Malam itu, Seoul tampak dingin dan sunyi. Di penthouse milik Hyunwoo, ia duduk di tepi jendela, menatap kota yang selalu sibuk. Pikirannya mengembara, terjebak antara pilihan yang tak pernah diinginkannya. Jinhyuk dan Taeyang kini bukan hanya lawan di atas kertas, mereka mulai memasuki hidupnya, mendesak dari semua sisi. Ketika Hyunwoo memejamkan matanya, sejenak ia berpikir untuk menyerah pada permainan mereka. Namun, sesuatu dalam dirinya terus menolak. Dia tidak akan tunduk, tidak sekarang, dan tidak pernah.
"Ini semua tentang kekuasaan," gumam Hyunwoo pada dirinya sendiri. Tetapi kekuasaan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Jinhyuk dan Taeyang? Jika mereka hanya menginginkan kendali atas perusahaannya, sudah pasti mereka bisa menggunakan cara-cara kotor untuk melakukannya. Namun, semakin hari, kedua mafia itu tampak terobsesi pada sesuatu yang lebih-mereka tampak terobsesi padanya, secara pribadi.
Hyunwoo tersenyum kecut, mencoba mengabaikan detak jantungnya yang tidak menentu ketika mengingat pertemuan-pertemuan mereka. Dalam kekacauan ini, ada keanehan. Sebuah ketertarikan yang tak bisa dijelaskan, tapi juga tidak bisa ditolak. Namun, Hyunwoo tetap tak bisa mengerti bagaimana caranya mereka bisa mengendalikan emosinya sedemikian rupa. Apa yang sebenarnya mereka inginkan dari dirinya? Dan lebih penting lagi, apa yang mulai ia inginkan dari mereka?
Suara pintu yang dibuka tanpa ketukan membuyarkan lamunannya. Minseok, sekretarisnya yang setia, berdiri di ambang pintu dengan wajah yang sedikit cemas.
"Hyunwoo-ssi, maaf mengganggu, tapi ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda."
Hyunwoo mengerutkan dahi. "Siapa? Aku tidak punya jadwal pertemuan malam ini."
Minseok tampak ragu sebelum menjawab. "Kim Taeyang. Dia ada di bawah dan... dia tidak terlihat ingin menunggu."
Detak jantung Hyunwoo melonjak. Taeyang, datang tanpa pemberitahuan? Itu sama sekali tidak sesuai dengan protokol yang biasa dilakukan orang di dunia bisnis, apalagi seseorang yang dikenal sebagai pemimpin mafia. Namun, ia sudah terlibat terlalu jauh. Dengan tenang, Hyunwoo mengangguk.
"Bawa dia masuk. Tapi katakan padanya, aku tidak suka tamu yang datang tanpa diundang."
---
Ketika Taeyang memasuki ruangan, suasana langsung berubah tegang. Pria itu tampak begitu memikat dengan setelan hitam mahal yang pas di tubuhnya. Wajahnya keras, namun di balik tatapan tajamnya ada sesuatu yang liar, berbahaya. Taeyang menatap Hyunwoo, dengan tatapan yang tak bisa diartikan sepenuhnya. Ini bukan hanya tentang bisnis lagi, itu sudah jelas. Aura yang ia bawa ke ruangan itu berbicara tentang dominasi, kekuasaan, dan keinginan yang lebih dalam dari sekadar uang atau kekuasaan.
"Hyunwoo-ssi, kau membuat segalanya semakin menarik," kata Taeyang dengan senyum licik, matanya menelusuri sosok pria yang berdiri di hadapannya. "Aku mendengar kau mengajukan gugatan hukum terhadap kelompokku. Berani sekali, ya?"
Hyunwoo tidak bergeming. Ia tetap tenang, meskipun darahnya mendidih melihat kesombongan Taeyang. "Ini bukan soal keberanian, Taeyang-ssi. Aku hanya melindungi perusahaanku. Jika kau pikir bisa menekanku dengan kekerasan, kau salah besar."
Taeyang tertawa kecil, namun tidak ada humor di balik tawa itu. "Kekerasan? Siapa bilang aku menggunakan kekerasan? Aku lebih suka pendekatan yang... lebih personal."
Hyunwoo menatapnya, jelas tidak tertarik dengan permainan kata-kata. "Kalau begitu, apa yang kau inginkan? Kita tahu ini bukan lagi tentang bisnis."
Taeyang mendekat, dan aura dingin yang menguar darinya membuat ruangan terasa sempit. "Aku ingin lebih dari sekadar K-GROUP, Hyunwoo. Kau tahu itu." Taeyang mencondongkan tubuhnya, memperkecil jarak antara mereka. "Dan aku akan mendapatkan apa yang kuinginkan."
Hyunwoo mundur selangkah, menatap pria itu dengan mata penuh keteguhan. "Kau tidak bisa mendapatkan segalanya, Taeyang. Aku bukan barang yang bisa kau miliki."
Tatapan Taeyang menggelap, tetapi ia tersenyum tipis, seakan Hyunwoo baru saja membuat permainan ini menjadi lebih menarik baginya. "Kita lihat saja nanti."
---
Setelah Taeyang pergi, Hyunwoo merasa terguncang. Percakapan singkat itu hanya mempertegas bahwa pria itu semakin terobsesi padanya, dan Hyunwoo tak bisa sepenuhnya memahami bagaimana semua ini terjadi begitu cepat. Sebelum ia sempat merenung lebih lama, ponselnya berdering. Nama yang tertera di layar membuatnya terkejut-Park Jinhyuk.
Menghela napas panjang, Hyunwoo menjawab telepon tersebut. Suara Jinhyuk di seberang terdengar tenang, penuh perhitungan, tetapi ada ketegangan yang terselip di balik kata-katanya.
"Kudengar Taeyang baru saja mengunjungimu. Aku harap dia tidak membuatmu merasa tidak nyaman," suara Jinhyuk terdengar dingin namun lembut, sebuah kombinasi yang membuat Hyunwoo selalu waspada. "Aku tidak akan seperti dia, Hyunwoo. Aku menghormatimu, dan aku akan menunjukkan bahwa aku bisa menjadi sekutu yang lebih baik."
Hyunwoo mengepalkan tangannya. "Sekutu? Apa kau berpikir ini adalah permainan, Jinhyuk? Kau dan Taeyang sama saja. Kalian berdua terobsesi dengan sesuatu yang tidak bisa kalian miliki."
Jinhyuk terdiam sejenak, sebelum suaranya kembali terdengar. "Tidak ada yang tidak bisa kumiliki, Hyunwoo. Aku hanya memberikan orang pilihan untuk melihat hal-hal dari sudut pandangku. Kau mungkin berpikir bisa melawanku sekarang, tapi aku tahu kau sudah mulai merasa berbeda."
Hyunwoo mematikan telepon dengan kasar, mencoba menenangkan dirinya. Kenapa kedua pria itu begitu yakin bisa mengendalikan hidupnya? Semakin Hyunwoo melawan, semakin kuat dorongan dari kedua mafia itu untuk mendekatinya. Dan yang membuatnya semakin frustrasi, ada bagian dari dirinya yang tertarik pada mereka, pada kekuatan mereka, dan obsesi yang mereka bawa.
---
![](https://img.wattpad.com/cover/376635908-288-k382060.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Among The Shadow Mafia.
RomanceBehind the dark life of the mafia world, Hyunwoo is caught in a dangerous game between two powerful men who crave complete control over his life. Forced into unwanted love, she must survive the cruelty and endless manipulation of Jinhyuk and Taeyang...