PROLOG

2.7K 158 29
                                    

⚠️ WARNING ⚠️

CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA, KEKERASAN, DAN BAHASA KASAR!!

BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!

Di prolog ini udah aku revisi dan ada sedikit tambahan kata, jadi bisa dibaca ulang.

Happy Reading

●●●●●

Berlin, Jerman 🇩🇪

Everglade Gardens | 08.30 AM

"Will you marry me, My Love

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Will you marry me, My Love."

Hilarion mengembangkan senyum manis, kala ia mengutarakan kalimat indah itu kepada seorang wanita yang selama hampir tiga tahun ini menjadi penyemangat dalam kehidupannya. Wanita yang Hilarion cintai melebihi dirinya sendiri, wanita yang amat Hilarion jaga sebagaimana ia menjaga adiknya, dan wanita yang begitu Hilarion hormati setelah sang ibu.

Tiga tahun menjalin hubungan yang begitu indah dan romantis, hari ini saatnya Hilarion untuk meminang pujaan hati yang begitu ia sayangi.

Pria manis itu berjongkok di hadapan wanita yang ia kasihi. Putra sulung Tiffany dan Gerald itu sampai harus merendahkan tubuhnya disebuah taman kota dipusat Berlin. Satu tangannya membawa cincin berhiaskan berlian indah yang masih tersimpan rapi di kotak beludru-cincin yang Hilarion desain sendiri di perusahaan perhiasan milik sang ibu.

Wanita manapun pasti akan merasa bahagia jika dilamar dengan cara manis seperti ini, apalagi oleh orang yang dicintai dan menjadi incaran para gadis. Dipinang oleh putra sulung keluarga Thompson, rasanya seperti sebuah mimpi indah yang menjadi kenyataan.

"Hilarion." Wanita cantik penuh kelembutan bernama Astoria itu menatap haru ke arah kekasihnya. Dirinya tidak mengira jika akan dilamar hari ini. Padahal sebelumnya, Hilarion hanya ingin mengajaknya jalan-jalan.

"Yes, Love," jawab Hilarion dengan nada yang sama-sama lembutnya, iris peraknya terus menatap wanita cantik di hadapannya, pria itu seolah menunggu jawaban dari bibir kecil manis sang wanita. "Apa jawabanmu, Sayang?"

"Aku mau. Aku mau menikah denganmu, Hilarion Thompson," jawab sang perempuan. Bibir kecil wanita itu tidak lupa untuk ikut tersenyum manis. Rasa haru dan bahagia bercampur menjadi satu.

"Tapi bagaimana dengan strata tigamu? Sebulan yang lalu kau bilang padaku bahwa kau akan fokus dulu untuk meraih gelar Doktormu. Kau bilang tidak mau menikah sebelum menyandang gelar Doktor di dalam namamu," lanjut perempuan itu.

"Hilarion, aku sangat mencintaimu. Aku ingin menikah denganmu, tapi aku juga tidak mau menjadi penghambat hidupmu. Aku tidak ingin kau mengalihkan tujuan awalmu, hanya karena kehadiranku."

Perfect WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang