CHAPTER 3

10 2 0
                                    

Irene POV

Handphoneku berbunyi. Ada tulisan Wendy call dilayarnya. Aku ingat dia mungkin khawatir akan kejadian semalam. Handphone ku memang sengaja kutingal di Hotel. Ada sekitar 75 missed call dan itu berasal dari member Red Velved dan beberapa member EXO. Aku yakin mereka pastinya berdebat panjang tentang apa yang terjadi.

"Hallo Eonnie, apa ini kau?"

Sudah jelas aku mengangkatnya mengapa dia masih bertanya, "Ya ini aku."

"Wahhh... eonnie, apa ini benar-benar kau? Kau sudah baik-baik saja kan? Kau kembali bersama Sehun kan?" Suara yang berbeda yang kuduga Seulgi langsung menyerangku. Sejujurnya aku memang malas bercerita tentang kejadian semalam. Tidak ada yang terjadi padaku. Kami hanya terpisah gara-gara gerombolan fans lalu aku tersesat lalu aku menunggu Sehun di tempat yang sama dalam waktu yang sangat lama sampai akhirnya dia datang menemukanku. Tidak ada yang spesial tapi semua member itu memaksaku untuk menceritakan kejadian itu kembali.

Tidak ada yang spesial kecuali tentang satu hal.

"Wendy-yah, aku ingin menceritakan sesuatu hal padamu, tapi bisakah kau menjauh sebentar dari para member?" Kataku tiba-tiba.

"Apa... Baiklah, aku sudah menjauh sekarang."

Aku menggigit bibir bawah. Terlihat ragu untuk menceritakan atau tidak. Haruskah aku menceritakan saja, tidak ada salahnya bukan. Sejauh ini Wendy adalah satu-satunya member yang dewasa dan juga mengerti aku.

"Hei Irene, sampai kapan kau diam, aku sudah lari ke toilet untuk mendengarkan ceritamu itu!" Ujarnya mengagetkanku.

"Ehm... baiklah. Ini soal...." Aku mulai gugup. Oh ayolah Irene. Ini hanya cerita yang tidak berarti.

"Apa ini soal Sehun?" Tanyanya yang bagaimana mungkin bisa begitu tepat.

"Tidak eh iya sih."

"Baiklah, apa yang dilakukan dia semalam, Dia khawatir padamu bukan?"

"Ya tentu saja. Dia sangat khawatir padaku sampai-sampai harus bolak-balik mencariku."

"Lalu?"

"Yah... waktu itu aku melihatnya seperti orang gila yang berteriak-teriak memanggil namaku. Begitu aku muncul dia langsung memelukku."

"Lalu...."

"Lalu?"

"Ya tentu tak mungkin jika kalian hanya berpelukan, pastinya ada sesuatu yang lebih." Nada suaranya terdengar kesal.

"Ya benar sih, lalu... kita lalu...-

"Dan kita berciuman mesra." Suara itu tiba-tiba berada disampingku bahkan belum sempat aku membuka mulut.

Hyaaakkk!!! Oh Sehun Plakkk!!! Respek aku memukul kepalanya dengan majalah setelah secara kurang ajar dia mencampuri pembicaraanku dengan Wendy. Segera kumatikan teleponnya sebelum Wendy bertanya tentang yang tidak-tidak gara-gara makluk sialan ini.

"Kau ini, apa kau tak punya hobby lain selain memukulku, jika fans ku melihatnya kau pasti langsung dibunuh!" Protesnya.

"Itu karena kau selalu menyebalkan!"

"Menyebalkan apanya, bukankah itu yang memang ingin kau katakan?" Dia menatapku kesal. Itu berarti sudah lama dia berada disini dan menguping semua pembicaraanku tadi. Aigoo... benar-benar menyebalkan.

"Ya, untuk kali ini, kau tak perlu berakting, tidak ada yang ingin membayarmu." Sambungnya memaparkan senyum menggoda. Tak peduli dengan kondisi wajahku yang semakin memerah. Dia lantas berjalan ke lemari pakaian mengambil jaket dan juga topinya.

PROPOSAL MARRIAGE SEHUN & IRENE (HUNRE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang