"Senang akhirnya bisa bertemu dengan kalian berlima."
Sementara Arif berusaha menyadarkan Sayuri yang pingsan, aku, Daisuke dan Ayu menatap proyeksi hologram Mas Gun di depan kami.
"Kalian pasti bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi." Hologram itu berucap lagi.
"Kenapa Anda harus memanggil kami berlima sekaligus kemari?" Aku yang berbicara, sekedar untuk menjaga kesopanan.
"Karena kalian adalah lima orang yang paling bisa kupercaya dengan semua ini. Apalagi kamu, Ryoichi, dia telah membuktikan loyalitasnya kepada pemerintah berulang kali."
Aku menelan ludah. Aku hendak membantah dan mengatakan bahwa aku semata-mata hanya menjalankan tugasku sebagai detektif siber, tapi kuurungkan niatku.
Arif kembali mendekat ke arah kami, bersama dengan Sayuri yang sudah terbangun dari pingsannya.
Arif akan bohong jika dia mengatakan dia tidak mendengar semuanya.
"Memercayai kami dengan apa, Pak?" Arif langsung bertanya.
Mas Gun menoleh ke Arif yang baru saja datang. "Kamu bisa mendengar kami walau jaraknya jauh?"
"Tidak terlalu jauh. Dan ya, gu- eh, saya masih bisa mendengar kalian walau saya sebenarnya sedang fokus pada Sayu."
"Begitu ya. Baguslah." Mas Gun kembali menatapku. Walaupun secara teknis ini hanya hologramnya, tatapan itu terasa sangat nyata.
"Aku singkat saja. Elysium berada dalam bahaya, juga para penduduk yang menggunakan dunia itu untuk kelangsungan hidup mereka."
"Bahaya seperti apa, Pak?" Aku bertanya.
"Aku juga tidak tahu. Yang pasti, kesadaran setiap orang seakan dijebak didalam dunia itu, menyebabkan kegagalan fungsi otak yang berujung pada koma hingga waktu yang tidak dapat ditentukan."
Aku sedikit terkejut.
"Ryoichi, aku tahu kakakkmu juga merupakan salah satu korbannya. Aku sempat melihat avatar-nya di Elysium, mencoba untuk log out, tapi tidak bisa."
Seketika Arif, Ayu, Sayuri dan Daisuke menoleh ke arahku.
"Bukankah Reiko harusnya dirawat di rumah sakit?" Ayu menatapku skeptis.
Sayuri batuk. "Aku bisa menjawab yang ini. Setelah Ryo menjenguknya, tepat sebelum operasi, dia pergi ke dunia Elysium dengan headset VR-nya. Aku memonitornya sampai dia kembali, tapi saraf-saraf di otaknya mendadak berhenti bekerja, memicu alarm darurat biru."
"Penjelasan yang bagus, Dr. Nakamura." Mas Gun mengangguk. "Karena Elysium secara teknis memindahkan kesadaran seseorang dari dunia nyata, saat kesadaran itu tidak bisa keluar, fungsi otaknya akan menghilang seutuhnya. Akibatnya seseorang bisa jatuh koma atau bahkan meninggal."
Aku langsung panik. "Meninggal?"
"Tenang, Ryoichi. Seseorang hanya akan meninggal jika kesadarannya tidak bisa dikembalikan...atau lebih buruk dari itu."
Kami semua menunggu kelanjutan ceritanya.
"Mereka bisa dihabisi oleh glitch-glitch yang ada di Elysium."
"Glitch? Di Elysium?" Ayu sepertinya meragukan perkataan Mas Gun, mengingat dia bekerja di perusahaan yang menciptakan Elysium, bahkan dia ditempatkan di bagian pemeliharaan dan pengembangan server.
"Gak mungkin deh, Mas. Saya sendiri yang ngurus servernya, mana mungkin ada glitch."
Mas Gun mengangguk takzim. "Memang, karena glitch-glitch tersebut bukan berasal dari NexCorp, melainkan ada campur tangan organisasi lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cybernetica: Embrace The Future
Ficção Científica"Selamat datang. Yakin kau memiliki keberanian dan keyakinan untuk membaca karya ini? Kalau ya, persiapkan dirimu." 2056, Neo Tokarta. Jakarta semakin canggih saja. Sekarang bahkan berani memadukan canggihnya peradaban Tokyo, melahirkan Neo Tokarta...