tahu bahwa persahabatan mereka, meskipun tidak selalu mudah, adalah sesuatu yang akan bertahan selamanya.

End.

Yang mau request boleh banget yaakk
Salam Onedoor❤️

TaesanFicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang