Tidak banya bicara, tetapi menepati janji sebagai seorang pria. Ucapan dapat di pengang, bukan hanya sebuah kata manis yang terlontar dengan mudahnya dari mulut seorang pria yang bersikap seolah memiliki kekuasaan.
Tidak munafik, jika di dunia ini...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dimohon kerja samanya untuk menvote cerita ini Dan komen. Jangan jadi silence reader. Satu vote dari kalian sangat berharga buat author. Selamat membaca.
Menari nari di atas darah segar yang keluar atas rasa sakit yang kalah oleh sebuah jabatan dari orang yang tidak pantas menerimanya, bodoh! ~
●•●~
Paris - 🇨🇵
Suara berisik, bentakan, juga teriakan selalu terdengar oleh telinga ku, seperti makanan sehari hari. Tidak terlalu buruk tapi cukup menganggu.
Aku berjalan menuju dapur, mengambil beberapa helai roti dan mengoleskan kream stowbery diatasnya. Meletakkannya di atas pring lalu aku berjalan dengan tanggan kiri yang memengang piring berisi roti juga segelas susu di tanggan kanan ku.
Mendudukan diriku di atas bangku taman. Menikmatin udara sore yang sejuk juga sedikit mendung. Tidak menghabiskan waktu lama, aku menyelesaikan aktifitas makan ku. Lalu kembali menuju dapur untuk mencuci piring juga gelas susu tadi.
Setelah selesai aku kembali menuju kamar, menaiki satu persatu anak tanggan dengan hati hati, juga argumen dari kedua orang tuaku tidak kunjung selesai. Lebih baik menutup mata dan telinga agar tidak gila di situasi ini.
Malam itu aku selesai dengan pekerjaan ku, memilih untuk sebentar berjalan jalan untuk menghirup udara dingin yang menusuk tulang.
Tak tak tak....
Terdengar jelas suara top heel saat aku berjalan di sepanjang jalan sepi. Tidak terburu buru, ada suara mobil dari belakangku, aku tidak menoleh. Mengambil botol semprotan berisi air cabe dari dalam tas kecil milikku. Berjaga jaga jika ada pria nakal. Tidak terlalu memperdulikan sekitar ku, toh ini adalah jalan umum.
Namun sangat di sayangkan, mobil yang berjalan di belakangku berhenti. Mempercepat langkahku, tapi pria yang baru saja turun dari mobil miliknya mencengkram kasar tangganku, membuat diriku menghadap ke arahnya. Melepaskan cengkeraman tanggan besar miliknya dengan kasar.
Disisi lain 1 orang pria lainnya berdiri tepat di belakangku. Dengan tidak malunya mengelus lembut pinggang ku. Kedua pria ini tertawa dengan santainya, juga tercium aroma alkohol dari salah satu mereka.
Tentu aku sangat marah dan kesal atas tindakan jijik yang mereka lakukan. Saat salah satu dari mereka lengah, ini kesempatan bagus untuk memberi mereka pembelajaran, pria yang berdiri tepat di sampingku, masih tertawa terbahak bahak juga berbicara asal. Menyemprotkan air cabe tepat di mata nya, membuat dirinya kesakitan. Aku bisa meloloskan diriku dan berlari jauh dari mereka.