Tubuh Alysha terasa lemas. Kepalanya pusing karena kekurangan darah. Pinggangnya terasa sakit. Perutnya pun masih saja nyeri karena ini baru hari kedua dirinya haid.
Dengan keadaan seperti ini, rebahan di kasur akan terasa seperti surga bagi Alysha daripada harus duduk berjam-jam menyimak materi. Tapi Alysha tidak mau manja, kalau sakit seperti ini saja ia tidak masuk bisa-bisa ia ketinggalan banyak pelajaran baru.
Alysha menyenderkan kepalanya di bahu Sea. Dia memposisikan dirinya senyaman mungkin berharap sakit di tubuhnya berkurang.
Sea yang duduk di sampingnya merasa tak tega melihat muka Alysha yang terlihat pucat. Tadi Sea sudah menawari Alysha agar istirahat di UKS saja, tapi Alysha menolak. Dia bilang kalau dia baik-baik saja dan masih kuat mengikuti pelajaran.
Mata yang biasanya berbinar cerah dengan wajah ceria itu kini terlihat sayu. Alysha memang selalu merasa nyeri seperti ini setiap bulannya, tapi kali ini ntah kenapa terasa dua kali lipat lebih sakit. Padahal dia juga tidak lupa meminum vitamin obat penambah darah sebelum berangkat tadi.
"Lo gapapa, Al? Gue anterin UKS aja ya?" bisik Sea ditengah pelajaran dengan sebelah tangannya berjaga-jaga didepan dahi Alysha, takut kepala cewek itu merosot dari bahunya.
"Aku gapapa."
Alysha kembali mendengarkan materi yang dijelaskan Bu Dwi. Sesekali ia memaksa matanya agar tetap terbuka dan fokus. Nyeri dibagian belakang pinggangnya semakin parah, rasanya Alysha ingin menjambak rambut siapapun yang ia lihat.
Sea kembali menoleh memastikan keadaan Alysha. Sea menghela nafas gusar melihat Alysha tertunduk dengan tangan yang meremas kuat perutnya.
Tubuh Alysha tersentak saat sebuah tangan besar perlahan memijat punggung belakangnya. Saat itu Alysha dapat sedikit rileks karena pijatan itu tepat berada di tempat rasa nyerinya. Alysha menoleh dan ya, benar itu adalah tangan Sea. Cewek itu menatapnya lekat dengan raut wajah khawatir.
Seuntai senyum manis mengembang di wajah Alysha. "Makasih banyak, Sea. Darimana kamu tau pijatan gini bisa ngurangin nyeri haid?"
"Mmm, ya gue sering liat Rena ngelakuin hal ini tiap nyeri haid Sisil kambuh," jawab Sea dengan Alysha tetap memandangnya.
"Senderin lagi kepala lo, fokus aja nyimak pelajaran di depan."
Alysha mengangguk lalu ia kembali bersandar di bahu Sea. Bahu Sea yang lebar membuat Alysha merasa nyaman saat bersandar seperti ini. Betapa beruntungnya dia punya teman sebaik Sea.
🐚🐚🐚
Bel istirahat sudah berbunyi. Alysha masih nyaman tidur di meja berbantalkan jaket Sea. Dia tidak bisa kemana-mana dengan perut sesakit ini, jadi dia memutuskan untuk tidur saja.
Sea masih memperhatikannya dari samping. Ada rasa cemas dalam hatinya melihat Alysha yang biasanya cerewet menjadi lemah seperti itu.
"Perutnya masih sakit?" tanyanya pada Alysha yang kini menoleh.
Alysha mengangguk lalu kembali membaringkan kepalanya. "Aku baik-baik aja kok, Sea. Kamu mending ke kantin."
Sea menatap Alysha prihatin. Tangannya terulur menyingkap rambut Alysha yang menutupi wajahnya. Merasa ada yang membelai wajahnya, Alysha pun bangun.
"I'm fine, Sea..." ucap Alysha dengan suara lemas. Tangannya bergerak mengusap punggung tangan Sea yang masih berada di rambutnya. Dia tidak mau membuat Sea makin khawatir.
"Eh, lo gak kemana-mana kan, Nes?" tanya Sea tiba-tiba. Nesa pun menggeleng.
"Jagain Alysha dulu, ya! Gue mau keluar bentar," pintanya terburu-buru. Tanpa dia memberitahu, sudah pasti Nesa akan menjaga Alysha yang merupakan sahabat baiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Be My Lover
Teen Fiction"Jaga cewek selingkuhan lo atau gue rebut." Galau? Apa itu galau? Di selingkuhin cowok? Terus kenapa? Rebut aja ceweknya. Semua ini berawal dari Mahen kekasihnya yang berselingkuh dengan teman sekelasnya bernama Alysha. Bukannya terpuruk Sea justr...