08. Diary Alysha

663 74 4
                                    

Senyum Alysha mengembang saat mendapati Mahen sudah berada di depan rumahnya. Pacarnya itu sedang duduk di atas jok motor sembari memainkan ponsel. Menjemput dan mengantar Alysha mungkin sudah menjadi kegiatan rutin Mahen selama seminggu ini.

Alysha berdehem untuk menyadarkan pacarnya akan kehadirannya. Mahen pun mendongak. Dia tersenyum melihat Alysha yang selalu cantik setiap harinya.

"Ayo!" ajak Alysha.

Mahen mengangguk lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Dia memasangkan Alysha helm sembari menatap Alysha dengan tersenyum. Alysha yang ditatap seperti itu dari jarak dekat pun menjadi salah tingkah.

Motor Mahen mulai berjalan saat Alysha sudah duduk manis di belakang. Tangan cewek itu pun sudah melingkar manis di perut Mahen.

Saat di atas motor seperti ini, Alysha lebih memilih diam dari pada mengajak Mahen berbicara karena telinganya selalu budeg mendadak apalagi saat memakai helm. Suara mesin kendaraan ditambah angin yang berlawanan arah membuat suaranya terdengar tidak jelas dan berakibat mendapat label tuli lewat jalur VVIP.

Deru motor Mahen berhenti setelah motornya terparkir dengan rapi diantara motor-motor siswa yang lain. Alysha langsung turun dari motor. Tangannya membuka pengait helm lalu melepasnya dan menyerahkannya pada Mahen.

Mahen membantu merapikan rambut Alysha yang hari ini dibiarkan terurai. Alysha tersenyum. Sebulan menjadi pacar Mahen membuat Alysha merasakan perhatian yang berlimpah.

"Lain kali dikuncir aja, yang! Biar gak berantakan kalo dipakai naik motor," ucap Mahen.

Alysha mengangguk. "Iya, tadi buru-buru jadi gak sempet nguncir rambut."

Mahen menggandeng tangan Alysha menuju kelas 12 IPA 7. Kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Alysha membuat mereka bisa berjalan bersama menuju kelas masing-masing. Sepanjang perjalanan Mahen bercerita tentang agendanya minggu ini. Jabatannya sebagai pengurus OSIS membuat Mahen menjadi lebih sibuk dari Alysha meskipun mereka sama sama anak kelas 12.

Tinggal 10 meter lagi mereka sampai di depan kelas Alysha. Alysha bisa melihat Sisil menyapu kelas. Dia juga bisa melihat gerombolan laki-laki yang sedang berkumpul di depan kelas untuk cuci mata melihat para cewek yang masih cantik karena bedaknya belum luntur. Para gerombolan laki-laki itu juga sedang memperhatikan Alysha yang baru datang bersama pacarnya.

"Nanti istirahat aku ke kelas kamu," ucap Mahen diangguki Alysha.

Mahen mengusap rambut Alysha sebentar lalu pergi menuju kelasnya sendiri, kelas 12 IPA 8.

"Sea!" sapa Mahen saat melewati Sea yang dari tadi memperhatikannya dalam diam.

Mahen merasa bangga karena bisa memamerkan kemesraannya didepan cewek itu. Sea termasuk dalam gerombolan laki-laki yang sedari tadi duduk di depan kelas. Bukan hal baru, sifat Sea yang tomboy membuatnya mudah akrab dengan laki-laki.

Alysha melangkah masuk dan duduk di tempatnya. Hari ini ia masih duduk sebangku dengan Sea. Dilihatnya suasana kelas saat itu sepi, karena memang masih pagi. Ada untungnya Alysha berangkat bersama Mahen, jadi ia tidak perlu terlambat seperti waktu itu.

Alysha mengeluarkan earphone wireless dari tasnya lalu menyalakan salah satu lagu milik Lana Del Rey. Kini ia berganti pada buku diary miliknya, hendak menulis sesuatu disana.

"Aly!"

Terdengar suara yang memanggil namanya membuat Alysha mendongak. Tubuhnya langsung menegang saat kepala Sea mendarat di pahanya. Matanya mengerjap beberapa kali masih mencerna situasi saat ini.

"Gue numpang tidur ya, tidur di meja keras bikin kepala gue sakit," ucap Sea.

Alysha mengangguk. "Boleh, tidur aja nanti kalau ada guru aku bangunin."

Please, Be My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang