Suasana pagi terlihat sangat sibuk di kediaman Dinata, para pelayan mulai menurunkan berbagai dekorasi dari mobil pengangkut di depan rumah.
"Pagi sayang," sapa Gayatri disela kesibukan mengatur barang.
"Pagi, Oma," balas Dasha mendekat.
"Wah kamu udah siap sepagi ini?" puji Gayatri memperhatikan Dasha yang telah mengenakkan seragam sekolah, menyelipkan rambut berbendo putih itu ke belakang telinga. "Kamu sarapan dulu ya, udah disiapin di meja makan. Nanti yang lain nyusul. Mungkin Kakek akan sedikit terlambat karena ada urusan dengan Pak Geo keluar."
"Sepagi ini?"
"Iya, jadi nggak usah nungguin Kakek. Kamu makan dulu aja, nanti Oma sama Lio nyusul."
Dasha hanya mengangguk, hendak membawa tubuhnya ke meja makan sebelum sebuah bingkai besar melewati dirinya. Dasha terdiam ditempat, melihat dengan jelas foto besar yang tercetak didalam bingkai kayu dengan ukiran indah. Buku tangannya mengepal, matanya berkaca-kaca saat melihat senyum cerah tercetak didalam foto keluarga.
"Sha?"
Dasha menoleh tepat kearah elusan pada rambutnya berasal. "Kok melamun, sana makan dulu gih. Nanti Oma nyusul."
"Iya, Oma."
Sebelum langkahnya terpatri, ponsel Dasha berdering. Gadis itu merogoh saku lalu membaca nama yang tertera pada layar panggilan telpon. Suara decakan terdengar, Dasha segera menekan tombol merah lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. "Paling mau pamer lagi," decak Dasha membawa langkahnya perlahan menuju meja makan, disana sudah ada Liam dengan buku dan secangkir kopi.
"Pagi, Om."
Liam mengalihkan pandangannya lalu tersenyum hangat. "Pagi, Sha. Wah kamu udah siap jam segini?" ucap Liam takjub. "Lio aja mungkin masih tidur."
"Cuman kebawa kebiasaan waktu di asrama aja kok, Om," jelas Dasha hendak duduk dikursi bersebrangan dengan Liam.
"Aaa!!!"
Tubuh Dasha tertahan saat suara teriakan terdengar samar. Dua orang dimeja makan itu seketika saling menatap heran.
"Tolong! Siapapun tolongin Den Lio!"
Tepat setelah satu nama terdengar, Liam segera berlari kearah suara bersamaan dengan Dasha yang mengikutinya.
Gayatri yang sejak tadi berada di ruang tengah seketika melangkah cepat ke kamar cucunya saat pelayan yang ditugaskan memanggil Lio berteriak.
"Ada ap..." Ucapan Gayatri terhenti saat melihat tubuh cucunya terbaring di lantai dengan darah mengalir dari telapak tangannya yang terluka. "Lio," panggil Gayatri mendekat, memangku kepala cucunya sambil menepuknya perlahan.
"Sayang, bangun."
Suara langkah kembali terdengar mendekat, ada banyak orang yang penasaran dengan keadaan Tuan muda mereka.
"Kalian lihat apa? Cepat siapkan mobil!" titah Gayatri membuat salah satu bodyguardnya berlari keluar rumah.
"Lio?"
Gayatri menoleh, menemukan atensi sang menantu yang mematung didepan kamar. "Liam cepat bawa Lio ke rumah sakit."
Liam mengangguk cepat, membawa langkahnya mendekat lalu menyelipkan tangannya pada leher dan kaki sang anak. Hangat, itu yang dapat Liam rasakan, hatinya mencelos melihat wajah pucat dengan deru napas yang terdengar lemah.
Entah kenapa, Liam merasakan ketakutan yang luar biasa. Padahal ini karena dirinya, ia tahu dan menyadari hal itu. Tanpa membuang waktu Liam segera mengangkat tubuh Lio lalu membawanya keluar kamar, melewati Dasha yang baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vestigia
Teen FictionSemua orang punya hak yang sama Tapi stigma masyarakat yang membuat semuanya berbeda