BAB 23: Sangkar Emas

4 1 0
                                    

---

Malam semakin larut ketika mereka menuju kamar. Hyunwoo mengikuti di belakang Jinhyuk dan Taeyang, kedua pria itu berjalan berdampingan dengan ketenangan yang hampir tidak tergoyahkan. Meski mansion itu penuh dengan kemewahan dan keindahan, kamar tempat mereka tidur terasa seperti inti dari segalanya—tempat di mana kekuatan dan kontrol mereka paling nyata.

Begitu mereka tiba di kamar, Jinhyuk dengan tenang menutup pintu besar itu dan menguncinya dari dalam, memutar kunci hingga terdengar suara ‘klik’ yang berat. Hyunwoo melihat bagaimana pintu itu memiliki gembok besar dari besi yang dipasang di luar, seperti sangkar burung yang mewah, tak mudah ditembus dari dalam. Jantungnya berdegup kencang. Meski ruangan itu dihiasi dengan marmer putih, lampu gantung kristal, dan tirai beludru yang indah, tetap saja kamar itu terasa seperti penjara. Tempat di mana kebebasan menjadi sesuatu yang jauh dari jangkauannya.

Tempat tidur besar di tengah ruangan memancarkan kesan yang berbeda dari apa yang biasanya dirasakan Hyunwoo. Tirai sutra emas menggantung di sekeliling ranjang, membuatnya tampak seperti singgasana kerajaan. Segalanya terlihat sempurna, terlalu sempurna. Namun di balik semua keindahan itu, ada perasaan hampa—sebuah ketidaknyamanan yang menyesakkan dada.

Jinhyuk dan Taeyang melepaskan jas mereka, bersiap untuk tidur, tetapi mereka melakukannya dengan keanggunan yang hampir mengintimidasi. Mereka tampak tak terganggu, seperti dua raja yang telah memenangkan pertempuran panjang dan kini bersiap untuk beristirahat dengan damai. Hyunwoo, di sisi lain, merasa semakin terjebak. Dia tahu dia tidak bisa keluar. Pintu terkunci, dan meski fisiknya ada di sini, pikirannya melayang jauh, mencari cara untuk membebaskan diri.

Taeyang mendekatinya lebih dulu, duduk di tepi ranjang, menarik tangan Hyunwoo dengan lembut namun penuh kontrol. "Kemarilah," bisiknya, suaranya selembut angin malam. "Sudah malam, kau perlu beristirahat." Matanya penuh dengan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan—sebuah campuran antara keinginan dan kepemilikan.

Hyunwoo berdiri kaku di tempatnya sejenak, merasa ragu. Dia tidak ingin menyerah begitu saja, tetapi ruang ini dan mereka berdua telah membuatnya terpojok. Pada akhirnya, dia menyerah pada rasa letih yang tak lagi bisa dia tolak. Dia berjalan mendekat dan duduk di tempat tidur, diapit oleh Jinhyuk dan Taeyang di kedua sisinya.

Ketika mereka semua berbaring, Jinhyuk memeluk Hyunwoo dari belakang, lengannya melingkari pinggang Hyunwoo dengan erat, seperti sebuah belenggu. Taeyang, di sisi lain, menarik tirai sutra emas di sekitar tempat tidur, membuat suasana di dalam semakin intim dan tertutup. Tempat tidur itu kini terasa seperti kepompong—sangkar emas yang membuat Hyunwoo semakin merasa terperangkap.

Mereka berdua bergantian menyentuh Hyunwoo dengan cara yang lembut, seolah berusaha meyakinkannya bahwa mereka adalah satu-satunya yang dia butuhkan. Namun, bagi Hyunwoo, setiap sentuhan terasa seperti rantai baru yang membelenggunya lebih dalam.

Malam semakin larut, dan seiring waktu, Jinhyuk dan Taeyang tampak semakin tenang, suara napas mereka melambat saat mereka jatuh ke dalam tidur. Namun, Hyunwoo tidak bisa memejamkan matanya. Meski tubuhnya terbaring di antara mereka, pikirannya masih berputar, penuh dengan kegelisahan yang tak terucapkan.

Dia mengalihkan pandangannya ke langit-langit, ke lampu gantung kristal yang berkilauan dalam cahaya temaram. Di tengah keheningan malam, pikirannya dipenuhi oleh bisikan samar yang terus menghantuinya. Ini bukan kehidupanmu… Kau harus pergi… Mereka memanipulasimu...

Tetapi kemana? Pintu terkunci. Mansion ini adalah dunia kecil mereka, dan di dalamnya, Hyunwoo hanyalah salah satu bagian dari kekuasaan yang mereka miliki. Seperti burung di dalam sangkar emas, pikirnya. Segala sesuatu di sekelilingnya tampak begitu indah, namun tak ada kebebasan di sini.

Love Among The Shadow Mafia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang