Hari pernikahan akhirnya tiba. Naura berada di kamarnya. Air mata mengalir di wajah Naura ketika ibunya dan ibu Jaigar mencoba menghibur.
"Tolong, sayang ...," Prima memohon, "jangan nangis. Gakpapa."
"Kami ngerti ini pasti sulit buat kamu, tapi kamu harus kuat, Nau. Ini hari pernikahan kamu." Yuna sebagai calon mertuanya ikut menguatkan.
"Nau gak bisa nikah sama orang yang gak Nau sukai. Kalian bener-bener tega sama Nau."
Fany dengan lembut membelai rambut putrinya, hatinya sakit untuk Naura. "Kami paham kamu gak cinta sama dia, sayang. Tapi kadang dalam hidup, kita harus melakukan hal-hal yang gak mau kita lakukan."
Yuna mengangguk setuju. "Itu bener. Pernikahan ini diputuskan untuk kemajuan dua keluarga. Cinta akan tumbuh dengan sendirinya, Sayang."
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu, seorang wedding planner masuk. "Maaf mengganggu, tapi ini sudah waktunya. Upacara akan segera dimulai."
***
Upacara dimulai. Naura dibawa menyusuri lorong dengan kedua orangtua di sisinya. Semua orang yang hadir mengawasi dalam diam ketika Naura mendekati Altar, yang di mana Jaigar menunggunya di sana.
Saat Naura berdiri di samping Jaigar, Naura tidak bisa menahan diri untuk tidak bersanding dengannya, dia merasa kalah dan pasrah pada nasibnya.
Jaigar melirik Naura tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, dia menjaga ekspresi netralnya.
Upacara pernikahan berlangsung tanpa hambatan dan acara pernikahan dimulai setelah itu. Kemana-pun mata melirik, orang-orang di sana tertawa dan bersenang-senang, mereka merayakan persatuan Naura dan Jaigar.
Tapi Naura, dia tidak bisa membuat dirinya bahagia. Naura duduk di Pelaminan dan terlihat seperti satu-satunya orang yang tidak bahagia. Jaigar yang duduk di sampingnya, memperhatikan ekspresi suram dari Naura dan dia menyeringai tipis.
Saat Jaigar hendak berbicara tiba-tiba Jedan datang. Dia tersenyum kepada Naura dan memberi selamat atas pernikahannya.
Pemandangan mantan pacar Naura, orang yang jelas masih memiliki perasaan kepada Naura membuat perut Jaigat berputar. Dia tidak bisa menahan rasa cemburu.
Namun, saat Jaigar melihat Naura lebih dekat, dia bisa melihat rasa sakit terukir di wajah Naura. Ada kerinduan yang jelas di matanya ketika Naura melihat Jedan.
"Maaf ...." Cella berkata dengan lirih.
Melihat Naura, Jedan tak sanggup menutupi emosinya, ekspresi Jedan bercampur antara kesedihan dan pengertian. "I know, Nau," gumamnya, suaranya lembut. "I know this is not your wish. Jangan pernah minta maaf, kamu gak salah."
"Tapi kamu masih mau kan lanjutin hubungan kita?"
"Of course," katanya tegas. "I'll never stop loving you, you know that."
Jaigar menyaksikan antara Cella dan Jedan, dia menjadi semakin jengkel dan posesif.
Dengan ekspresi tegas, dia memanggil Jedan, namun dengan suara rendah yang tidak menimbulkan perdebatan. "Jedan, udahlah. Naura milik gue sekarang. Dan sekarang udah waktunya bagi lo lepasin Naura."
Jedan melotot pada Jaigar, emosinya sendiri mulai mendidih. Dia sangat menyadari reputasi Jaigar sebagai saingannya di Geng Motor dan dia tidak akan menyerahkan Naura kepadanya tanpa perlawanan.
"Dia bukan hadiah yang bisa dikasih gitu aja," balasnya, suaranya tajam. "Lo bukan memilikinya."
Jaigar terkekeh puas, dia tidak terkecoh oleh sikap menantang Jedan. Karena Jaigar tahu dia telah memenangkan babak ini. Dan sekarang Naura adalah istrinya, terikat secara hukum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Love | Perjodohan
Fiksi UmumPernah mendengar atau melihat pernikahan yang dipaksakan hanya untuk kepentingan bisnis, kekuasaan, politik, dan lainnya? Naura Asteria dan Jaigar Dharmendra mengalaminya. Bagaikan bidak di papan catur, mereka hanya dijadikan sebagai aset, sebagai...