bab 1

1.5K 39 0
                                    


PENGEMUMAN: Cerita ini termasuk cerita pendek Jadi aku percepat kan. Saat ini  Aku sedang banyak tugas rasanya hampir botak gara-gara tugas huhuhu ngak sempat revisi dan ngecek lagi.. nanti kalau ada waktu aku revisi lagi oke. Jangan ini itu dulu ya kawan mohon kerjasamanya 🙏⚠️⚠️



Happy reading:

       <<<<<<<<<<<<<<>>>>>>>>>>>>>>>>

Langkah kaki Lila terasa berat ketika ia menginjak pelataran rumah megah itu. Rumah yang berdiri kokoh di atas bukit pinggiran kota, jauh dari keramaian, dan dikelilingi oleh pepohonan tinggi. Sejak kecil, Lila tak pernah membayangkan dirinya bisa masuk ke tempat seperti ini, apalagi menjadi pelayan di dalamnya. Namun, keadaan memaksanya menerima pekerjaan ini—sebuah pekerjaan yang membawa hidupnya ke arah yang sama sekali tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Pintu besar di hadapannya perlahan terbuka, memperlihatkan bagian dalam rumah yang lebih megah dari apa yang Lila bayangkan. Dinding-dindingnya dipenuhi lukisan-lukisan besar, sementara lantainya berkilau seolah tak pernah tersentuh oleh debu. Rumah ini sangat berbeda dari rumah-rumah di desanya. Semua tampak dingin, seolah tak ada kehidupan di balik keindahannya.

“Lila, bukan?” Suara seorang wanita paruh baya memecah lamunan Lila. Wanita itu berdiri di ujung lorong panjang dengan tatapan tajam, mengenakan seragam pelayan yang rapi. Wajahnya terlihat keras, tapi sorot matanya mengamati Lila dengan seksama, seperti sedang menilai apakah gadis desa ini layak berada di tempat tersebut.

“Ya, Bu,” jawab Lila sambil menunduk sedikit.

“Nama saya Bu Sri. Saya yang mengurus rumah ini. Kamu harus mematuhi segala peraturan yang ada, dan saya tidak suka kesalahan. Mengerti?”

Lila hanya mengangguk, merasa gugup. “I-ya, Bu.”

Bu Sri melangkah mendekat dan menatap Lila dari ujung kepala hingga kaki. “Kau akan bekerja untuk Tuan Muda Adrian. Semua kebutuhannya ada di tanganmu mulai hari ini. Dan ingat, dia tidak suka diganggu. Jadi, lakukan tugasmu dengan baik, tapi jangan terlalu banyak bicara kecuali dia bertanya padamu.”

Lila menelan ludah. Ia sudah mendengar cerita tentang Adrian, tuan muda yang kini hidup dalam kesepian setelah kecelakaan yang membuatnya lumpuh. Tapi ia tidak pernah berpikir bahwa suasana rumah ini akan sebeku dan sesuram ini. Tak ada tawa, tak ada kehangatan—hanya kewajiban dan formalitas.

“Sekarang ikut saya. Kita akan ke kamarnya.” Bu Sri memimpin jalan ke lantai dua. Lila mengikuti dengan hati berdebar. Anak tangga yang terasa tak berujung semakin menambah rasa cemasnya.

Di depan pintu kamar Adrian, Bu Sri berhenti sejenak. “Ingat, jaga sikapmu di depan Tuan Muda. Jangan sampai kamu membuatnya marah. Dia tidak suka kedatangan orang baru, tapi kita tidak punya pilihan lain. Dia butuh seseorang untuk merawatnya.”

Lila mengangguk pelan, kemudian Bu Sri membuka pintu.

Di dalam, ruangan itu dipenuhi dengan cahaya matahari yang masuk melalui jendela besar. Segalanya tampak rapi dan bersih, namun ada kesan kosong yang tak bisa dijelaskan. Di sudut ruangan, duduklah Adrian di kursi rodanya, menatap keluar jendela. Punggungnya tegap, tapi ada kesuraman yang jelas terpancar dari wajahnya. Mata gelapnya memandangi dunia luar tanpa ekspresi.

“Tuan Adrian, ini pelayan barumu,” kata Bu Sri sambil mendorong Lila sedikit ke depan. “Namanya Lila.”

Adrian tidak langsung menoleh. Hanya ada keheningan yang panjang. Lila menahan napas, menunggu respons dari pria yang kini menjadi majikannya.

Setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Adrian akhirnya memalingkan wajahnya perlahan. Tatapannya dingin, matanya seolah menembus Lila tanpa benar-benar melihatnya. “Pergi.”

Pengasuh Tuan Lumpuh Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang