Laera tidak memihak Renita apalagi membela seniornya tersebut, dia juga tidak bermaksud membodohi temannya sendiri. Menurutnya, masalahnya adalah tanggungjawabnya. Dia sudah terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri, terlepas dari bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalahnya.
Laera tidak pernah menjadi orang yang berpangku tangan pada orang lain, selagi dia bisa mengatasinya. Dia bisa mencari solusi sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, apalagi masalahnya tersebut cukup sensitif dan cenderung privasi.
Laera selalu menjadi orang yang sulit percaya pada seseorang, dia tidak mau jika tentang dirinya menjadi buah bibir atau menjadi tranding topik di sekolahnya.
Bagaimanapun juga, ini tentang dirinya sendiri.
Laera tidak berani ceroboh, tidak ada yang tahu bagaimana hati seseorang. Dia tidak mau mempertaruhkan harga diri dan imagenya sendiri, hanya untuk sedikit empati dan rasa kasian beracun.
Kurangnya rasa aman, membuat Laera memiliki kepribadian waspada dan curiga. Dengan begitu banyaknya penghianat dan kemunafikan manusia yang di lihatnya, sangat wajar jika Laera mewaspadai temannya sendiri.
Inilah hidupnya, Laera tidak tahu berapa lama dia hidup seperti ini. Tanpa rasa aman serta di bayangi oleh rasa takut akan keburukan sifat manusia, gadis itu merasa seperti berjalan di lapisan es yang tipis.
Satu kecerobohan akan menghancurkannya dan menenggelamkan dirinya pada penderitaan yang menyakitkan, di dunia ini tidak orang yang mau hidup menderita dan di siksa oleh rasa sakit, termasuk Laera kecuali dia mengalami keterbelakangan mental.
****
Laera menghela nafas, lalu menjilat bibirnya yang kering. Ada luka kecil di bibirnya, luka tersebut berada di bagian yang tidak mencolok.
Mata coklatnya di penuhi oleh emosi yang rumit, satu jam yang lalu dia kehilangan ciuman pertama. Lupakan tentang ciuman pertamanya yang di curi, Laera sudah merelakannya.
Bagaimanapun juga, tidak ada yang tahu jika bibirnya sudah tidak perawan. Dia tidak lagi mempermasalahkannya, anggap saja kejadian itu tidak pernah terjadi.
Laera juga tidak merasakan trauma apapun karena telah di lecehkan oleh seseorang, tepatnya dia tidak mengalami beban psikologis apapun seperti layaknya korban pelecehan pada umumnya.
Dari pada trauma, Laera lebih merasa penasaran. Dia sangat penasaran dan merasa gatal, ingin tahu mengenai alasan kenapa seniornya yang jelas-jelas merupakan Heteroseksual sejati, tiba-tiba mencium bibirnya dengan ganas di koridor sekolah.
Mungkinkah seniornya itu salah mengonsumsi obat?, atau mungkin juga kepalanya terbentur ke dinding dan mengalami keterbelakangan mental hingga tidak bisa membedakan jenis kelamin seseorang?.
Entahlah, dia tidak tahu dan bingung. Menurutnya, apa yang dia alami sangat tidak masuk akal.
Oke, lupakan saja. Laera tidak bisa memikirkannya lagi, jika dia terus memikirkan peristiwa tidak masuk akal itu, Laera merasa kepalanya akan menjadi botak seperti guru fisika dan kimianya karena terlalu banyak berpikir.
Lebih baik pulang dan bersantai di kamarnya, otaknya kelelahan begitu juga fisiknya. Tapi sepertinya keinginan sederhananya tidak terpenuhi, setelah keluar dari gerbang sekolahnya, Laera di seret oleh teman-temannya ke dalam mobil lalu pergi ke Mall.
Di Mall, mereka berbelanja beberapa pakaian dan sepatu branded. Sebagai orang termiskin di antara teman-temannya, tentu saja Laera tidak membeli apapun di Mall tersebut.
Laera bukan type orang fashionable. Di lain sisi, dia juga tidak memiliki dukungan finansial yang cukup untuk mengikuti gaya hidup mewah teman-temannya. Bagaimanapun juga, latar belakang keluarganya berbeda dengan teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senior Ex-girlfriend Seduced Me
Fiksi RemajaWarning!!! Harap di baca dengan baik dan teliti, cerita ini merupakan cerita dengan genre Girl Love/Yuri/LGBT. Mohon bijak dalam membaca cerita ini, karena banyak adegan tidak pantas untuk di baca di bawah umur. Cerita ini terkusus 18+, Terimakasih...