08 | SERUNI
---
JADI, BAGAIMANA caraku untuk menembus dinding Kerajaan Mataram?
Hari telah berlalu dan aku masih memikirkan ide gila ini.
Iya. Ini adalah ide yang gila. Walaupun demikian, aku tidak merasa ini ide yang aneh sama sekali. Cukup masuk akal bagiku.
Aku telah memiliki pijakan sekarang. Maksudku, koneksi yang kudapatkan dari Penasehat Cokro bisa menjadi simbiosis mutualisme, kan? Aku bekerja untuknya, ia dapat menjamin posisiku sebagai timbal baliknya. Aku bisa mendapatkan rekomendasi darinya untuk banyak posisi pekerjaan di kerajaan. Apalagi setelah Nusacademy, aku akan mendapatkan sertifikat Clever yang pada dasarnya bisa kau pakai untuk mendaftar sebagai apapun.
Impianku sekarang adalah menembus dinding Kerajaan Mataram. Akan tetapi, apa yang sebenarnya aku targetkan dengan melakukan itu?
Posisi Penasehat Cokro?
Pfft, berani sekali aku.
Andai saja ibu mendengar isi pikiranku ini, pasti aku ia telah menasehati agar tidak bermimpi terlalu tinggi. Namun, apa salahnya? Mungkin saja aku bisa mendapatkannya. Masa depan, siapa yang tahu, kan?
Kalau begitu, haruskah aku memulai dari langkah kecil? Pemerintah kota, misalnya?
Aku harus mendapatkan posisi yang bagus di pemerintah kota setelah lulus dari Nusacademy. Dan Penasehat Cokro akan memastikan hal itu terjadi. Harus.
Namun, bagaimana bila aku tidak lulus dari sini?
Menjadi bagian dari Nusacademy bukan hanya tentang belajar dengan keras untuk mempertahankan nilai dan peringkat, tetapi juga tentang bagaimana cara bertahan hidup dalam lingkaran bangsawan.
Nusacademy, walaupun berdiri untuk seluruh Nusantara tanpa terkecuali, seakan dibangun hanya untuk mereka yang memiliki kekayaan. Segala sesuatu memerlukan biaya, yang tidak termasuk dalam beasiswa. Kami, para penerima beasiswa, harus mempersiapkan sendiri biaya-biaya tambahan yang menumpuk. Semakin lama seseorang mengambil sebuah program, semakin banyak pula biaya yang harus dikeluarkan. Itulah mengapa tak banyak siswa beasiswa yang bertahan lama—mereka hanya mengambil program satu tahun.
Seperti yang baru kuketahui sekarang, terdapat sebuah ujian bulanan, semacam mockup test, yang wajib diikuti untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswanya dan menetapkan kelas mana yang harus mereka tempati berdasarkan peringkat yang dimiliki. Entah bagaimana sistem yang digunakan, untuk mengikuti ujian ini, aku harus membayar lagi dengan nominal yang tidak sedikit—hampir setara dengan total pengeluaran satu bulanku di sini. Dan itu tidak termasuk dalam beasiswa yang kupegang.
Dari mana aku akan mendapatkan uang sebanyak itu untuk mengikuti ujian yang akan dilakukan setiap bulan ini? Bahkan dengan mengurangi uang makan dan memperbanyak penjualan herbalku pun tidak akan mencukupi.
Lupakan sejenak mengenai ambisiku yang terlalu tinggi untuk menembus dinding Kerajaan Mataram. Ada hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan: bertahan hidup di Nusacademy. Itu berarti, aku harus memiliki lebih banyak pemasukan.
"Ehm." Deheman itu menyadarkanku kembali ke kelas. "Ujian ini akan memperlihatkan seberapa baik kemampuan kalian dalam satu bulan pertama di Nusacademy. Akan diadakan sebuah pergantian kelas berdasarkan peringkat kalian dalam ujian. Mereka yang mendapat nilai tinggi akan dipindahkan ke level kelas yang lebih baik. Jika kalian ingin naik, atau setidaknya bertahan di kelas ini, maka pertahankan juga nilai kalian. Sekian kelas hari ini. Terima kasih banyak dan semoga beruntung."
YOU ARE READING
Satu Titik Dua Dua
RomanceBagaimana kisah kami terjadi jika nusantara tidak lagi merdeka meski 17 agustus 1945 telah terlewat ? Martia, Seruni, dan segala kerumitannya menemukan sisi tujuan hidupnya untuk tetap berdiri di bawah kaki sendiri. Bersama dengan relungan masa de...